The Sun and Its Eclipse - Part I

24 3 0
                                    

Burung biru itu berhenti bernyanyi memperhatikan Bulan yang menghilang, tertutup oleh kegelapan.

-

"Dia mengatakan itu!?"  Nayla berteriak kaget sembaring memakan pizza-nya.

"Iya.. tapi bisakah kau tidak berteriak di telingaku? Itu menyakitkan" Jetta memegangi kupingnya.

Nayla sedang berada di rumah Jetta. Sebelum berada disini, ia sedang berbicara dengan Jetta melalui telfon dan bertanya tentang apa yang Jetta lakukan bersama Dante kemarin hingga malam. Tetapi Jetta mengusili Nayla dengan tidak mau menceritakannya, hingga membuat Nayla kesal dan benar-benar datang ke rumah Jetta. Tentu Jetta terkejut karena ia tidak menyangka Nayla benar-benar akan datang hanya demi hal itu, dan sebagai gantinya ia membelikan Nayla Pizza kesukannya.

"Ia terdengar begitu puitis." Ucap Nayla.

"Benarkan!? Berarti bukan hanya aku saja yang merasakannya. Apa dari dulu dia sudah seperti itu?"

"Aku tidak begitu tau tentangnya. Aku mengenalnya karena dia adalah sahabat dari Matthew, tunangan sepupuku."

"Hmpf, mengecewakan." Ucap Jetta dengan nada kecewa.

"Apa maksudmu!? Memangnya kau kira aku ini biro informasi atau bagaimana!?" 

Nayla memukul wajah Jetta dengan bantal, dan terjadi sedikit perang bantal di antara mereka hingga Jetta menyerah. Nayla berjalan mengambil air ke dapur, ia menoleh dan melihat Jetta sedang melamun memikirkan sesuatu.

"Lalu, menurutmu Dante bagaimana?" Ucap Nayla seraya memberikan segelas air minum ke Jetta.

Ucapan Nayla membuat Jetta tersadar dari lamunannya, "Hmmm.. bagaimana? Menurutku dia orang yang sangat baik, dewasa, dan terlihat pintar. Tapi terkadang ia dingin dan sangat minim berekspresi, walaupun sebenarnya itu bukan hal yang buruk." Ucap Jetta dan menenggak air yang diberikan Nayla.

"Dan.. apa kau menyukainya?"

"EGHP!" Jetta tersedak mendengar pertanyaan Nayla, "Apa maksudmu!?" Ucapnya dengan bingung dan mengerutkan kedua alisnya.

"Ya.. itu maksudku. Bagaimana dengan perasaanmu? Apa kau menyukainya?"

"Tentu saja tidak, tidak mungkin! Aku saja baru bertemu dengannya."

Mendengar itu, Nayla hanya diam memperhatikan wajah Jetta dan menopang dagunya.

"Apa!? Aku yang paling tau mengenai perasaanku sendiri." Ucap Jetta kesal, "Lagipula sekarang aku tidak sedang mencari sebuah hubungan serius." Sambung Jetta.

Nayla menghela napas dan menyenderkan tubuhnya di kursi, "Kalau begitu, kau tau bahwa sekarang kau sedang membohongi perasaanmu kan?"

Jetta terdiam mendengar ucapan Nayla, ia hanya menunduk memperhatikan gelas yang ia pegang. Nayla berdiri dan menepuk kepala Jetta kemudian berjalan memperhatikan foto-foto keluarga Jetta yang dipajang dalam bingkai. Dari banyaknya foto-foto itu, ada foto Nayla bersama dengan Jetta saat masih kecil. Nayla mengambilnya dan tersenyum melihatnya.

"Apa yang kau tunggu Jea?"

"Aku tidak tau, Nay."

"Aku sedikit iri denganmu, tidak banyak orang yang bisa merasakan cinta pada pandangan pertama. Seperti cerita dalam novel saja ya?" Ucap Nayla dengan sedikit tertawa.

"Bila kau jatuh cinta katakanlah, jangan buat sia-sia." Sambung Nayla sambil mengusap bingkai foto-nya.

Nayla menaruh bingkai foto itu, kemudian berjalan ke arah Jetta dan memegang kedua tangannya.

"Aku sangat mengenalmu, Jea. Aku hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Aku tidak mau sahabatku menyesal di kemudian hari karena membohongi perasannya sendiri."

Jetta tersenyum, "Terima kasih, Nay."

"Baiklah.. kurasa sekarang sudah waktunya aku pulang. Hubungi aku kalau kau perlu bantuan atau ingin bercerita ya." Ucap Nayla seraya memeluk Jetta dengan lembut.

"Tentu Nay, hati-hati dijalan. Kabari aku kalau kau sudah sampai dirumah."

Nayla berjalan keluar dari pintu rumah Jetta, dan melambaikan tangannya. Jetta melambaikan tangannya dan menutup pintu, kemudian kembali ke dalam kamarnya.

Ia berbaring di kasur, mengambil ponsel dan membuka galerinya. Ia melihat foto-foto yang ia ambil bersama Dante saat berada di pantai kemarin. Foto saat Dante sedang mengunyah sandwich, foto wajahnya dengan mulut yang penuh saat memakan keripik kentang yang diambil oleh Dante, dan foto saat ia sedang digendong Dante di punggungnya.

"PING!"

Saat ia sedang asik melihat-lihat fotonya dan Dante, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Ia mengira itu Nayla yang sudah sampai di rumahnya, namun terjadi lagi. Ia terdiam saat melihat nama pengirim pesan tersebut.

"Aku ada di taman, temui aku." - ?, 16.47

Jetta menghela napas panjang, ia menaruh ponsel nya dikasur dan terdiam untuk beberapa saat. Kemudian ia bangun dan mengganti pakaiannya, keluar dari kamar dan mengambil jaketnya yang digantung di ruang tamu. Saat ia hendak membuka pintu, terdengar suara wanita yang memanggilnya.

"Jea, Nayla sudah pulang?"

Wanita itu adalah Ibu Jetta. Ia baru saja keluar dari kamar untuk mengambil segelas air.

"Iya, dia sudah pulang sedari tadi." Jawab Jetta.

"Lalu kamu mau kemana?"

"Aku akan ke taman sebentar, ada temanku yang mau bertemu." Ucap Jetta seraya membuka pintu rumahnya.

Ibu Jetta menaruh gelasnya di meja dan melihat ke arah Jetta.

"Kau mau bertemu dengannya lagi kan?"

Ucapan ibunya membuat Jetta terdiam di depan pintu.

"Hanya sebentar..." Jawab Jetta dengan pelan tanpa melihat ke arah Ibunya.

"Ibu tau dua hari lalu ia juga datang ke depan rumah kita. Ibu tidak akan melarangmu Jea, tapi kau sendiri tau dia orang seperti apa. Kau sudah besar, kau tau apa yang harus kaulakukan." Ucapnya dan berjalan mendekat ke arah Jetta.

"Oh ya, Nayla juga menceritakan ke Ibu soal pria yang sedang dekat denganmu. Ia terdengar seperti pria yang baik, kapan-kapan ajak dia kesini, Ibu mau bertemu dengannya." Sambung Ibu Jetta dan tersenyum pada anak perempuanya itu.

Jetta berbalik ke arah Ibunya, "Baik Bu, aku pergi sebentar." Ucap Jetta kemudian memeluk Ibunya dan berjalan keluar dari rumah.

Ibu Jetta memandangi anaknya itu berjalan pergi, kemudian menutup pintu rumah.

Jetta berjalan menuju taman di komplek perumahannya. Selama berjalan, ia memikirkan perkataan Nayla. Ia pun tidak tau apa yang harus ia lakukan, seperti ada sesuatu yang menahannya.

Waktu berlalu, ia sampai di taman yang ia tuju. Taman itu terlihat sepi, hanya ada beberapa anak kecil yang berada di arena permainan. Ia menoleh ke area duduk di taman itu. Ada seorang pria dengan hoodie berwarna merah duduk disana seorang diri.

Jetta masuk ke dalam taman, menuju area duduk tempat pria itu berada. Ia berhenti tepat didepannya dan hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata.

Pria itu mendongak ke arah Jetta dan berkata, "Lama sekali."

"Apa lagi maumu?" Ketus Jetta.

"Wow wow.. kenapa kau begitu marah?" Pria itu berdiri dan menatap wajah Jetta.

Jetta melipat kedua tangannya di depan dada dan membalas tatapan pria itu dengan tajam. Mereka terdiam untuk beberapa saat dan saling menatap satu sama lain.

"Jangan membuang waktuku, Hans."

"Aku merindukanmu juga, Jea." Ucap Hans dengan senyuman di wajahnya.

***

Blue BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang