"Sudahlah Jetta, kau tidak akan bisa mengalahkanku." Remeh Dante sambil melirik ke arah Jetta.
"Ha! Jangan meremehkanku! Aku ini suka berolahraga, mainan seperti ini bukan apa-apa!" Ucap Jetta dengan yakin sambil menggulung lengan blazer nya.
Dante dan Jetta sedang berada di Game Arcade dan bermain Boxing Club. Tadinya, mereka berniat untuk pergi ke sebuah cafe. Saat dalam perjalanan mereka melewati Game Arcade dan Jetta menarik Dante masuk dengan paksa. Jetta memiliki ide untuk bermain game dan bertaruh, yang kalah akan mentraktir pemenangnya.
"Perhatikan, aku akan membeli omonganmu" Jetta bersiap mengambil ancang-ancang untuk memukul samsak.
Bam! Jetta memukul samsaknya, monitor penunjuk skor berputar. 100.. 150.. 200.. 300.. Teng! Mesin monitor berhenti berputar dan menunjukkan skor 342.
"Lihat itu! 342! Aku kuat kan?" Ucap Jetta dengan girang sambil menopang pinggulnya.
"Wow, kau membuatku terkejut. Itu hebat." Angguk Dante.
"Sudah kubilang jangan remehkan aku, sekarang cobalah."
Dante maju kedepan mesin dan menekan tombol start. Samsak pun turun kembali, dan Dante bersiap untuk memukulnya.
"Kau boleh menyerah sekarang dan langsung membelikanku kopi." Ledek Jetta sambil melipat kedua tangannya.
"Kau terlalu cepat senang."
BAMM!! Suara pukulan Dante terdengar sangat keras. Monitor penunjuk skor mulai berputar. 100.. 200.. 300.. 400.. 500.. 600.. 700.. 800.. 900.. Teng! Monitor berhenti berputar dan menunjukkan skor 913.
Jetta menganga, ia terkejut melihat skor yang didapat Dante. Dante menepuk pundak Jetta dan berkata "Aku mau americano." Kemudian berjalan melewati Jetta.
Jetta berbalik dengan kesal, "Tunggu Dulu! Ini belum selesai, kita main satu game lagi."
"Perjanjiannya bukan seperti itu."
"Kita main satu game lagi! Jika kau menang lagi, aku akan membelikanmu kue juga. Tapi jika aku yang menang, aku batal mentraktirmu."
"Kau akan menyesal." Jawab Dante sambil menyeringai Jetta. "Baiklah, kau mau main game apa lagi." Sambung Dante.
"Itu!" Jetta menunjuk ke arah sebuah mesin.
"Street Basketball? Aku rasa lebih baik kau memilih game yang lebih mudah untukmu." Ledek Dante.
"Aku akan membuatmu menyesal karena telah meremehkanku. Saat SMA dulu aku ini anggota club basket." Senyum Jetta.
"Oh, kamu membuatku takut. Baiklah kalau begitu, ayo kesana."
"Ha! Bersiaplah untuk menghadapi kekalahanmu!" Ucap Jetta dengan penuh keyakinan.
Waktu berlalu, sekarang mereka berada di sebuah cafe bergaya western dengan desain interior yang sangat cantik. Tanaman-tanaman yang digantung dari langit-langit, lampu taman bergaya eropa menghiasi sudut cafe, serta sebuah air mancur kecil di tengah-tengah ruangan. Alunan saxophone yang mengisi cafe membuatnya terlihat semakin berkelas. Terlihat Dante dan Jetta berada di sebuah meja, sedang memesan pesanan mereka.
"Aku pesan ice americano dan satu slice tiramisu, lalu satu ice latte untuknya."
"Baik, mohon ditunggu." Ucap pelayan cafe itu dan berjalan pergi.
Dante melihat ke arah Jetta. Jetta menempelkan kepalanya di meja, ia terlihat sangat lemas.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Dante.
"Baik-baik saja!?" Jetta segera mengangkat kepalanya dari meja. "Aku kalah 14-1 darimu! Ini tidak mungkin, aku ini mantan pemain basket SMA." Ucap Jetta kecewa sambil memegang kepalanya dan menggeleng.
"Itukan dulu saat kau masih SMA, mungkin sekarang kemampuan basketmu berubah menjadi bernyanyi." Ledek Dante.
Jetta menoleh ke arah Dante dengan tatapan tajam, "Aku akan membalasmu!" Ucapnya dengan penuh dendam.
Dante tertawa dan kembali mengejek Jetta. Semakin Jetta terlihat kesal maka Dante semakin senang. Setelah beberapa saat mereka berbincang, pelayan cafe kembali datang mengantarkan pesanan mereka.
"Sudah semua ya pesanannya." Ucap pelayan itu sambil mencoret pesanan di struk yang ditempel di meja mereka dan berjalan pergi.
"Terima kasih." Jawab Dante.
Dante mendorong piring kue tiramisu itu ke arah Jetta, "Ini untukmu. Tenang saja tadi aku hanya bercanda, aku yang akan mentraktirmu."
Raut kesal di wajah Jetta menghilang, ia tersenyum lebar. "Wahh! Terima kasih, kebetulan aku suka tiramisu." Ucap Jetta dengan riang dan menyendok kue nya.
"Ini, suapan pertama untukmu." Jetta mengulurkan sendoknya untuk menyuapi Dante.
Dante terkejut, ia melihat ke arah sendok itu dan dan Jetta secara bergantian.
"Ayolah, tidak perlu malu-malu."
"Aku tidak mal-, ah baiklah." Dante memakan kue itu dari suapan Jetta.
Jetta tersenyum, kemudian memakan kue nya. Ia memperhatikan Dante yang sedang meminum kopinya dengan penasaran.
"Hei Dante." Panggil Jetta.
"Ya, ada apa?"
"Coba ceritakan padaku tentang dirimu!" Ucap Jetta seraya menopang dagu dengan kedua tangannya.
"Hm? Ada apa tiba-tiba?" Tanya Dante heran.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin tau. Lagipula kita sedang jalan berdua tapi masih tidak tau tentang satu sama lain."
"Benar juga, baiklah." Dante menenggak kopinya.
"Seperti yang kau tau aku berasal dari Jakarta dan sekarang ini aku sedang liburan bersama temanku Matthew. Tidak ada hal menarik, aku anak tunggal dan sudah tidak tinggal bersama kedua orang tuaku. Mereka pindah ke Bandung karena pekerjaan ayahku, sedangkan aku memutuskan untuk tetap tinggal di sebuah apartemen di Jakarta. Lalu aku bekerja sebagai penulis novel dan Matthew adalah editorku."
"Teman baikmu adalah rekan kerjamu juga? Pasti menyenangkan." Ucap Jetta dengan semangat.
"Ya.. setidaknya aku bisa sedikit lebih santai dalam bekerja."
"Kau juga sudah mandiri, itu hebat!".
"Itu hal yang biasa." Ucap Dante kemudian meminum kopinya. "Lalu, bagaimana denganmu?"
"Aku? Hmm.. aku memiliki seorang adik laki-laki dan sekarang masih tinggal bersama orang tuaku. Aku bekerja sebagai penyanyi, biasanya aku menerima pekerjaan dari cafe ataupun tempat lain yang menyewa jasaku. Oh! Dan aku juga suka membuat kue, aku sering membuatkan macam-macam kue untuk orang-orang di rumahku. Terkadang beberapa kenalanku juga memintaku untuk membuatkan kue dan mereka membayarnya."
"Oh selain bernyanyi kau juga membuat kue? Pantas kau terlihat begitu menikmati kuenya."
"Ehh apa begitu terlihat?" Tanya Jetta heran.
"Tentu, kau sampai menumpuk kuenya didalam mulutmu seperti hamster." Lede Dante sambil menunjuk ke arah pipi Jetta.
Mereka berbincang-bincang selama berjam-jam. Menceritakan tentang diri mereka, tentang kehidupan yang mereka jalani, saat bersekolah dulu, kegiatan yang biasa mereka lakukan, pekerjaan mereka, sampai film yang mereka suka. Terkadang mereka saling melempar lelucuan yang sama sekali tidak lucu, tetapi mereka sama-sama tertawa mendengarnya.
"Hei Dan, ngomong-ngomong sekarang jam berapa?" Tanya Jetta.
Dante melihat jam tangannya, "Jam 15.30. Ada apa? Kau sudah mau pulang?"
"Tidak. Ayo kita pergi ke tempat lain. Kau bawa kendaraan kan?"
"Iya, aku bawa mobil sewaan. Matthew mengajak supirnya untuk bermain golf di hotel karena aku meninggalkannya sendirian." Keluh Dante.
"Hahahaha itu bagus! Baiklah, aku tau tempat yang menyenangkan. Bagaimana, kau mau?"
"Tentu, kau mau pergi kemana?"
Jetta tersenyum, "Itu rahasia, percaya padaku."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Bird
RomanceThis is a story about falling in love with someone you can't have, read at your own risk.