0.11

1.5K 88 9
                                    

Bara meletakkan laptopnya di nakas lalu menyuruh Alena mendekat.

"Sini" panggil Bara membuat Alena meneguk ludahnya susah payah, pikirannya kini bercabang kemana-mana.

Alena mulai mendekat dengan langkah pelan membuat Bara berdecak.

"Nanti saya beliin susu kotak deh sepabriknya sekalian" ucap Bara kesal melihat pergerakan Alena yang pelan.

"Jangan lupa sama sahamnya juga ya om" balas Alena tidak tahu diri.

"Ngelunjak dasar, untung bini" batin Bara

Alena tersentak kaget ketika ketika tubuhnya tiba-tiba diangkat Bara lalu didudukan di atas pahanya.

Bara mulai mengendus-ngendus di leher Alena yang beraroma vanila yang mungkin dari sekarang akan menjadi candu bagi Bara.

"Omm" panggil Alena dengan badan yang terus bergerak tak nyaman di pangkuan Bara.

"Jangan gerak-gerak Len" peringat Bara dengan suara serak seperti menahan sesuatu.

Bara yang tersadar apa yang dia lakukan segera memindahkan Alena untuk duduk di atas ranjang.

"Kamu tidur duluan aja saya mau ke kamar mandi dulu" Alena hanya mengangguk

"Selamet gue, pasti solo tuh anjay hahahaha" gumam Alena pelan di iringi kekehan kecil.

Alena yang mulai mengantuk pun membaringkan tubuhnya di ranjang kemudian menutup matanya perlahan.

Beberapa menit kemudian Bara keluar dari kamar mandi melihat Alena yang sudah memasuki alam mimpi.

Mengembuskan nafas panjang mencoba sabar agar tidak melakukan hal yang membuat dia menyesal karena telah melakukannya, Bara tau kalau Alena masih belum siap jadi ia menunggu sampai Alena siap.

Bara berjalan mendekati ranjang dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Alena yang sudah tertidur pulas.

Beberapa menit berlalu tetapi Bara tidak kunjung tidur juga, merubah posisinya menyamping dilihatnya wajah polos Alena yang sedang tertidur membuat Bara menampilkan senyum kecil.

Ia mulai merapatkan tubuhnya dengan Alena, ia mendekap tubuh istri kecilnya lalu menyembunyikan kepala Alena di dada bidangnya.

Saking nyenyaknya tidur Alena tidak merasa terganggu dengan pergerakan Bara dan Bara senang melihat itu.

Dirasa sudah nyaman akhirnya Bara menyusul Alena memasuki alam mimpi.

Hari pun mulai pagi, mentari pun sudah menampakkan sinarnya. Alena menerjapkan matanya beberapa kali disaat baru bangun dari tidurnya.

Ia pun kaget, berada dalam dekapan seseorang yang tidak lain adalah suaminya sekarang.

"Kedip Len, mata kamu bisa copot nanti" ujar Bara dengan mata terpejam, memang sedari tadi Alena memandangi wajah Bara tanpa berkedip.

"Ehh" Alena pun memalingkan wajahnya yang kini sudah memerah di tegur oleh Bara seperti itu.

"Cepet mandi gih terus siap-siap pulang, besok kamu sekolah kan?" Ucap Bara yang kini sudah membuka matanya dan dibalas anggukan oleh Alena.

ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang