Happy Reading👑
.
.
.24. Hak?
Yogyakarta, 27 Februari 2021
Typo manusiawi yaa, langsung coment aja biar aku benerin. Tencu gaiss:*
________________________________
_____________________________________________Queen terbangun dari tidur lelapnya ketika pintu kamar diketuk sedikit keras. Indra pendengarannya cukup terganggu oleh suara tersebut. Dengan mata yang belum terbuka sempurna, Queen memaksakan kakinya berjalan menuju pintu.
"Lewat 15 menit dan lo belum ngapa-ngapain?" tanya Drystan mengamati penampilan Queen yang belum berubah sejak pulang sekolah.
Queen membuka matanya sedikit lebar mendapati orang asing di ambang pintu. Ia kira pelayan atau sang dady. Ternyata makhluk menyebalkan yang ingin Queen hindari sejauh mungkin. Queen masih diam, tidak berniat menjawab pertanyaan atau menanggapinya sama sekali. Yang ia lakukan hanya menatap lurus tanpa minat pada bola mata hitam legam milik Drystan.
"Tapi gue akui, lo selalu cantik dalam keadaan apapun," ucap Drystan menatap jahil pada seragam Queen yang berantakan serta rambutnya yang sedikit acak-acakan.
"Tutup mulut lo!" peringat Queen merasa kurang nyaman.
Ia paling benci tatapan merendahkan seperti itu. Meski tidak ditunjukkan secara jelas ataupun hanya terlontar dengan kalimat tersirat, Queen paham. Ia lebih peka dan perasa dari kelihatannya. Wajah datar dan acuhnya hanya topeng.
"Calm baby, berhubung ini first date kita gue nggak akan marah. 15 menit lagi gue tunggu di bawah," ucap Drystan santai sambil memasukkan tangannya ke saku celana.
"Gue nggak ada bilang setuju," ucap Queen acuh.
"I know, but you should," ucap Drystan dengan senyum meremehkannya.
Queen benci senyum itu. Tidak perduli, Queen berbalik hendak menutup pintu. Namun sebelum itu terjadi, Drystan sudah lebih dulu menarik tangan Queen membuat gadis itu menabrak dadanya. Perbedaan tinggi yang terlalu signifikan membuat mereka tampak timpang.
"Jangan buat gue berbuat kasar, Queen Alexandra Johnson," ucap Drystan berbisik penuh penekanan.
"Gue nggak takut," ucap Queen terkekeh.
"Oh ya? Pergi atau dady lo yang buat lo pergi?" tanya Drystan telak.
Shit, Queen tidak berdaya jika itu adalah dadynya. Manusia dingin berhati kejam itu tidak akan pandang bulu meski dengan darah dagingnya sendiri. Trauma itu selalu muncul pada diri Queen setiap nama dadynya dilontarkan. Bayang-banyang penyiksaan itu terlalu melekat, hingga kerap kali membuatnya sakit. Hanya bayang-bayang namun Queen seolah sering merasakan sakitnya secara langsung. Sakit pada fisik dan psikisnya.
Queen menarik dirinya dari dekapan Drystan kemudian masuk sambil membanting pintu dengan keras. Ia merasa kalah dan lemah di hadapan Drystan. Ia ingin melawan namun ia bukan siapa-siapa juga tidak punya apa-apa. Ia bisa hidup seperti ini, semua karena dadynya. Setidaknya, itu yang sering dikatakan oleh Anthoni.
"Dandan yang cantik baby," ucap Drystan berteriak dibalik pintu sambil menyeringai puas.
Setelah menempuh waktu kurang lebih 20 menit, dua insan berbeda gender itu akhirnya sampai di sebuah cafe yang banyak digandrungi remaja tanggung belakangan ini. Cafe dengan lantai yang luas serta tema ruangan yang dibuat seperti garden membuat tempat ini tampak segar.
Queen duduk dengan tenang sambil mengaduk milk shake coklat di hadapannya tanpa minat. Baru kali ini minuman berperisa coklat itu tidak dapat membangkitkan semangat seorang Queen. Perlu diketahui, coklat adalah rasa kesukaan Queen. Alunan lagu slow yang dimainkan oleh band cafe ini nyatanya juga tidak dapat mengembalikan mood Queen yang terlanjur berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
King & Queen
Teen FictionDeskripsi: Pria dengan wajah terpahat sempurna di setiap sisi namun minim ekspresi. Tenang seperti air mengalir, namun ketika jiwanya merasa terusik detik itu juga ia akan menjelma menjadi sosok mengerikan. Menarik nyawa dan memutus nafas dengan pak...