Garuda Wisnu Kencana - Part III

37 4 1
                                    

Pukul 16.58, Dante dan Jetta duduk di salah satu meja Food Court, menikmati pesanannya. Suasana di Food Court cukup ramai, karena memang sudah mendekati jam makan malam. Suara alunan musik Jazz dari panggung Food Court, orang-orang yang berbincang di meja lain, dan anak kecil yang berlarian mengisi keheningan di meja Dante dan Jetta. Dante terlihat serius mengecek ponsel nya, berharap ada sinyal yang masuk agar dia dapat menghubungi Matthew, sama hal nya dengan Jetta yang berusaha menghubungi Nayla.

Hasil usaha Dante nihil, ia tidak berhasil menghubungi Matthew. Dante meletakkan ponsel nya di atas meja dan melihat ke arah Jetta dengan sedikit harapan, "Bagaimana? Apa kamu dapat menghubungi temanmu?"

Jetta menggeleng dan meletakkan ponsel nya, "Tidak, aku tidak mendapatkan sinyal."

Dante menghela napas dan menyandarkan punggungnya pada kursi, "Sial, ini sudah sore. Aku tidak bisa pulang tanpa temanku." Keluh Dante seraya mengusap-ngusap wajahnya. "Bagaimana denganmu? Bagaimana kau pulang nanti jika tidak dapat menemukan temanmu?" Tanya Dante kepada Jetta.

"Uhmm, aku bisa naik bus dari terminal di depan sini. Aku hanya perlu transit dua kali untuk sampai ke terminal dekat rumah."

"Itu bagus, tapi ini sudah hampir malam. Lebih baik kau lekas pulang setelah kita selesai makan jika masih tidak dapat menemukan temanmu."

Jetta tersenyum, ia menyipitkan kedua matanya dan memajukkan wajahnya ke arah Dante, "Oh dengar ucapanmu barusan, apa tuan dingin ini merasa khawatir padaku?"

Dante menggeleng dan mengambil minumannya, "Jangan konyol, cepat habiskan pizza nya."

Jetta terkekeh, "Iya iya, pizza itu harus dimakan perlahan. Kalau tidak nanti aku akan cepat merasa kenyang." Ucap Jetta seraya meminum ice latte nya.

"Sepertinya kamu sangat menyukai latte ya?"

"Eh- iya, aku sangat suka dengan latte. Tapi bagaimana kamu bisa tahu?" Tanya Jetta bingung.

"Itu." Dante menunjuk ke arah ponsel Jetta, "Casing ponsel mu bergambarkan macam-macam latte, pin di tas mu juga berbentuk latte, dan sekarang kau minum ice latte. Apa kamu memang sesuka itu?"

Jetta sedikit terkejut mendengar penjelasan panjang Dante, "Kamu ini benar-benar lucu, bagaimana bisa kamu memperhatikan semua itu?" Tawa Jetta heran dengan sikap Dante yang dingin, namun bisa mengetahui detail sekecil itu.

"Astaga, kita sudah bersama selama beberapa jam. Tentu aku menyadarinya."

"Baiklah baiklah, iya aku sangat menyukai latte. Baik itu ice latte, hot latte, atau bahkan varian seperti matcha latte, dan vanilla latte. Selama itu mengandung latte aku menyukainya. Tapi jika kau bertanya kenapa, aku juga tidak tahu, aku hanya menyukainya, itu saja."

"Pasti ada suatu alasan kenapa kamu begitu menyukainya." Ucap Dante heran.

Jetta tersenyum manis dan menatap mata Dante, "Kita tidak selalu memerlukan alasan untuk menyukai sesuatu, fakta bahwa kita menyukainya saja itu sudah cukup."

Dante terdiam, ia tidak menyangka perempuan yang sangat riang dan suka bercanda ini bisa memberikan jawaban yang sangat dalam. "Kau benar." Ucap Dante dengan sedikit senyuman di wajahnya.

"Wah wah, sepertinya aku berhasil membuat tuan dingin ini terkesima."

Mereka tertawa bersama, menikmati pizza dan minuman mereka. Mereka saling bercerita tentang kehidupan masing-masing, bagaimana kehidupan Dante di Jakarta, keseharian Jetta yang tinggal di Bali, pekerjaan Dante, sampai jurusan yang Jetta ambil di bangku kuliah.

Di tengah keseruan perbincangan mereka, tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan mereka berdua. "Ehem ehem!" Dante dan Jetta menoleh ke arah suara itu bersamaan dan membuat mereka semakin terkejut melihat sosok orang yang ada di arah suara itu berasal.

"Matthew!?"

"Nayla!?"

Pukul 19.20, Dante dan Matthew sudah berada di dalam mobil bersama Pak Agus dan sedang dalam perjalanan pulang. Matthew terus-terusan melihat wajah Dante dengan senyuman lebar di wajahnya, membuat Dante merasa sedikit risih.

"Berhenti melihatku seperti itu." Ketus Dante.

"Tidak akan." Ejek Matthew.

"Sudah kubilang hentikan." Dante memukul wajah Matthew menggunakan bantal mobil.

"Hahahaha ayolah! Kau meninggalkanku selama tiga jam lebih saat aku pergi ke toilet dan ternyata kah berjalan berdua bersama nya! Jujur aku sempat kesal tadi, tapi sekarang aku turut senang untukmu." Ucap Matthew dan memukul pundak Dante.

"Sudah kujelaskan tadi, aku tidak sengaja bertemu dengan Jetta saat sedang mencarimu. Dan kebetulan dia juga sedang mencari temannya, lalu dia menawarkan untuk pergi bersama. Aku tidak tahu jalan disitu, dan dia perempuan yang ramah, jadi kupikir kenapa tidak? Itu saja, tidak ada hal lain."

"Benarkah hanya itu? Kau terlihat sangat senang tadi, bahkan kau tidak pernah terlihat sesenang itu saat bersamaku. Tapi bersama perempuan yang baru kau kenal selama beberapa jam, kau terlihat sangat bahagia."

"Sudah kubilang, itu karena dia ramah." Jawab Dante dan membuang pandangannya ke arah jalanan. "Yang lebih mengejutkan ternyata teman yang Jetta maksud itu adalah Nayla sepupu dari tunanganmu, Kayla."

"Hahaha benar! Dunia begitu sempit bukan? Saat aku sudah menyerah untuk mencarimu dan pergi ke Food Court karena kelaparan, aku bertemu dengannya yang sedang mencari Jetta. Sungguh sebuah kebetulan."

"Aku tahu Nayla tinggal di Bali untuk kuliah, tapi aku tidak pernah menyangka dia adalah Nayla yang Jetta maksud."

"PING!" Suara notif pesan masuk dari ponsel Dante terdengar. Dante mengecek ponsel nya, melihat siapa yang mengirim pesan. Itu adalah pesan dari Jetta yang mengirim foto mereka berdua di GWK tadi.

"Hai Dante, ini kukirimkan foto kita tadi. Mungkin kamu tidak senang dan sedang membaca pesan ini dengan ekspresi dinginmu itu. Tapi karena ini adalah foto kita berdua, aku merasa harus mengirimkannya padamu. PS : Maaf aku hanya bercanda haha, tapi jika kamu merasa senang mungkin kita bisa bertemu lagi?" - Jetta, 19.23

Senyuman kecil terukir di wajah Dante membaca pesan dari Jetta, membuat Matthew penasaran apa yang sedang Dante baca dan berusaha mengintipnya, tapi Dante dengan sigap memukul wajah Matthew menggunakan bantal mobil dengan kencang.

"Tentu, aku akan berada di sini selama 10 hari." - Dante, 19.24

"Ah! Jadi kau merasa senang? Hahahaha" - Jetta, 19, 24

"Hentikan itu. - Dante, 19.26

"Ngomong-ngomong jika kau merasa bosan kau boleh mengirimkanku pesan kapan saja, aku punya banyak lelucon. - Jetta, 19.26

"Jika kau sudah sampai di rumah lebih baik kau membersihkan diri dan jangan tidur terlalu malam." - Dante, 19.27

"Baiklah tuan dingin, selamat malam. Sampai bertemu lagi!" - Jetta, 19.28

"Selamat malam." - Dante, 19.28

Jetta meletakkan ponselnya di atas kasur dan bersiap untuk mandi. Baru saja ia mau membuka pintu kamar, suaran pesan masuk kembali terdengar dari ponselnya. Ia tersenyum dan bergegas mengecek ponselnya, "Mungkin itu Dante yang mengirimkan pesan lagi." Pikirnya.

Namun, seketika senyuman di wajah Jetta menghilang saat ia melihat nama pengirim pesan tersebut. Jarinya gemetar, ia ragu untuk membuka pesannya, dan pesan baru dari pengirim itu kembali masuk ke ponsel nya.

"Jetta." - ?, 19.31

"Aku di depan rumahmu sekarang, keluarlah. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan." - ?, 19.32

Blue BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang