14.

204 47 0
                                    

Sementara Jake memasang sabuk pengaman di kursi Sunoo dan Jungwon —yang masih terlelap—, tangan Heeseung dengan cekatan menempelkan kartu identitas Sunghoon di mesin kapsul. Kapsul langsung mendesing pelan. Lampu-lampu di panel menyala, begitu pula layar sentuh di hadapan Jay yang menyambut mereka.

Pintu kapsul tertutup rapat bersamaan dengan pintu baja yang menghubungkan bengkel Heeseung dengan terowongan itu terbuka. Rel kecil itu mendorong kapsul hingga beberapa meter ke depan.

"Gempa lagi." Jake menyela. "Ponselku memberi berita."

"Oh ya?" Niki bersuara dari arah belakang. "Tidak terasa dari sini."

"Ayo bergerak lebih cepat, Jay."

Pintu kedua. Pintu ketiga. Dan pintu terakhir. Tidak seperti perjalanan sebelumnya, mereka dengan cepat membuka pintu baja dari dalam kapsul. Air kembali menghantam kapsul, kali ini gelombangnya lebih tinggi dari yang terakhir kali. Mungkin karena gempa tadi.

Perjalanan tiga jam menuju gerbang utama terasa lebih cepat kali ini. Ini karena mereka sesekali bercanda, juga lebih santai dengan satu sama lain. Lihat saja bagaimana Sunghoon dan Sunoo berbagi kacang almond. Niki mendengarkan Jake yang bercerita macam-macam, sambil mengelus punggung Jungwon yang terlelap di pangkuannya. Heeseung dan Jay juga lebih santai sambil mengemil keripik apel, tidak ada ketegangan lagi di antara mereka.

"Ugh, pintu gerbangnya sangat memprihatinkan." Jay meringis kala melihat pintu baja itu sudah hancur sebagian.

Kapsul bergerak melewati celah di antara baja raksasa itu. Mereka disambut dengan gelombang air yang lebih kencang. Sedikit terombang-ambing, tapi kapsul berhasil bergerak mulus ke depan. Layar hologram langsung tersambung begitu mereka keluar dari The Dimmension. 30 kilometer lagi harusnya mereka sampai pada gerbang kedua. Gerbang yang tidak pernah ada di peta The Dimmension.

"Aku penasaran kenapa kau bisa mengakses hologram."

Heeseung menoleh ke arah sang penanya. Ia menelan keripik apelnya sebelum menjawab, "Ini kerjaan pamanku. Ia pernah keluar sini dan menyambungkan kapsul dengan satelit. Aku juga tidak paham bagaimana, yang pasti hanya bisa diakses setelah keluar gerbang. Kau tahu struktur bangunan The Dimmension menangkal signal dari luar, 'kan?"

"Tidak."

"Oh ayolah. Kau belajar apa saja di kuliah." Heeseung mendengus.

Jay ikut mendengus, merasa tersindir. "Banyak hal. Tapi untuk hal-hal di luar The Dimmension, nol besar."

"Masuk akal karena ayahku mengatur sistem pendidikan." Sunghoon, yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang mereka, menimpali. "Kalau saja kita belajar tentang hal-hal di luar The Dimmension, mungkin kita akan percaya dengan Heeseung lebih cepat. Yang kita tahu hanyalah tidak ada kehidupan lain selain di dalam sana."

Jay mengangguk setuju. Mulutnya yang penuh kripik apel sudah terlalu sibuk untuk menjawab.

Perjalanan di luar sini memakan waktu hampir delapan jam. Kapsul berhenti kala layar hologram menampilkan titik merah.

"Kita harus ke permukaan. Tarik tuasnya, Jay."

Sang co-pilot menuruti. Begitu tuasnya tertarik, kapsul bergerak ke atas. Semakin ke atas, sinar matahari semakin menusuk. Terang menyambut mereka kala kaca depan kapsul berada sepenuhnya di atas air.

Di hadapan mereka, dinding baja berdiri tegak seperti raksasa. Tidak ada celah di dinding sejauh mata memandang.

Dentuman di belakang mereka membuat bulu kuduk meremang. Heeseung memutar kapsul untuk melihat apa yang baru saja meledak, tapi di belakang sana hanyalah air tanpa ujung.

THE DIMMENSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang