Hari Sabtu ini Ayu, Dhiska, dan Yaya sudah berjanji akan berkumpul di rumah Yaya untuk mengobrol tentang sekolah jalanan Rumah Pohon, yang mereka bertiga dirikan. Dan Yaya juga memiliki rencana untuk mempertemukan Ayu dengan Aska. Sepupunya yang sempat Ayu sukai.
Seperti biasa, mereka berkumpul di ruang tengah, lalu menonton film dari smart tv milik Yaya. Dan juga gak lupa, Yaya membawa makanan dari restonya untuk mengisi perut Ayu dan Dhiska yang bahkan sengaja gak makan dari rumah agar puas makan makanan dari resto mama Yaya.
Yaya dan Dhiska tahu tentang Ayu yang terpaksa harus masuk ke apartemen Aga kemarin. Mereka menertawakan Ayu yang bahkan bisa-bisanya tertidur di apartemen Aga dalam keadaan yang sangat gak kondusif tersebut.
"Gimana ya? Aku ngantuk banget, mbak. Mana habis disuruh mandiin Kiran, lumayan capek juga hehe." Alasan Ayu asal.
"Ya... tapi, jiwa kebo lo itu beneran harus tau tempat kali, Yu. Bisa-bisanya tidur di rumah wali murid." Ujar Dhiska.
"Makanya... Gue malu banget, Dhis, kalo diinget-inget. Sial mulu kalo ketemu omnya Kiran."
"Dibilangin jangan-jangan kalian tuh jodoh."
Ayu merengutkan dahinya pada Dhiska yang bicara asal, "Mendingan jodoh sama mas Aska."
"Kenapa?"
Suara laki-laki membuat Ayu terbungkam. Yaya dan Dhiska hanya bisa tertawa melihat Ayu yang panik dan salah tingkah. Sementara Askha tiba-tiba masuk dan menghampiri merek bertiga.
"Kayak denger nama gue disebut tadi." Ujar Aska dengan senyum ramahnya.
"Ng-nggak... Tadi tuh lagi ngomongin... Asbak! Iya asbak! Hehe." Jawab Ayu dengan gelagapan dan wajahnya sudah memerah.
"Oh... asbak. Emang siapa yang ngerokok, Yu?" Tanya Aska lagi, kali ini ikut mencomot keripik dari toples makanan milik Yaya.
"Gak ada sih, Mas. Mas Aska ngerokok gak? Kalo ngerokok harus sedia asbak." Ayu benar-benar sudah gak tau jawabannya terdengar masuk akal atau tidak.
"Lagi nyoba berhenti, nih. Doain aja bisa stop rokok." Aska mengangkat kedua alisnya dan tersenyum pada Ayu.
"Hehe... good luck deh, mas. Gue doain supaya berhenti, biar sehat."
"Nanti kalo udah sehat, jangan lupa jalan sama Ayu ya, mas Aska." Sambar Dhiska. Sikunya menyikut perut Ayu.
"Sekarang juga sehat kok. Mau jalan sekarang, Yu?"
Dhiska dan Yaya langsung bersorak menggoda Ayu dan Aska yang sedaritadi menggoda Ayu. Sementara Ayu yang sangat gampang salah tingkah hanya bisa meneguk minumannya asal. Ia gak peduli nanti jadi gampang buang air kecil. Ia harap Aska segera pergi dari sini dan Ayu bisa bernafas lega.
"Haha... bercanda Ayu, jangan salting gitu lah. Muka lo tuh lucu kalo lagi salting gitu." Aska menunjuk pipi Ayu yang sudah memerah.
"Siapa yang salting, mas." Ayu memegangi pipinya yang terasa panas.
"Haha... iya deh gak salting. Gue ke atas dulu ya. Abang lo di kamar kan, Ya?"
"Iya. Mas Salim di atas. Naik aja, mas."
Aska berdiri dari duduk dan langsung menaiki tangga untuk menemui kakaknya Saras. Ketika mereka memastikan mas Aska sudah masuk ke kamar Salim. Dhiska dan Yaya menggoyang-goyangkan bahu Ayu.
"Aduh... Apasih?" Protes Ayu dengan pasrah.
"Yu, kalau mas Aska move onnya ke lo gimana, Yu? Anjir hoki banget kalau lo beneran dapet mas Aska." Cecar Dhiska.
"Ayu, kalau dihadapin dua pilihan... Omnya Kiran atau mas Aska, pilih yang mana?" Tanya mbak Yaya lagi.
Ayu langsung melotot dengan perkataan mereka berdua, ia menggeleng cepat, "Haduh... kenapa harus milih? Punya dua pacar juga enak kan?" Canda Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
end game
Fanfiction"So just lead the game, I'll follow the rules, then there's end game for us."