"Agak pahit, tapi ini bisa membuatmu pulih lebih cepat."
Sunoo mengulurkan tangannya yang gemetar hebat, demi mengambil mangkuk kecil yang disodorkan laki-laki berambut kecokelatan di hadapannya ini.
"Sini," potong Heesung. Ia mengambil mangkuk obat dari tangan Jake. "Ayo minum sama hyung."
Sunoo cepat-cepat menarik tangannya menjauh. Ia juga menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Jake. Wajar jika anak berumur 10 tahun takut dengan orang-orang asing ini.
Tangan Heesung meraih tengkuk Sunoo dan membantunya meneguk obat. Ia tersenyum sekilas begitu melihat Sunoo menunjukan ekspresi tidak suka dengan obatnya. Jarinya mengelus pipi gempal Sunoo. "Hyung tahu kau anak hebat."
Jungwon, dari sudut ruangan, menepuk tangan. Ia segera berlari dan memeluk kakak kembarnya. "Sunoo akan sembuh, 'kan?"
"Tentu," sahut Jake. Ia menuangkan obat ke mangkuk tadi. "Sebaiknya Jungwon juga minum ini."
Heesung meraih mangkuk, kemudian menarik tangan Jungwon. "Giliranmu."
"Pahit tidak?" tanya Jungwon khawatir.
"Agak pahit, tapi tidak apa-apa, Jungwon," celetuk Sunoo, berusaha menenangkan adiknya yang mulai panik.
Mereka adalah anak-anak penurut, terlebih kepada Heesung. Jungwon langsung meneguk obatnya dengan senang hati. Wajahnya tertekuk menahan pahit, tapi juga merasa senang karena Heesung mengelus pipinya dengan lembut.
"Pintar sekali kalian," puji Heesung kepada kedua adiknya.
Jake ikut mengapresiasi mereka dengan menepuk tangannya heboh. "Hebat!"
Teringat bahwa ada orang-orang asing di rumah mereka, Jungwon dan Sunoo sontak mendekati Heesung.
Orang-orang asing itu adalah Sim Jake, Park Jay dan Park Sunghoon. Tadi setelah menemukan kesepakatan bahwa Jake akan mengecek kondisi Sunoo dan memberikannya obat, kemudian Heesung akan memberi tahu jawaban atas pertanyaan Sunghoon, mereka mengikuti Heesung ke rumah.
Obat, suplai makanan, alat pemeriksaan, dan baju ganti mereka dikirim melalui drone yang dikendalikan oleh Jay dari ponselnya. Dalam dua menit, barang-barang yang mereka butuhkan sampai. Sungguh kehidupan yang sangat effortless.
"Kita tidak tahu apakah kau akan kabur atau tidak," alasan Sunghoon ingin mengikutinya, tadi.
Jadilah mereka harus menahan bau busuk yang berasal dari selokan Dimensi D. Belum lagi mereka hampir menangis karena berjumpa dengan tikus got dan biawak yang sebesar anak buaya. Ditambah bau keringat dan bau ketek dari penghuni Dimensi D yang tidak punya rumah, berhasil merontokkan bulu hidung mereka.
Pernahkah kalian membayangkan seorang yang berwibawa dan terkenal dingin seperti Park Sunghoon menjerit karena biawak?
Pernahkah kalian melihat seorang yang ceria dan pintar bergaul seperti Jake menangis karena tikus got?
Atau pemandangan seorang laki-laki tampan yang hidup seperti pangeran bernama Jay, harus menahan diri untuk tidak memaki tentang bau ketek?
Heesung rasa ia cukup beruntung untuk bisa melihat pemandangan itu.
"Hyung akan pergi sebentar."
"Kemana?" tanya Sunoo. Tubuhnya masih menempel pada lengan Heesung. Was-was dengan orang-orang asing ini.
Tangan Heesung menyentuh kening Sunoo untuk memastikan obat demamnya bekerja —karena menurut Jake yang kuliah kedokteran, demamnya akan menurun dalam dua pulih menit dengan obat itu—. "Tidak lama, kok," sahut Heesung.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE DIMMENSION
FanfictionTempat tinggal terakhir yang ada di bumi, The Dimmension, berada di ujung tanduk. Lengah saja sedikit, tempat ini akan sama hancurnya dengan alam di luar sana. Dan mereka belum berhasil kabur. - - - Starring by: ENHYPEN - - - ©️sunuflower