November 2026.
Semua yang dilakukan Ezaz kali ini terasa deja vu bagi Tarra. Tapi ada satu hal yang berbeda, dulu Harza lah yang membuatnya bisa melangkah pergi meninggalkan kenangan masa lalunya.
"Lu ngapain kesini?" Ucap Tarra sambil meneguk kopi panas dari cangkirnya.
"Kan gue udah bilang mau nagih cincin gue."
"Gue serius, Zaz."
"Gue ada kerjaan ke Tokyo jadi sekalian aja gue nyari lu. Gue ngga nanya Bara loh, gue nyari tau sendiri." Ezaz menjelaskan sebelum gadis di hadapannya itu mengerut kesal.
"Jadi gimana, Ta?"
Tarra hanya terdiam. Ia masih terpaku pada pemuda di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Sejujurnya, ia tahu Asta dan Ardner ada di Jepang untuk kegiatan art exhibition. Tapi Harza, pemuda yang ternyata masih ia tunggu setahun terakhir ini, tidak ada bersama mereka.
Harza tidak berusaha mengejarnya dan sekarang ia dihadapkan pada Ezaz yang begitu gigih memperjuangkannya.
"Zaz..."
"Iya, Ta."
"Lu disini berapa lama?"
"Dua minggu."
Tarra menghela nafasnya panjang. "Kasih gue waktu sampe lu pulang ya."
Ezaz hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Take your time, Tarra. I'll wait."
***
"Tadi yang depan kantor itu Ezaz?" Tanya Bara dengan raut tidak kalah kagetnya.
Tarra hanya mengangguk.
"Dia ngapain?"
"Dia ngajak gue nikah, Bar." Tarra mengeluarkan sebuah cincin dari kotak kecil. "Dia ngasih cincin ini dari sebelum gue ke Jepang. Sekarang dia nanya sama gue, perasaan gue gimana."
"Lu ada perasaan sama dia?"
"Gue nyaman."
"Ada perasaan lain selain nyaman ngga?"
Tarra menggeleng perlahan.
"Lu.." Bara meneguk kopinya sebelum melanjutkan kalimatnya. "..masih kepikiran Harza?"
Tarra mengangguk. "Gue masih sayang banget sama dia, Bar."
"Dari kalimat lu aja gue tau lu masih sesayang itu sama Harza."
"Tapi dia ngga kesini ngejar gue, Ezaz yang mati-matian bikin gue buka hati. Bukan Harza."
"Emang harus ya, Ta?"
"Harus apa?"
"Harus dikejar." Tarra terdiam.
"Harza juga sama menderitanya sama lu. Coba sekarang lu yang balikin keadaan."
Tarra hanya memandang kotak cincin di tangannya. Kebimbangannya semakin besar.
***
"Gimana acaranya?" Tanya Harza melalui panggilan video.
"Lancar semuanya. Lu kenapa ngga nyusul aja sih kesini." Tanya Asta balik. Pemuda yang ditanya itu hanya tersenyum.
"Eh, Za. Kemarin Tarra ke pameran."
"Oh ya?" Mata Harza seketika membulat ketika mendengar nama gadisnya itu disebut.
"Sendiri?" Tanyanya lagi.
"Hm.." Ardner menatap Asta. Asta hanya menganggukkan kepalanya. "..Bertiga, Za. Sama Bara terus....Ezaz."
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Harza Run [completed]
أدب الهواةHarza totally not my type. I need a mature, cool, calm and collected man. -Tarra- I'm more than the Anantara's title along with my name. -Harza- Sama-sama berusaha bangkit dari jebakan masa lalu, siapakah yang cintanya akan jatuh paling dalam? Publi...