Saturday Better Day

310 52 7
                                    

Ayunda

——

Gue gak tahu apakah acara menonton dengan mas Aska hari ini terhitung sebagai kencan atau tidak. Bahkan gue sampai menyamakan dengan arti di kamus besar bahasa Indonesia tentang pengertian kencan itu sendiri,

ber·ken·can v berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditetapkan bersama

Takutnya... Hanya gue yang ke-ge-er-an sendiri menganggap ini kencan, tapi mas Aska menghitungnya sebagai sekedar menghabiskan waktu bersama saja.

Parfum dari mas Aska bahkan tercium sangat menyenangkan di mobil yang kami naiki ini. Penampilannya juga gak kalah bikin gue deg-degan. Kaus putih yang dia lapisi dengan kemeja hitam miliknya. Dan karena gue gak mau tampil memalukan hari ini, gue memilih blouse lengan panjang berwarna putih dan bawahan rok berwarna brick di bawah lutut. Hari ini juga dengan tumben gue dandan dan mencatok rambut!

Ditambah saat di mobil, mas Aska yang tahu selera musik gue adalah Sheila On 7, dia langsung menyalakan playlist yang berisi lagu-lagu dari band favorit gue itu. Dapet dimana lagi ya cowok kayak mas Aska... Gila ini sekali seumur hidup gue bisa merasakan jackpot seperti ini.

Dan dia sedang mengantri untuk membeli popcorn setelah tadi kami mencetak tiket film di mesin pemesanan tiket. Mas Aska sudah memesan tiketnya dahulu secara online, setelah gue memberitahunya kalau gue bersedia untuk keluar hari sabtu dengannya. Kami memutuskan untuk menonton film Spiderman: Far From Home, yang sedang ramai dibicarakan di internet. Meskipun gue gak terlalu mengikuti film marvel, tapi setidaknya gue mengikuti film spiderman ini sedari gue kecil, sejak pemeran spiderman masih diperankan oleh Tobey Maguire, lalu beralih ke Amazing Spiderman yang diperankan Andrew Garfield, dan sekarang sudah berganti generasi ke Tom Holland.

Karena gue juga memakai rok, dia bahkan melepas kemejanya dan menyampirkannya di lutut gue, katanya agar gue gak kedinginan.

Dhiska dan mbak Yaya juga gak kalah hebohnya di grup. Mereka menyemangati gue yang bahkan sudah grogi sejak menyetujui ajakan mas Aska. Gue bisa mencium parfum yang menempel di kemeja mas Aska. Wangi maskulin dengan top note bergamot dan middle note sedikit wangi lavender. Wangi yang sangat mas Aska.

Maksudnya... Jika lo melihat penampilannya, lo sudah bisa menebak tipe wangi parfumnya.

Dan dia kembali, tangannya tampak sibuk dan penuh membawa satu bucket popcorn dan dua gelas minuman. Gue yang merasa gak enak langsung bangun dan menyusulnya, membantu mas Aska membawakan dua gelas minuman.

"Masih lima belas menit lagi teaternya dibuka." Ujar mas Aska sangat ramah, senyumnya gak pernah lepas.

"Ah— Iya... Kita tunggu aja, mas." Gue berucap gugup.

"Mau cemilin pop corn dulu gak?" Tawar mas Aska menyodorkan buket popcorn pada gue.

"Boleh, daripada kita bengong hehe."

Mas Aska membuka bucket popcorn dengan rasa karamel. Wangi khas dari popcorn bioskop ini menguar ke hidung kami.

Baru saja tangan gue hendak mencomot ke dalam bucket, getaran notifikasi bertubi tubi muncul. Dan itu dari pak Aga.

Untuk apa coba dia menanyakan makanan kucing yang bahkan gue sendiri gak terlalu paham. Memang sih, di rumah yang di Malang, bunda merawat kucing. Tapi, itu pun semenjak gue pindah ke Jakarta, jadi gue gak terlalu paham dengan merawat kucing begini. Yang biasa merawat kucing adalah Adimas, adik gue.

Dan sekarang bisa-bisanya dia menelfon gue hanya sekedar menanyakan makanan kucing. Gue melirik gak enak pada mas Aska yang sedang melihat ke sekeliling.

end gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang