15.

5 1 0
                                    

Pukul lima sore Gifano mengantarkan Sesil pulang kerumahnya hari ini mereka tidak jadi les dan menghabiskan waktu dengan jalan-jalan, ya walaupun Sesil banyak menghabiskan uangnya dengan jajaran jajanan tak sehat yang ia beli di pinggir jalan, ia juga heran ini anak badan kecil tapi porsi makanannya banyak juga ternyata.

"Ih ayo mau itu"

Ini kesekian kalinya Sesil memukul bahu Gifano supaya berhenti, ia ingin membeli permen kapas namun laki-laki ini tidak mau memberhentikan motornya padahal ia bisa beli sendiri kalau Gifano tidak ada uang.

"Mas Fano, aku mau beli itu" Teriak Sesil sekali lagi tapi tidak digubris oleh Gifano, pria itu ingin cepat-cepat mengantarkan Sesil untuk pulang karena tadi Papanya sudah menelpon kalau ada hal penting yang ingin ia bicarakan.

Tapi gadis ini tidak mengerti juga terus saja meminta permen kapas seperti bocil tidak dikasih mainan saja.

"Kamu diam Sil ntar jatoh"

Sesil masih saja memukul-mukul bahu Gifano dan melepas pegangannya pada jaket pria itu, saat sedang melewati jalan yang agak berlubang sedikit dan motor yang Gifano kendari tidak terlalu kencang namun masih menimbulkan bentrokan keatas alhasil tangan Sesil yang tidak memegang apa-apa itu menimbulkan dirinya kejengkang kebelakang.

Rasa sakit pada punggungnya sangat-sangat sakit yang ia rasa,untung pengendara dijalan ini sepi walaupun ada beberapa sepeda motor yang lewat dan ikut membantunya bangun, sedangkan Gifano langsung menghampiri setelah menyadari kalau gadis itu jatuh dari motornya, mukanya panik ini salahnya oh ayolah apa yang harus ia katakan nanti kepada Ayahnya Sesil.

"Kamu gak papa?" Ucapannya, memegang tangan Sesil kemudian memeriksa muka gadis itu yang memang tidak luka tapi sakitnya ada di pinggang, karena waktu jatoh itu Sesil terduduk bukan tergeletak.

"Dimananya yang sakit?" tanya lagi

Sesil langsung memukul bahu Gifano kencang sebanyak dua kali.

"Gara-gara Mas ya!"

"Mas lain kali hati-hati dong bawa cewenya" cibir seorang ibu-ibu

"Iya kasian tau jatuh begitu" ucap pengendara yang lain

"Iya buk, mbak saya minta maaf"

****

"Astagfirullah ya Allah, kok bisa jatuh begitu sih nak"

Heri memeriksa anggota tubuh sang anak semata wayangnya, memutar-mutar gadis itu merinci dari muka, tangan, lutut, dan kaki tapi tidak ada luka yang ia temukan namun Sesil mengeluh sakit di bagian belakang pinggangnya.

Sebenarnya ia ingin marah pada Gifano saat tau kejadian ini namun ketika mendengar penjelasan Gifano ia mengurungkan niatnya, ini bukan seluruhnya kesalahan Gifano.

"Adduhh ... Ini tuh gara-gara Mas Fano sih bawa motor gak hati-hati"

"kamu gak boleh nyalahin orang begitu Sesil" Pak Heri mengelus rambut Sesil dengan lembut.

"Emang salahnya dia Yah" Sesil merengek seperti bocah

Gifano menghela nafas untuk kesekian kalinya, "Iya saya minta maaf"

"Gak dimaafin"

"Husst kamu gak boleh gitu" Ujar Heri

"Emang dianya salah"

"Sekali lagi saya minta maaf Sesil"

"Tanggung jawab dulu"

"Iya saya bakal tanggung jawab"

Sesil menyipitkan matanya kemudian tersenyum licik ia punya rencana, "Sebagai tanda permohonan maafnya, aku mau masa hukum les dikurangi"

Heri yang mendengarkan hal itu tidak terima, "Enak aja main dikurangi, gak Ayah gak setuju"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GifanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang