"Dan, Dante, Hei! Bangunlah!" Matthew menggoyang-goyangkan tubuh Dante dengan kencang, berusaha untuk membangunkannya.
Dante menggeliat, ia menghembuskan napas dengan kencang dan mengerang.
"Ughh, ada apa lagi..?" Jawab Dante lemas.
"Sampai kapan kau mau tidur?"
"Oh ayolah, saat baru sampai tadi siang kau tidak membiarkanku tidur dan memaksakku menemanimu berkeliling resort. Aku hanya ingin tidur sebentar saja."
"Tapi sekarang sudah jam setengah 7 malam, kau harus bangun. Kita akan makan malam di restoran resort. Mereka bilang menu malam ini makanan Prancis, itu sangat menarik!" Ucap Matthew dengan penuh semangat dan mata yang berbinar.
"Menarik untukmu, kau tahu aku tidak begitu suka makanan Prancis." Dante bangun dari tidurnya dan duduk di atas kasur, ia mencoba membuka matanya perlahan-lahan.
"Ya mau bagaimana lagi? Itu menu yang mereka sajikan malam ini."
"Kau saja yang makan di restoran resort, aku akan mencari makan diluar."
"Sendirian? Kau yakin?" Jawab Matthew cemas.
"Tentu, apa yang kau cemaskan? Aku bukan anak berumur 12 tahun, aku tahu jalan pulang."
"Baiklah, kalau begitu aku akan turun ke restoran sekarang. Kartu akses satunya ada di meja sebelah kananmu. Oh ya! Jangan pulang terlalu malam, besok pagi kita akan pergi ke GWK!"
Blam! Matthew keluar dan menutup pintu kamar. Dante beranjak bangun dari kasur, dan berjalan ke arah balkon kamar. Ia berpegangan pada pagar balkon dan menghirup udara malam yang dingin. Garis pantai yang bertabur pasir dan terbentang luas terlihat jelas dari balkon yang mengarah ke pantai. Pesona pantai di malam hari itu membuat Dante memutuskan untuk berjalan dan menikmati pantai. "Mungkin aku bisa menemukan tempat makan didekat pantai" pikirnya.
Dante berjalan sendirian di pantai, menikmati desiran ombak yang begitu merdu dan angin yang bertiup dengan kencang. Ia melepas alas kaki dan sesekali memainkan pasir dengan kakinya sembaring berjalan. Terlihat masih ada beberapa orang di pantai. Ada seorang gadis yang berjalan bersama anjing peliharaannya, ada pasangan yang sedang duduk menghadap laut sambil menatap langit yang dipenuhi bintang, ada beberapa pedagang yang sedang membereskan kios mereka dipinggir pantai.
Dante terus berjalan, sampai akhirnya pandangannya teralihkan ke sebuah cafe kecil karena terdengar sebuah nyanyian yang begitu indah. Cafe itu sangat cantik, dan terlihat tidak begitu banyak pengunjung di dalamnya. Dante diam sejenak dan berpikir untuk masuk kedalam cafe tersebut. Akhirnya karena merasa tertarik, ia memutuskan untuk masuk kedalamnya.
Dante menginjakkan kakinya didalam cafe, namun bukannya duduk, ia hanya diam dan berdiri, pandangannya terpaku ke arah depan. Ada seorang perempuan yang terlihat sangat anggun dan cantik mengenakan Kebaya Bali berwarna putih. Ia duduk di atas panggung dan bernyanyi, suaranya begitu merdu sampai setiap pengunjung disana terpaku memperhatikannya. Perempuan itu adalah sumber suara nyanyian yang Dante dengar. Disaat Dante tengah asik mengaggumi perempuan tersebut, seorang pria datang menghampirinya.
"Halo selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" Sapa pria itu ramah.
"Ah, iya, saya butuh meja untuk satu orang." Dante sedikit terkejut karena pria itu muncul tiba-tiba tanpa dia sadari.
"Tentu, mari saya antar kemeja depan."
"Ah tidak apa, saya duduk di belakang saja."
"Baiklah, kalau begitu silahkan." Pria itu menggeser bangku untuk Dante duduk dan memberikan buku menu lalu bersiap untuk mencatat pesanan.
Dante membuka buku menu, tapi ia tidak bisa berhenti menengok ke arah perempuan yang sedang bernyanyi itu. "Ia sangat cantik dan terlihat begitu anggun saat bernyanyi, namun juga terlihat lucu disaat yang bersamaan." pikir Dante.
"Saya pesan air kelapa saja." Ucap Dante sambil menutup dan memberikan buku menu kepada pria itu.
"Baik, mohon ditunggu sebentar." Jawab pria itu dan pergi untuk menyiapkan pesanan Dante.
Tidak berselang lama, pesanan Dante datang. Ia menikmati air kelapa sambil mendengarkan perempuan itu bernyanyi. Rambut panjang perempuan itu sesekali tertiup angin dan membuatnya terlihat semakin cantik, Dante hanya diam terpesona melihatnya.
"Kau datang dan jantungku berdegup kencang
Kau buatku terbang melayang
Tiada ku sangka getaran ini ada
Saat Jumpa yang pertama
Mataku tak dapat terlepas darimu
Perhatikan setiap tingkahmu
Tertawa pada setiap candamu
Saat jumpa yang pertama
Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that I never had.."
Dante masih tidak dapat melepaskan pandangannya dari perempuan itu. Ia sangat tertarik kepadanya. Entah perasaan apa yang dia rasakan saat ini, tapi perasaan itu terasa sangat aneh. "Aku harus mengajaknya bicara setelah ini" pikir Dante.
Perempuan itu telah selesai bernyanyi, dia bangun dari bangku dan berjalan turun dari panggung. Seketika keheningan terpecah, semua pengunjung di cafe bertepuk tangan dengan meriah. Banyak juga pengunjung yang langsung menghampiri perempuan itu segera setelah ia turun dari panggung. Perempuan itu terlihat sibuk dan kebingungan karena dikerumuni oleh pengunjung tiba-tiba.
Melihat itu, Dante mengurungkan niatnya untuk mengajak perempuan tersebut bicara. Ia menghela napas pelan dan mengeluarkan uang untuk membayar pesanannya dan meletakannya di bawah kelapa. Ia bangun dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari cafe. Sekali lagi Dante menengok ke belakang untuk melihat perempuan itu, ia terlihat sedang berbicara dan tertawa bersama beberapa pengunjung lainnya. Dante kembali melangkahkan kakinya di atas pasir dan berjalan kembali menuju resort.
Lirik lagu Could it Be - Raisa
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Bird
RomanceThis is a story about falling in love with someone you can't have, read at your own risk.