Burung biru kecil itu melihat bulan sabit tidak jauh dari sangkarnya, tidak sempurna, namun indah.
-Garuda Wisnu Kencana, patung setinggi 121 meter yang merupakan ikon Bali ini di resmikan 4 tahun lalu. Pesonanya menarik perhatian wisatawan baik dari turis lokal maupun mancanegara. Sama halnya dengan Dante dan Matthew, hari ini mereka memutuskan untuk berkunjung ke situs wisata tersebut. Terlihat cukup ramai pengunjung di hari itu, ditambah cuaca yang panas membuat kedua sahabat tersebut kelelahan.
"Hahh.. ini sangat panas dan ramai. Aku merasa seperti kekurangan oksigen." Keluh Matthew dengan napas yang terengah-engah.
"Sekarang kau mengeluh? Kau yang memaksaku untuk pergi kesini, seharusnya aku yang mengatakan itu." Dante menyeka keringatnya dan menenggak air dari botol minum.
"Hei ayolah! Memangnya kau mau hanya diam di resort saja? Aku mengajakmu kesini agar kita bisa bersenang-senang. Lagipula ini juga salahmu! Jika tadi pagi kau tidak malas untuk bangun dan pergi, kita tidak akan kepanasan seperti ini."
"Ya ya, baiklah ini salahku. Sudahlah lebih baik kita lanjut berjalan, disini panas sekali."
"Aku setuju."
Pukul 13.00, matahari mencapai puncaknya. Panas terik matahari seperti menusuk langsung dari atas kepala mereka. Mereka terus berjalan mencari tempat untuk istirahat dan berteduh, sampai akhirnya mereka menemukan sebuah bangku taman dibawah pohon rindang. Mereka duduk bersandar sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan telapak tangan. Tidak begitu banyak orang yang ada ditempat mereka beristirahat. Dante memejamkan matanya karena kelelahan, sedikit perbincangan terjadi diantara mereka sebelum akhirnya Dante tertidur.
Dante membuka matanya, menyadari bahwa dirinya tertidur untuk beberapa saat. Ia melihat jam tangannya, pukul 13.47. "Sial, aku tertidur hampir setengah jam." Keluh Dante sambil mengusap-ngusap wajahnya agar kembali segar. "Hei Mat, kita sudah beristirahat cukup lama. Ayo kita lanjut berjalan agar bisa segera kembali, aku lelah." Dante yang masih setengah sadar merasa kebingungan, tidak ada jawaban dari Matthew. "Matthew!" Dante menoleh ke arah Matthew duduk dan dia terkejut karena tidak menemukan Matthew disana.
Dia lekas berdiri dan melihat sekitar untuk mencari Matthew yang mungkin sedang berada didekat sini, namun hasilnya nihil. Dia menepuk keningnya dengan keras dan mengeram "Si bodoh ini, kemana dia pergi?" Dante terpisah dari Matthew di kawasan GWK yang sangat luas, padahal dia sudah kelelahan.
Dante mencoba untuk mencari Matthew sambil berjalan, berharap dia menemukan sahabatnya itu. Tidak lama Dante berjalan, dia menemukan peta situs GWK, ia memutuskan untuk melihatnya agar bisa memperkirakan kemana Matthew pergi. "Yang paling dekat dengan tempat kami beristirahat tadi adalah Lotus Pond, aku harus memeriksanya, mungkin Matthew ada disana." Ucap Dante dan lanjut berjalan.
Setelah beberapa saat, sampailah Dante di Lotus Pond, ia merasa sedikit kebingungan karena tempat ini tidak sesuai dengan bayangannya. "Lotus Pond? Aku pikir akan ada kolam yang dipenuhi teratai disini, tapi tempat ini hanya sebuah lapangan kosong yang sangat luas dan dikeliling pilar batu kapur." Ia berhenti sejenak, memperhatikan sekeliling, terlihat patung Garuda Wisnu Kencana yang sangat megah di balik pilar-pilar itu. "Tapi.. ini sangat indah." Sejenak Dante lupa bahwa ia harus menemukan Matthew karena terpesona dengan keindahan yang ia liat.
Ia tersadar, mengedipkan matanya dan berbalik untuk lanjut berjalan mencari Matthew."BUK!" Dante menabrak seseorang. Ia meringis kesakitan karena orang itu menabraknya tepat di dada. Saat ia melihat kebawah, ada seorang perempuan yang terduduk dan menundukkan kepalanya, meringis kesakitan. Sepertinya itu adalah orang yang menabraknya barusan. "Maaf, kamu tidak apa-apa? Saya sedikit melamun tadi." Ucap Dante sambil mejulurkan tangannya kepada perempuan itu untuk membantunya berdiri.
"Tidak, maafkan saya. Saya yang tidak melihat jalan dengan benar." Dante terdiam, "Aku seperti pernah mendengar suara ini" Pikirnya. Perempuan itu meraih tangan Dante dan berdiri. Dante sangat terkejut ketika perempuan itu menegakkan kepalanya yang membuat wajahnya terlihat jelas, dan Dante mengingat wajah ini.
Ia memperhatikan perempuan itu dengan seksama, rambut hitam panjang dan sedikit bergelombang dibagian bawahnya, bentuk wajahnya oval dengan pipi yang sedikit tembam, bibir bagian bawahnya tebal dan bagian atasnya lebih tipis, dan matanya yang memancarkan aura positif. "Tidak salah lagi, ini dia. Perempuan yang semalam aku lihat menyanyi di cafe itu." Pikir Dante.
"Ha-halo? Kamu tidak apa-apa?" Ucap perempuan itu dengan lembut dan membuat Dante tersadar dari lamunannya.
"Ah-iya, kamu tidak apa? Apa kakimu sakit?" Jawab Dante dengan sedikit terbata-bata."
"Saya tidak apa-apa, apa dadamu sesak? Sepertinya saya menabrakmu cukup keras tadi, maafkan saya."
"Sedikit, tapi sekarang sudah tidak apa-apa, tidak usah dipikirkan. Lagipula tadi saya juga sedang melamun." Dante berbicara dengan sedikit tertawa agar situasinya tidak begitu canggung.
"Ah, saya mengerti. Tempat ini memang indah bukan? Lapangannya sangat luas dan dikeliling pilar-pilar batu, ditambah patung GWK terlihat jelas dari sini. Tempat ini memang sempurna untuk melamun." Ucap perempuan itu sambil melihat ke arah patung GWK berada.
Dante tesenyum kecil mendengarnya, "Kau benar."
Mereka terdiam untuk beberapa saat, menikmati keindahan Lotus Pond. Tanpa disadari udara menjadi sejuk, ada banyak awan di langit yang menghalangi panasnya matahari. Burung-burung terbang tinggi di langit, dan angin menggerakan dedaunan di atas pohon.
"Sebenarnya saya terpisah dari seorang teman, dan sekarang saya sedang mencarinya. Tapi saya tidak tahu harus mencari dan berjalan kemana." Ucap Dante memecah keheningan.
"Benarkah? Sangat kebetulan, saya juga terpisah dari teman dan sedang mencarinya."
"Ah! Ini benar-benar sebuah kebetulan." Hal itu membuat mereka berdua tertawa.
"Saya Jetta." Ucap perempuan itu sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
Dante tersenyum dan menjabat tangan perempuan itu. "Senang berkenalan denganmu Jetta, saya Dante."
"Tadi kamu bilang tidak tahu harus berjalan kemana, apa kamu bukan berasal dari sini?"
"Iya, aku datang dari Jakarta untuk liburan."
"Liburan? Itu aneh, ini bukan musim liburan." Ucap Jetta sedikit heran.
"Ini liburan gratis yang diberikan bosku." Jawab Dante
"Ah aku mengerti, kamu sangat beruntung. Sepertinya bosmu orang yang baik."
Dante memutar kedua bola matanya dan menghela napas. "Ah, tidak juga."
"Hahaha, baiklah Dante. Karena kamu tidak tahu jalan, bagaimana kalau aku mengantarmu berkeliling? Aku orang asli Bali dan sudah sering berkunjung kesini, mungkin kita bisa menemukan teman kita juga sembaring berjalan."
"Tentu, itu ide yang bagus. Aku tidak mau tersesat di tempat seluas ini." Jawab Dante.
Jetta tersenyum manis, "Senang mendengarnya, kalau begitu kita mulai dari patung GWK disebelah sana, jaraknya tidak begitu jauh.
"Baiklah pemandu, mohon bantuannya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Bird
RomanceThis is a story about falling in love with someone you can't have, read at your own risk.