O9.

420 84 7
                                    

TAKKK TAKKK!!!

Niki mengernyit dan mengangkat kepalanya. "Kau terlihat frustasi, Heesung hyung."

Laki-laki yang berdiri beberapa langkah di depan Niki itu menghela nafas. Ia melempar palu besarnya ke lantai hingga menimbulkan bunyi nyaring. "Aku selalu begini, Riki."

Niki meringis. Ia merinding setiap kali Heesung memanggilnya 'Riki'. Itu sebuah peringatam bahwa Heesung sedang tidak dalam mood yang bagus. Ditambah dengan helaan nafas berat dan cara laki-laki itu menjatuhkan dirinya ke lantai.

"Kenapa hyung?"

Niki menoleh ke arah bisikan itu. Tangannya terangkat untuk menyentuh kepala anak laki-laki itu. "Tidak apa-apa. Hyungmu hanya lelah, Sunoo."

Sunoo, yang sedang melahap apel yang hampir busuk, mengangguk. "Heesung hyung selalu terlihat lelah. Apakah orang dewasa selalu kelelahan?"

Jungwon, yang duduk di seberang Sunoo, ikut menimpali, "Orang-orang dari Dimensi A itu tidak pernah terlihat lelah."

Niki terkekeh. "Mungkin orang dewasa yang lelah hanya hyung kalian," katanya sambil mengupas bagian apel yang busuk.

"Aku mendengarnya."

Niki kembali terkekeh. Ia meletakkan potongan apel yang masih layak makan, ke piring di hadapan mereka. Ia masih tidak habis pikir tentang tempat ini. Tempat rahasia Heesung yang terletak di kaki mercusuar. Isinya seperti bengkel bawah tanah yang agak lembab. Ia pernah menebak kalau Heesung orang yang misterius, tapi ia tidak pernah mengira Heesung adalah orang yang sangat misterius. Entah dari mana ia mendapat benda berbentuk kapsul berukuran sedang yang ia beri nama EN- ini. Entah bagaimana tangannya yang ajaib bisa membuat mesin EN- menyala dengan baik. Entah bagaimana otaknya yang sulit ditebak bisa meyakini bahwa alat ini bisa membawa mereka ke tempat yang lebih baik.

Oke, Niki masih tidak paham dengan penjelasan terakhir itu. Mau kemana mereka dengan kapsul ini? Bumi sudah hancur seluruhnya, sama sekali bukan ide yang bagus untuk pergi dari The Dimmension.

"Karena hyung meyakini ini hanya propaganda pemerintah."

Atensi Niki kembali tertarik pada percakapan antara Sunoo dan Heesung. Sama seperti Niki, ini pertama kalinya Sunoo ke sini. Ia juga masih tidak percaaya Heesung punya tempat seperti ini.

"Propaganda apanya? Aku tidak mengerti."

Heesung melirik sekilas ke arah Sunoo. Tangannya masih sibuk menutup kapsul EN- dengan kain putih lusuh. Setelah selesai, Heesung menarik papan kayu. Di atas papan kayu, tertempel sebuah kertas besar yang terlihat seperti desain bangunan. "Ini The Dimmension, tempat tinggal kita saat ini. Di luar gerbang ada sebuah gurun yang sekarang sudah berubah menjadi laut karena tsunami. Di ujung laut, ada sebuah tembok besar."

"Darimana kau tahu itu?" Niki memotong penjelasan Heesung.

"Pamanku sudah pernah mencapai tembok dengan kapsul ini." Heesung berkacak pinggang. "Kita akan pergi setelah aku berhasil membuka pintu ini."

Semua mata beralih ke pintu baja yang tertutup rapat di belakang tubuh Heesung. Pintu yang sedari tadi berusaha dibobol oleh Heesung sampai laki-laki itu frustasi. Sunoo baru akan bertanya sesuatu sebelum...

TOKK TOKK TOKK!!!

Kali ini semua atensi beralih ke pintu kecil yang tersambung dengan selokan. Tiga pasang mata kembali beralih ke arah Heesung, sedangkan yang tertua masih berdiri kaku menatap pintu. Bisa dilihat dari sorot matanya, laki-laki itu panik setengah mati.

"Lee Heesung!"

Heesung mengernyit mendengar panggilan itu. Otaknya sibuk membongkar di mana ia pernah mendengar suara itu. Ketukan pada pintu terdengar semakin keras dan si pengetuk semakin tidak sabar.

THE DIMMENSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang