O7.

306 73 4
                                    

"Ini ruang mesin."

Jay berdeham sambil mengibaskan tangan di depan wajah. "Di bawah kaki gunung seperti ini?"

"Mm," sahut Heesung. Ia membereskan tanaman liar yang tumbuh di lembah gunung. "Niki, bisa kau gendong Sunoo sebentar?" Tanyanya kepada Niki yang langsung dituruti oleh laki-laki berkebangsaan Jepang itu.

"Bagaimana kau bisa tahu tempat ini?"

"Seorang budak dari Dimensi D memang lebih mengenal The Dimmension daripada anak kandung presiden, ya?" Sindir Heesung.

Sang anak presiden menghela nafas. "Berhenti berbicara seperti itu," gertak Sunghoon.

"Atau apa?" tanya Heesung tanpa menoleh. "Atau kau akan membuangku dari The Dimmension? Aku sama sekali tidak masalah jika kau ingin menembak kepalaku dengan peluru seperti yang kau lakukan pada pamanku."

Sunghoon sebenarnya ingin melawan, tapi tangan Jake menyentuh pundaknya untuk membantunya meredam emosi. Akhirnya ia hanya mendengus sebal, sementara Heesung terkekeh sarkastik.

Ada banyak sekali tanaman liar di bawah sini. Begitu Heesung berhasil menarik salah satunya, bau belerang mengusik indera penciuman masing-masing. Membuat mereka terpaksa menutup hidung. Niki, yang sedang menggendong Sunoo, segera menarik Jungwon untuk menjauh dari sana.

"Ugh, menjijikan," keluh Jake.

Sepertinya hidung Heesung memiliki penutup otomatis, karena laki-laki itu masih sanggup mencabuti beberapa tanaman liar hingga terlihat sebuah pintu baja yang tertutup rapat. Tangan Heesung menggosok gagang pintu, tapi segera menariknya lagi.

"Panas sekali," protesnya sambil mengibaskan tangan. Ia menoleh ke arah Jay yang ikut berjongkok di hadapannya. "Aku tidak bisa membuka pintunya karena aku tidak punya akses."

"Sunghoon punya akses ke segala penjuru The Dimmension, 'kan?" Jay menoleh ke arah Sunghoon.

Pemuda Park itu mengangguk. Dengan segera ia merogoh sakunya dan mengeluarkan kartu identitasnya.

Seharusnya Heesung tidak heran dengan tampilan kartu identitas Sunghoon yang sangat berbeda. Bahannya terbuat dari emas yang dipotong tipis. Kartunya berkilau hingga menyilaukan mata Heesung. Ada satu cip yang menjadi kunci legal kepada si pemilik kartu untuk memiliki akses ke seluruh penjuru The Dimmension, termasuk ruang mesin yang jarang sekali dibuka. Seharusnya Heesung tidak heran bagaimana dengan kartu kecil itu, ia bisa dengan mudah membuka kunci pintu baja.

Seharusnya Heesung tidak heran karena Park Sunghoon adalah anak kandung sang presiden.

Begitu pintu terbuka, asap mengepul ke udara. Membuat matanya perih. Beberapa dari mereka bahkan terbatuk karena asap itu mengeluarkan bau belerang yang sangat kuat. Setelah asap mereda, Heesung menyundulkan kepalanya.

"Gelap. Kau punya senter?" Tanyanya kepada Jay.

Jay mengangguk. Ia segera mengeluarkan ponsel canggihnya untuk menyalakan senter. "Kau mau masuk?"

Heesung sudah membuka jaketnya ketika pertanyaan Jay terlontar. Ia menyetap ponsel Jay dan menyelipkannya ke kantung bajunya. "Katanya kalian perlu tahu apa yang salah? Bagaimana aku bisa tahu kalau tidak masuk?"

"Kau yakin tempat itu aman?" Sunghoon mendadak khawatir.

Heesung mendecih. "Maka dari itu tunggu di sini. Setidaknya jika aku mati tidak terlalu memusingkan, 'kan?"

Sunghoon ikut mendecih. Ia mulai tidak suka dengan gaya bicara Heesung yang terus-terusan menyindir.

Heesung melirik ke arah Jake, kemudian beralih ke arah Niki yang berdiri agak jauh bersama kedua adiknya. "Aku titip adik-adikku sebentar."

THE DIMMENSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang