Chapter 13. Endearing

249 27 9
                                    

Juli 2021.

Bara menatap sahabatnya itu dengan raut cemas.

"Ta, gue anterin balik yuk." Ucap Bara sambil mengelus punggung Tarra perlahan. Ia sudah hafal betul Tarra yang seperti ini setiap bulannya.

Tarra hanya menggeleng. "Tanggung, bentar lagi gue balik kok."

"Lu nyetir bego. Sama gue aja ya." Sahut Bara dengan raut yang masih sama sepert tadi. Cemas.

"Oh, bentar. Gue tau." Bara lalu menekan layar ponselnya dan mengirimkan beberapa pesan kepada Harza.

"Tuh, Harza sepuluh menit lagi sampe." Ucap Bara sambil menepuk-nepuk pundak Tarra.

"Ngapain nyuruh dia jemput?" Ucap Tarra masih dengan intonasi judesnya.

"Lu ya, sakit-sakit masih galak." Bara terkekeh. "Udah nurut aja sekarang pokoknya. Gue bawa mobil lu balik. Lu dijemput Harza. Oke?"

Akhirnya Tarra hanya mengangguk pasrah.

***

Harza mengulas raut khawatir di wajahnya ketika menjemput Tarra yang pucat pasi.

"Ta, lu beneran gapapa? Harus ke RS ga? Lu pucet banget. Asli gue takut nih." Harza membelai pelan kepala Tarra sambil merapikan helaian rambut yang menutup mukanya sebelum ia memasang seatbeltnya.

Tarra hanya terkekeh dengan respon Harza kali ini.

"Kok ketawa?" Tanya Harza.

"Gapapa. Lu kalo panik lucu." Tarra langsung menyesali kalimat yang keluar dari mulutnya.

Kenapa harus lucu, Tarra.

Mereka berdua telah sampai di dalam apartemen Tarra. Raut wajah Harza masih khawatir. Terlebih ia melihat gadis itu terlihat sangat lelah.

"Ta, gue temenin lu dulu sampe tidur. Baru abis itu gue cabut ke Club8. Ga boleh nolak."

Tarra mengangguk sambil mengulas senyum tipis di wajahnya. "Za, gue mandi dulu ya."

Harza hanya mengangguk lalu berjalan ke arah sofa dan merebahkan dirinya sambil membuka ipad serta mengecek beberapa kerjaannya. Ia mendengar aktivitas Tarra dari kamar mandi. Tidak berapa lama Tarra sudah keluar menggunakan piyama tidurnya.

Gadis itu berjalan ke arah pantry. "Mau minum apa? Gue mau bikin hot chocolate. Ini dikirimin nyokap dari Singapur katanya enak."

"Lu istirahat sini. Gue gampang." Harza menepuk-nepuk sofa di sebelahnya. Tarra bergegas menghampiri Harza dengan membawa segelas coklat hangat di tangannya.

Tarra duduk disebelah Harza. Seperti sudah menjadi kebiasaan baru, ia refleks menyandarkan kepalanya ke lengan Harza sambil mengalungkan lengannya.

Tarra menyisip pelan minuman di tangannya. Baru saja setengah gelas coklat panas itu ia habiskan, seketika gadis itu mengerutkan badannya. Ia memegang mukanya panik. Nafasnya menjadi pendek. Harza yang berada tepat di sebelahnya segera memalingkan wajahnya ke arah Tarra dan terbelalak.

"TA, ANJIR TA LU KENAPA?? MUKA LU KENAPA BENGKAK MERAH-MERAH GINI?" Harza memegang tubuh Tarra dengan terkesiap. Darahnya terasa turun dengan cepat saking terkejutnya.

"Za.....Za... tolongin gue... Di deket tv.. Ada kotak.." Tarra berusaha memberikan instruksi di tengah nafasnya yang makin sesak. Harza berlari secepat kilat menuju tempat yang dimaksud Tarra.

"Ada kotak...... bening, isinya..... kayak... suntikan." Ucap Tarra terbata-bata. Nafasnya terdengar makin berbunyi. Harza segera menemukan dan mengangkat kotak itu.

Run Harza Run [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang