Chapter 25. A Sudden Change

255 22 3
                                    

Desember 2021. Singapura.

"Sayang, kamu udah sadar belum?" Ucap suara di ujung telfon sana.

"Hm.... Iya yang, bentar. Boleh telfon lima menit lagi ga?" Jawab Harza sambil berusaha membuka matanya.

"Bes, ini udah mau jam 12 siang. Kamu beneran baru bangun??" Terdengar nada khawatir di suara Tarra.

"Semalem lanjut after party sama anak MTV. Maaf ya. Nanti aku telfon balik."

"Oke." Jawab Tarra sambil menutup telfonnya.

Harza berusaha mengangkat badannya turun dari kasur tapi kepalanya berat. Dalam kesadarannya yang masih belum penuh, ia berusaha berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan segera membalas pesan kekasihnya. Ia tahu Tarra khawatir. Setelah sepuluh menit menyadarkan dirinya, Harza menekan kembali layar ponselnya untuk menelfon Tarra.

"I'm sober. Hehehe. Maaf ya. The party was a lil bit hard last night. Are you okay if i tell you this?" Tanya Harza ragu-ragu mengingat ia baru saja berbaikan dengan Tarra.

"Sure. Kita jadi mau makan siang bareng?"

"Boleh. Mau jemput jam berapa? Aku mandi dulu sebentar."

"Aku setengah jam lagi sampe. Siap-siap dulu aja."

"Oke. Kunci kamar aku masih kamu bawa satu kan?"

"Iya, nanti aku langsung ke atas kalo kamu belum siap. Byeee."

"Bye, Tarra."

Harza lalu berusaha sekuat tenaga mengangkat badannya untuk beranjak dan bersiap-siap.


Tarra menautkan jemarinya pada jemari Harza sambil berjalan di sekitar Orchard. Pemuda yang tangannya ia genggam ini sepertinya masih belum sepenuhnya sadar. Harza beberapa kali memijat pelipisnya dan menguap menandakan ia masih mengantuk. He's still hangover but somehow it's cute, batinnya. Tarra lalu membawa Harza memasuki salah satu toko Prada di Orchard Road sebelum mereka makan siang.

Tarra menuju ke meja display dan menyebutkan salah satu tipe tas, Prada Flou large leather handbag warna hitam. Setelah mengecek barang yang ia mau, ia segera bergerak ke kasir. Harza hanya melihat-lihat kesana kemari sambil memandang tas yang Tarra pilih.

Sambil menunggu, Harza ikut-ikutan memandang display yang berisi dompet dan aksesoris. Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, Harza menunjuk dua buah dompet kulit kecil yang senada dengan tas yang dipilih Tarra. Ia lalu berjalan ke kasir dan membayarnya.


"Gimana? Udah seneng?" Tanya Harza sambil menikmati makan siang mereka di area sekitar Orchard. Tarra hanya mengangguk sumringah sambil mengunyah makanannya.

Tarra memang sudah mengumpulkan uangnya cukup lama untuk membeli tas yang ia idam-idamkan sebagai hadiah ulang tahun dan hadiah wisuda untuk dirinya sendiri. Harza menyanggupi dan berjanji bahwa dirinya tidak akan membelikan tas tersebut diam-diam. Ia tahu, Tarra sudah menabung lama untuk barang ini. Tapi bukan Harza bila ia tidak memberikan hadiah kecil pada kekasihnya itu.

"Bes, ini buat kamu." Ucap Harza sambil menyerahkan paper bag berukuran sedang dengan tulisan Prada kepada Tarra.

"Loh, aku pikir kamu emang belanja buat diri kamu sendiri."

"Ini sengaja aku beli buat kamu. Biar pas sama tasnya." Harza tersenyum dan menyorongkan paper bag itu untuk kedua kalinya. Tarra merimanya dengan raut senang. Ia membukanya dan tertawa.

"Hahaha, makasih ya, Bes. Aku emang lagi butuh dompet kecil sama card holder. Thank you once again." Tarra menggenggam tangan Harza dan mengeluskan pelan. Ia membisikkan 'love you' sambil tersenyum dan mereka melanjutkan kembali makan siang mereka.

Run Harza Run [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang