Chapter 12

365 34 0
                                    

Happy Reading👑
.
.
.

12. Kemarahan Anthoni
Yogyakarta, 25 Juni 2021

________________________________
_____________________________________________








"Nona, Anda sudah ditunggu tuan di ruang kerjanya," ucap seorang bodyguard sambil menunduk hormat.

Gelisah itu kembali muncul. Mengikis ketenangan yang setiap harinya berusaha dipupuk. Memperburuk keadaan hati yang ingin berdamai dengan diri sendiri. Melumpuhkan sugesti-sugesti yang berusaha ditanam bahkan tanpa sisa. Selemah ini memang.

Gelisah karena perasaan cemas berlebih terhadap sesuatu yang akan terjadi. Prediksi-prediksi tanpa dasar yang justru membuat diri menjadi tidak tenang. Hakikatnya hidup memang diisi dengan terkaan ketidakpastian tentang masa depan. Setiap harinya manusia hanya berusaha bertahan hidup untuk hari esok dan hari-hari selanjutnya.

Kadang, seperti hilang gairah untuk mengisi kehidupan yang masih diberi. Tak ada tujuan berarti guna memacu semangat hidup. Seolah hidup hanya tentang hari ini untuk hari esok. Memilih menikmati putaran jarum jam dari waktu ke waktu. Ketika pagi tiba diri berharap agar matahari segera terbenam menghadirkan senja dengan Jingga yang indah. Setelah mendapatkan sang senja, diri berharap agar bulan segera muncul menghadirkan sinar di tengah gelapnya langit serta bintang yang mengitari.

Ketika malam, diri justru ingin mentari segera terbit menghadirkan kehidupan baru. Mengakhiri insomnia yang tak berujung. Serta keadaan terjaga karena gelisah yang terus membayangi. Hidup hanya berputar pada hal tersebut. Tak ada yang istimewa ataupun diistimewakan. Sungguh, hidup terasa hambar bahkan untuk digambarpun hanya terisi hitam dan putih saja.

"Nona," panggil bodyguard ketika melihat tidak ada respond dari nona mudanya.

Queen hanya melihatnya sekilas kemudian lanjut berjalan, setelah tersadar dari lamunannya. Berusaha menguatkan diri, seiring dengan langkah beratnya menuju ruang kerja sang dady. Ia memegang gagang pintu kemudian terdiam. Kepalanya ia tundukkan agar tidak ada yang bisa melihat ekspresinya. Rasa takut semakin merasukinya. Ia dapat memeprediksi bahwa setelah pintu ini terbuka akan ada sebuah kejutan.

Merasa tidak ada yang dapat diperbuat untuk mencegah hal ini, Queen segera membuka pintu tersebut dengan pasrah. Ia masuk, kemudian kembali menutup pintunya. Baru saja kepalanya akan menghadap ke depan, jantungnya terasa akan lepas. Di depan matanya ada pisau yang tengah melesat kemudian tertancap di pintu dengan sempurna.

Keringat dingin mulai muncul dari balik pori-pori kulitnya. Tubuhnyapun menjadi kaku, terlalu berat untuk digerakkan sehingga ia hanya bisa mematung dalam keterkejutan. Tidak terbayang olehnya jika saja ia tadi bergerak ketika pisau itu melesat. Mungkin akan terjadi sesuatu yang fatal pada matanya.

Kejam? Tidak berperasaan? Ya!

"Good. Puas bermain Queen?" tanya Anthoni terdengar mengerikan.

Queen masih terdiam kaku dengan rasa takut yang melingkupinya.

Bukkkk

Pranggggg

"Akhhhh!" teriak Queen kesakitan.

Tanpa berpikir akibat yang akan ditimbulkan, Anthoni dengan ringan melempar Queen dengan sebuah vas ukuran sedang yang kebetulan terletak di sebelah Anthoni. Secara reflek Queen segera memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Tangannyapun kini sudah berlumur oleh darah yang entah kapan keluar dari kepalanya.

"Begitu caramu menghormati dadymu? Memunggungiku saat aku bertanya? Sudah merasa hebat Queen?" tanya Anthoni dengan intonasi yang meninggi.

Queen menggeleng dengan kepala yang tertunduk.

King & QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang