Chapter 4. By Accident

455 45 25
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


April 2021.

"Za, mau makan apa kata Bang Fikal." Tanya Ardner pada pemuda di sebelahnya.

Ardner menepuk-nepuk pelan pundak pemuda yang tertidur itu. Ardner, pemuda berambut coklat dengan dua piercing di telinga kanannya itu, ikut mengusap mukanya kasar. Ia pun tanpa sengaja tertidur di studio.

"Hah? Apa, Ner?" Harza masih berusaha mencerna omongan Ardner. "Oh makan.. Mmm.. Apa aja, jangan mi pokonya, bosen." Jawab Harza sambil membuka matanya perlahan. Ia mengacak rambutnya dan menarik nafas panjang.

Harza dan Ardner berteman semenjak SMP. Ayah Ardner adalah seorang diplomat dan tugas terlamanya adalah di Boston sebelum dipindahkan ke Hongkong saat Ardner SMA. Karena itu Ardner kembali ke Indonesia dan melanjutkan sekolahnya disini.

Harza, Ardner dan Bramasta, biasa dipanggil Asta, memiliki cita-cita membangun label musik sendiri. Saat ini Harza dan kedua sahabatnya itu sedang merintis studio kecil di Kemang dengan beberapa pegawai. Ralat, studio kecil yang mewah dan canggih. Asta sendiri masih berada di Boston untuk menyelesaikan kuliahnya dan akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat.

"Ner, lu sibuk ga? Gue boleh minta tolong? Ini demo tinggal di mastering aja. Ntar sebelum di kirim ke klien, kirim ke gue dulu ya biar gue cek. Udah dua hari gue ga pulang." Harza bertanya pada pemuda disebelahnya yang sama-sama masih mengumpulkan nyawa.

"Hari ini gue kosong. Aman. Lu balik aja gih."

"Makasih, Ner." Harza menepuk pelan pundak Ardner sambil beranjak dari kursinya menuju kamar mandi. "Lu pokoknya abis mastering, pulang juga ya, istirahat." Ucap Harza lagi.

"Mau pacaran boleh kan?" Jawab Ardner sambil menaikkan alisnya tengil.

"TERSERAH." Harza menutup pintu kamar mandinya.

Ardner tertawa dari dalam studio dan berteriak pelan menimpali sahabatnya. "Makanya cari pacar, jangan di studio aja. Duit lo tuh udah banyak. Ngapain sih nyiksa diri kayak sekarang. Itu tinggal pilih Syena apa Alesha."

Harza keluar dari kamar mandi sambil mengelap mukanya dengan handuk. Ia masuk kembali ke studio dan menyalakan layar monitornya. "Ga ada. Ga ada Alesha atau Syena."

"Kenapa?"

"Ya gapapa. Emang harus kenapa-kenapa?"

"Gaya lu, Za. Alesha sama Syena udah ngetop banget di base. Mereka kurang apa sih?"

"Ya ga kurang apa-apa Ardner." Harza menekan keyboard dan mouse nya dengan cepat.

"Terus kenapa? Lu dikejar-kejar cewe sana-sini. Gue aja sampe capek nanggepin Syena. Kenapa sih lu ga pacaran aja? Mereka cantik, body oke, nyambung sama lu, tajir juga. Lu ga bakal takut diporotin. Terus?"

Run Harza Run [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang