0.06

1.5K 95 4
                                    

Bulan telah menampakkan sinarnya, Alena masih mengingat kejadian tadi siang dimana Bara datang melamarnya.

Ia kini duduk dikursi balkon kamarnya, menatap ke arah bulan.

Ketukan pintu membuyarkan lamunan Alena, ternyata Andrian yang datang menghampiri putrinya tersebut.

"Hei ngelamun aja,kenapa?" Tanya Andrian

"Ngga kok pah" Andrian duduk disamping Alena

"Kalau ada yang mau kamu omongin omongin aja" Andrian mengelus puncak kepala Alena lembut.

Alena mendonggak lalu memeluk tubuh tegap Andrian dari samping.

"Kenapa hmm?"

"Entar kalau aku udah nikah kan ga bisa sering meluk papah kayak gini"

"Andai aku punya saudara pasti nanti ada yang bisa jagain mamah sama papah"

Andrian mendengar penuturan putrinya itu mengehentikan tangannya sejenak yang sedang mengelus puncak kepala Alena.

"Udah takdir gimana lagi Len" ucap Andrian mengelus puncak kepala Alena lagi

"Janji deh aku bakal sering-sering kesini kalau udah nikah"

"Masih dua bulan lagi kan"

"Aaaa papah itu cuman bentar tau" rengek Alena, Andrian hanya terkekeh geli

"Tidur gih udah malem besok sekolah kan?"

"Iya pah bentar lagi"

"Yaudah kalau gitu papah keluar dulu"

"Good night princess papah" ucap Andrian Andrian berdiri dari duduknya lalu mengecup puncak kepala Alena, kemudian keluar dari kamar Alena.

"Good night too pah" gumam Alena

*********

Hari ini adalah hari Senin, beberapa siswa berdecak malas karena hari ini akan dilaksanakan upacara.

Tidak sedikit siswa yang mengeluh kepanasan dari sinar matahari, apalagi saat kepala sekolah memberikan amanat tidak ada habisnya.

"Ini kapan sih selesainya, gemes gue" gerutu Tara

"Panas banget anjir, tuh tua bangka ga kesel apa bacot mulu" dengus Mika, kakinya mulai terasa pegal karena berdiri lama.

"Sabar, orang sabar pantatnya semok" ucap Alena asal

Akhirnya upacara telah selesai, Alena dan kedua temannya kini sedang berada di kantin untuk membeli minum.

"bolos kuy" ajak Tara

Mika mengangguk setuju "Yok lah"

"Sesat lo berdua, tapi ayo lah" Alena lalu meninggalkan kedua temannya, kemudian menuju rooftop sekolah.

"Anj"

"Tungguin woyy"

Mika dan Tara menyusul Alena yang sedang mengendap-endap di tiang yang jelas-jelas lebih kecil daripada tubuh Alena. Kedua sahabatnya hanya menepuk dahi mereka sendiri karena melihat kelakuan Alena yang sangat jenius.

"Lena lo ngapain anjir" pekik Mika

"Husstt" Alena metetakkan jari telunjuknya di depan bibirnya "diem ntar ketahuan guru"

Mika dan Tara memilih meninggalkan Alena yang sedang mengendap-endap di belakang tiang untuk menuju ke rooftop

"Woy anj lo tungguin" teriak Alena kala melihat punggung kedua temannya yang sudah menaiki tangga menuju rooftop.

ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang