Long Story Short

372 50 8
                                    

Ayunda

—-

Tadinya, gue menyuruh Aga untuk pulang saja karena merasa gak enak dengan teman-temannya yang sedang berkumpul di apartemennya. Tapi, dia bilang ingin mampir sebentar ke kamar gue. Bilangnya untuk membicarakan tentang rencana ke depan dalam hubungan kami.

Gue menoleh ke belakang, ke arah dia yang sedang menutup pintu dan berjalan santai masuk ke kamar gue. Untung saja tadi gue sudah membereskan kamar, jadi setidaknya tidak terlalu berantakan.

"Ga, kamu mau di sini dulu?" Gue bertanya sembari menggigit bibir bawah.

Dan Aga duduk di pinggir kasur gue, melepas jaket hitamnya dan menyisakan kaus putih yang tadi ia pakai dari apartemen.

"Iya. Kenapa?"

"Aku mau mandi."

Matanya mengerjap cepat, "Aku perlu keluar dulu?"

"Eh— Gak usah. Di sini aja gak apa-apa."

Gue langsung mengambil baju ganti dari dalam lemari. Gak mungkin kan gue ganti baju di depan Aga. Gue melirik dia sebentar yang pasti kalau memainkan ponselnya sangat fokus. Kepalanya sampai menunduk begitu.

Tanpa menunggu lama, gue langsung masuk ke dalam kamar mandi dan gak lupa keramas, karena terakhir kali gue keramas adalah dua hari lalu. Gak tau kenapa hari ini gue juga sedang niat untuk scrub bahkan mengecek lipatan-lipatan badan gue apakah banyak kulit mati yang menumpuk atau enggak.

Ayu... Lo mikirin apa sih?

Gue sebenarnya ragu mengajak Aga kesini karena... Tiba-tiba saja kepala gue memikirkan hal aneh sedaritadi.

Saat di taksi tadi, gue sempat mengobrol dengan Aga karena kami duduk bersebelahan di kursi tengah. Mendadak gue melihat ke arah bibirnya dan otak kotor gue mulai beraksi. Padahal gue gak pernah seperti ini...

Katakan Ayunda memang gila, di hari pertama pacaran sudah memikirkan hal yang tidak-tidak.

Mati-matian gue menahan pikiran itu dan kalau saja gue sadar kami sedang ada di dalam taksi, gue mungkin akan melempar diri gue sendiri keluar dari mobil.

Kayaknya gue juga perlu mengecek kalender haid gue deh. Ini mungkin karena hormon gue yang sedang gak stabil makanya gue mulai... Sialan pipi gue jadi panas.

Dengan cepat, gue langsung membasuh badan gue yang masih licin karena sabun. Dan menyelesaikan ritual mandi ini. Gue berganti baju di dalam dan menggulung rambut gue dengan handuk.

Kaki gue bergosok di keset depan kamar mandi dan sedikit mengintip Aga sedang apa. Masih fokus main hp ternyata. Baguslah... Semoga dia diam saja begitu sampai pulang nanti.

Gue membuka laci meja rias dan mengambil hair dryer, mencolokkannya di dekat nakas samping kasur.

"Sini... Biar aku aja yang keringin." Aga mengambil hair dryer dari tangan gue.

Gue duduk di pinggir kasur dan menghadap menyamping, agar Aga mudah untuk mengeringkan rambut.

Lalu, dia melepas handuk yang ada di kepala, menurunkan beberapa helai rambut gue yang tergulung. Dia sangat lihai menggunakan hair dryer pada kepala gue. Bahkan sesekali tangannya memijat kulit kepala yang justru membuat gue mengantuk.

"Mumpung aku masih di sini, aku yang keringin rambut kamu."

Huhu... Kenapa sih dia segala mengingatkan hal itu. Padahal tadi gue sempat lupa. Otomatis bibir gue langsung cemberut.

"Kamu ke sana berapa orang, Ga?"

"Tiga."

"Mas Jin juga ikut?"

end gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang