Burung biru kecil itu melihat keluar sangkar, seperti ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
-"Kepada seluruh penumpang, kita telah sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai, terimakasih telah terbang bersama kami."
"Dear passengers, we have arrived at Ngurah Rai International Airport, thankyou for flying with us."
"Dante! Bangun! Kita sudah sampai."
Dante membuka matanya dan merenggangkan tangan. Ia melihat keluar kaca pesawat, landasan terbang yang luas dan terlihat beberapa pesawat terparkir disana. Suasana menjadi ramai karena penumpang lain bergegas mengambil barang mereka dan berjalan untuk turun dari pesawat.
"Ahh, kenapa cepat sekali? Aku masih mengantuk."
"Cepat? Kita terbang selama 2 setengah jam! Kau yang tidur sepanjang penerbangan!" ketus Matthew.
"Baiklah baiklah.. kau tidak perlu teriak seperti itu. Telingaku sakit."
"Ayo bangun dan lekas ambil barangmu, terlalu lama duduk di pesawat membuat pinggangku sakit."
Mereka mengambil barang-barangnya, menuruni pesawat dan berjalan menuju kedalam bandara. Mentari bersinar terik, pengunjung lainnya berjalan cepat agar segera masuk ke dalam bandara yang sejuk. Wajah Dante terlihat lesu dan berjalan sambil menundukkan kepalanya.
"Hei ayolah! Bersemangat sedikit! Kita sedang berada di Bali, kita dapat bersenang-senang setelah pekerjaan yang melelahkan bukan?" Matthew berusaha menyemangati Dante yang terlihat tidak tertarik.
"Aku tahu, tapi kenapa Bali? Kenapa Nusa Dua? Arghh, aku rasa Pak Andy ingin menyiksakku dengan embel-embel liburan gratis." Dante menepuk-nepukkan tangan ke wajahnya seperti ingin membuat dirinya sadar.
"Sudahlah, nikmati saja liburan ini. Kita sudah melalui banyak tekanan belakangan ini dan ini adalah saat yang tepat untuk melepas lelah! Lagipula kau bersamaku, tidak ada yang perlu kau khawatirkan!"
"Pergi bersamamu adalah hal yang paling membuatku khawatir."
Mereka sampai di pintu keluar terminal bandara bersama penumpang lainnya. Ada banyak orang yang menunggu kedatangan kenalannya di sepanjang jalan. Beberapa dari mereka memegang kertas yang bertuliskan sebuah nama, seperti menjadi pengenal untuk menjemput penumpang yang dimaksud.
"Ada begitu banyak orang disini." ucap Matthew sambil menoleh kekiri dan kekanan.
"Tentu saja, apa ini kali pertamamu ke bandara? Mereka pasti menunggu kenalannya yang turun dari pesawat kita tadi."
"Hei ayolah! Tidak perlu sedingin itu! Maksudku, tentu aku pernah sebelumnya, tapi tidak pernah kulihat seramai ini."
"Ya ya, aku percaya. Seharusnya supir yang Pak Andy bilang akan menjemput kita juga menunggu disini. Coba cari dia."
Mereka berjalan sambil melihat sekeliling, mencari sosok supir yang menjemput mereka. Tidak lama mereka berjalan, mereka melihat seorang pria tua melambaikan tangan ke arah mereka. Pria tua itu memegang kertas yang bertuliskan Dante & Matthew.
"Mat, itu dia supir yang menjemput kita."
"Eh dimana? Aku tidak melihatnya." ucap Matthew sambil menyipitkan mata agar melihat lebih jelas.
"Itu disana, di depan stand roti". Dante menunjuk ke arah yang dimaksud.
"Stand roti? Dimana?."
Dante mengehela napas dengan kencang dan memutar kedua bola matanya.
"Memangnya aku sedang menonton film Dora ya? Sudahlah, ikuti saja aku." Dante berjalan meninggalkan Matthew di belakang yang masih mencari letak stand roti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Bird
RomanceThis is a story about falling in love with someone you can't have, read at your own risk.