Chapter 23

11.6K 1.2K 196
                                    

Malam yang berantakan pun berubah menjadi pagi yang menyedihkan. Putri kedua pasangan Park itu terbangun dengan tubuh telanjang dan sendirian. Junmyeon sudah tidak ada di dalam kamar itu, entah ke mana lelaki itu pergi.

"Daddy ... Mom." Jennie kembali menangis saat melihat tubuhnya yang tertutup oleh selimut tebal, matanya melihat keseluruh ruangan.

Jennie turun dari kasur, mengambil gaun yang semalam ia kenakan saat acara kelulusan lelaki brengsek itu. Berjalan menuju sebuah cermin, menatap pantulan tubuhnya dengan perasaan sedih.

Jennie keluar dari hotel itu, ia tidak berniat untuk pulang. Terlalu malu untuk menatap wajah kedua orang tuanya, dan masih terpampang jelas raut wajah Seojoon dan Minyoung semalam saat mengantarnya keluar untuk menemui Junmyeon di halaman rumahnya.

"Harus ke mana aku sekarang?"

"Pulang? Tidak, tidak." Jennie menggelengkan kepalanya.

Gadis berpipi tembam itu berjalan pelan menelusuri jalanan yang lumayan ramai. Jennie menghentikan langkahnya, dan berdiri di atas trotoar.

Tiba-tiba sebuah hal nekat terlintas di kepalanya. Haruskah ia melompat pada mobil yang melaju kencang? Jennie menggeleng, tidak menyetujui hal yang ada di dalam pikirannya.

Tapi belum beberapa menit setelah ia menggelengkan kepalanya, kakinya dengan cepat berlari ke tengah jalan menuju sebuah truk pembawa batu yang melaju kencang saat itu.

BRAKKK

Tubuh Jennie terpental jauh, membuat semua orang yang melihat kejadian itu membeku. Dan perlahan semuanya pun perlahan menghampiri Jennie yang sudah terbaring di aspal dengan darah yang keluar dari tubuhnya.

***

"Jadi bagaimana keadaan putri saya dok?" tanya Seojoon khawatir atas apa yang sudah menimpa putri keduanya.

"Setelah melakukan operasi pada kedua kakinya dan kepalanya. Untuk sekarang Nona Jennie akan mendapatkan perawatan Intensive."

"Lakukan apa saja untuk kesembuhan putri saya dok."

Dokter itu mengangguk, "Baiklah Tuan Park, kalau begitu saya pamit untuk kembali ke ruangan, jika ada sesuatu yang ingin dibicarakan bisa panggil saya."

"Ya dokter, terima kasih."

Seojoon melihat tubuh putrinya yang tidak berdaya itu dari luar ruangan.

"Dad ... Jennie?" Seojoon memeluk tubuh putri sulungnya, "Adikmu akan baik-baik saja Jisoo."

Jisoo menangis dalam pelukan Seojoon.

Sebulan kemudian, tetapi Jennie belum juga membuka matanya.

"Suamiku, kapan Jennie akan sadar?" tanya Minyoung yang tidak pernah meninggalkan putri keduanya itu dari rumah sakit.

"Mengingat luka yang Jennie dapatkan, itu memang memerlukan waktu yang cukup lama." Seojoon mengusap pelan punggung istirnya itu, "Aku percaya jika putri kita sebentar lagi akan sadar, jadi tunggulah." Minyoung mengangguk dalam dekapan suaminya itu.

"Bagaimana kabar Chaeyoung?" tanya Seojoon.

Sejak kejadian kecelakaan Jennie, Seojoon serta Minyoung sepakat untuk menitipkan Chaeyoung pada orang tua Minyoung.

"Aku tadi menghubungi Eomma, katanya Chaeyoung baik-baik saja di sana. Anak itu sibuk dengan mainan barunya yang dibelikan oleh Appa."

20.35

SORRY | BLACKPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang