Chapter 14. Another Milestone

230 28 1
                                    

Awal Agustus 2021.

Tarra melambaikan tangan lalu berlari memeluk Lidya dan Alfon dengan senyum terlebarnya. Mereka bertiga berpelukan hangat setelah hampir 3 bulan tidak bertemu. Lidya dan Alfon baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya dari Amerika bertepatan dengan kesibukan anak semata wayangnya yang tidak bisa ditinggal.

"Tata.... Mama papa kangen." Lidya memeluk anak gadisnya itu, tidak lupa Alfon mendaratkan kecupan kecil di pipi Tarra. Tata adalah panggilan Tarra ketika kecil dan sering digunakan ketika mereka sedang kangen-kangenan.

"Pa, ih... " Tarra tertawa sambil memeluk Alfon manja. "Ayo kita ke parkiran. Bawaannya udah segini aja?"

Kedua orangtua Tarra menganggukkan kepala mereka lalu menggandeng anak kesayangan mereka menyebrangi gerbang kedatangan menuju parkiran.

***

Tingnong.

Bel apartemen Tarra berbunyi. Lidya masih membereskan barang-barangnya di ruang duduk sambil mengeluarkan beberapa oleh-oleh untuk keluarganya di Indonesia.

"Ma, Tarra aja yang buka pintu." Tarra berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Seketika senyumnya mengembang melihat siapa yang berada di balik pintu.

"Za.... Kenapa?" Tanya Tarra sumringah.

"Eh, gapapa. Tadi mau ngajakin lu makan keluar sekalian mau nanyain Muda." Harza menggerakkan dagunya ke arah tangan kanannya yang membawa laptop.

"Ta? Lupa ya? Katanya mau maksi bareng? Gue udah WA sama telfon lu berkali-kali tapi ga ada jawaban. Makanya gue kesini."

"ASTAGA HARZA LUPAAAA...Maaf yaaaa. Mmmm.. soalnya ada-"

Belum selesai Tarra menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara berat milik pria dari dalam ruangan.

"Ta, kok ngobrol di pintu? Siapa itu yang dateng? Ajak masuk aja." Ujar Alfon.

Tarra segera menarik tangan Harza sehingga saat ini Harza sudah berada di dalam apartemen Tarra. Seketika Harza menjadi kikuk ketika mendapati kedua orangtua Tarra berada di hadapannya dengan raut wajah menyelidik.

"Ma, Pa, ini Harza. Harza ini.....temen kampusku. Loft nya di sebrang loft kita."

Harza berusaha tetap tenang lalu bersalaman dengan kedua orangtua Tarra.

"Saya Alfon, papanya Tarra. Ini Lydia, mamanya. Namanya siapa tadi? Harza? Kuliah di bidang apa?"

Alfon memberondong Harza dengan pertanyaan sambil memandang lekat pemuda itu dari atas ke bawah. Harza sudah beberapa kali menelan ludahnya kasar melihat perilaku Alfon.

"Iya betul, Om. Saya Harza, Harza Anantara. Saya kuliah Audio Engineering, seangkatan dengan Tarra. Kebetulan sekarang saya lagi ada project sama Tarra. Jadi saya sebenarnya kesini mau konfirmasi sesuatu tentang kerjaan." Ucap Harza sesopan mungkin.

"Papa inget ga kalo Tarra telfon suka bilang lagi ngerjain project sama Harza. Nah ini orangnya. Dia project leadernya." Tarra menepuk-nepuk pundak Harza. "Dia yang nemenin Tarra kalo Tarra lembur. Waktu kemarin alergi Tarra kambuh, yang nemenin juga Harza, Pa."

"Oh, gitu? Nginep disini dong semaleman?" Tanya Alfon tegas sambil masih memandang Harza lekat.

Harza semakin tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ini ia hanya bisa terdiam lalu tersenyum canggung. Mimpi apa semalam ia bisa bertemu dengan kedua orangtua Tarra dengan tampilan seperti ini, dengan tampilan ala bangun tidurnya. Hanya menggunakan ripped jeans, oversized t-shirt, jaket denim ditambah kalung dan anting lengkap di semua tindikannya.

Run Harza Run [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang