Chapter 15. Wholehearted

277 30 6
                                    

Agustus 2021.

Asta menyenggol lengan Harza beberapa kali. "Za, mau makan apa ditanyain bang Fikal."

"Eh... Ohhh.. Sorry ga kedengeran. Gue masih pake headset. Apa aja deh. Terserah lu." Harza membalas beberapa pesan yang masuk ke ponselnya termasuk menyimak pembicaraan di grup Muda lalu kembali fokus ke layar monitornya.

"Kayak cewe lu. Apa-apa terserah." Asta beranjak keluar sambil membawa beberapa hard disk meninggalkan Harza yang hanya bisa tertawa.

Ardner datang dari ruangan sebelah dan menyerahkan setumpuk dokumen. "Za, Bang Fikal bilang cek dulu sebelum di tanda tangan. Kita harus ada meeting khusus kayaknya deh sekalian bahas rekrut produser. Tadi anak Finance nanya sama gue juga."

Harza hanya mengangguk lalu membalikkan badannya ke arah Ardner. "Iya, Ardner." Harza meletakkan tumpukan itu di mejanya. "Kita meeting bareng sama yang lain deh lusa. Bilangin Bang Fikal ya."

Ardner mengiyakan lalu menyerahkan segelas kopi untuk Harza. "Za, nih. Asupan vitamin."

Harza tertawa sambil menerima gelas kopinya. "Bener-bener emang temen gue."

Ponsel Harza berkedip tanda bahwa ada telfon masuk. Ardner mengintip siapa penelfonnya lalu membuat raut wajah tengil.

"Iya, Ta. Kenapa?" Jawab Harza pada penelfon di ujung sana.

"Gue lagi di daerah studio lu di kemang. Gue kesana, ya."

"Ohh... Oke..."

"Lu bawa mobil ga sih hari ini, Za?"

"Ngga, tadi malem mobil gue dibawa balik Bang Fikal. Gue takut ngantuk dijalan."

"Yaudah, kerjanya masih lama ga? Udah sarapan? Kita makan keluar yuk. Gue jemput."

Ardner memberi kode bahwa semua kerjaan bisa ia atasi.

"Mmmm.. Kayaknya ga ada lagi sih. Belum, gue belum sarapan. Oke, See you, Ta."

"Oke, bye, Za."

Belum selesai telfon itu ditutup, Ardner sudah tertawa-tawa kecil. "Duuuh dijemput mbak crush. Gampang kalo kerjaan. Bawa balik aja. Lagian lu udah mendekam disini dari kemaren."

Harza segera membereskan dokumen-dokumennya untuk dibawa pulang lalu membawa dua hard disk kerjaan musiknya. Ia mengenakan blazer Balenciaga favoritnya lalu bersiap-siap menunggu kedatangan Tarra sebelum Fikal dan Asta masuk ke dalam studio utama.

"Lah, mau kemana anak bujang?" Tanya Fikal sambil membawa beberapa kotak makanan.

"Dijemput mbak crush katanya sih." Ardner menjawab sambil menaikkan alisnya.

"Oh jadi lu minta Bang Fikal anterin mobil lu balik semalem buat modus ya?" Asta tidak kalah cepat merespon.

Harza hanya terkekeh lalu membalas pesan yang masuk dari Tarra. "Bentar gue jemput dia dulu di depan. Dia mau liat studio. Lu semua jangan macem-macem. Awas." Ancam Harza sambil keluar dari ruangan.

Tepat setelah Harza meninggalkan ruangan, Ardner, Asta dan Fikal saling memberikan kode dengan matanya. "Mau bikin apa buat besok? Mumpung anaknya di Jakarta." Tanya Fikal.

"Gue tanya Anya deh. Ide cewe suka lebih cemerlang. Kita bikin suprise disini aja gimana?" Ujar Ardner. Asta dan Fikal mengangguk tanda setuju.


Harza menjemput Tarra di pintu depan dengan raut sumringah. Ia lalu menggandeng Tarra masuk. Harza membuka pintu studio perlahan. Ia dan Tarra melongokkan kepalanya ke dalam. Ardner, Fikal dan Asta ikut menyambut Tarra dari dalam.

Run Harza Run [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang