Interior bergaya Eropa menghiasi bagian dalam gedung museum tempat Jetta dan Hans berada. Berbagai macam karya seni seperti lukisa, patung, bahkan beberapa benda peninggalan seniman ternama terpajang disana. Pengunjung dari berbagai kalangan terdapat disana, pecinta seni yang mengamati karyanya dengan detail, pasangan kekasih yang menikmati suasana romantis, hingga anak-anak muda yang datang untuk memenuhi kebutuhan konten media sosial.
Jetta berjalan berkeliling memperhatikan lukisan yang terpanjang di dinding. Ia terkagum dengan keindahan yang dimiliki museum ini. Langkahnya terhenti didepan sebuah lukisan yang tertempel label replika, lukisan langit berbintang yang sangat cantik hingga membuat Jetta tidak dapat memalingkan pandangannya.
"Starry Night karya Van Gogh?" Suara Hans terdengar dari belakang Jetta, berjalan mendekatinya.
Jetta menoleh sebentar, kemudian berbalik memperhatikan lukisan tersebut.
"Ini sangat indah. Sayangnya ini hanya replika, yang asli tersimpan di museum kota New York." Ucap Hans sambil memperhatikan detail lukisan tersebut.
"Ya, ini palsu. Seperti ucapan dan janji-janjimu dulu." Ucap Jetta dan berjalan pergi meninggalkan Hans yang terdiam dengan wajah terkejut.
Hans terlihat kebingungan kemudian berjalan mengejar Jetta, "Jetta! Hei! Tunggu!"
Jetta tidak menghiraukan panggilan Hans, ia terus berjalan ke arah taman yang terletak di bagian depan museum. Jetta berhenti didepan sebuah air mancur dan mengeluar ponselnya hendak memesan taxi online, namun seketika Hans muncul dari belakang memegang pundak Jetta.
"Jetta, dengarkan aku dulu."
Jetta menghempaskan tangan Hans dari pundaknya, "Sudahlah, aku mau pulang."
"Jetta, aku tau kamu marah dan kesal padaku. Tapi kumohon, dengarkan dulu penjelasanku."
Jetta menunduk dan menurunkan ponselnya, ia terdiam untuk beberapa saat kemudian mendongak dan melihat ke arah Hans, "Baiklah, apa yang mau kau katakan?"
Hans melihat mata Jetta dan perlahan turun ke arah ponsel yang digenggamnya, pengelihatannya tertuju pada sebuah gantungan yang ada di ponsel Jetta, "Itu.." Hans menunjuk ke arah ponsel Jetta, "Kau masih menggunakan gantungan yang kuberikan padamu dulu?"
Jetta melihat ke arah ponselnya kemudian memasukan ponselnya kedalam kantung jaketnya, "Tentu, kau lihat sendiri."
Hans tersenyum kemudian berjalan kedepan air mancur, memperhatikan percikan air, mendongakkan kepalanya, menghela napas, dan mulai berbicara ke Jetta, "Aku minta maaf, Jetta. Aku minta maaf karena dulu aku pergi meninggalkanmu. Saat itu aku merasa aku tidak pantas untukmu, itu membuatku takut.. aku sangat membenci diriku sendiri karena dulu aku sangat lemah. Tapi sekarang aku sudah berubah Jetta, aku bukan lagi pria lemah yang meninggalkanmu dulu. Aku ingin kembali padamu, karena aku sadar bahwa aku mencintaimu."
"Omong kosong."
Hans berbalik melihat Jetta, "Kenapa?"
"Kau pergi tanpa pamit dan tidak pernah mengabariku sama sekali selama 3 tahun, aku juga tau kalau kau memiliki pacar selama tinggal disana. Dan sekarang tiba-tiba kau bilang ingin kembali padaku?"
Hans menunduk, "Aku.."
"Aku sangat percaya padamu Hans. Kau orang yang membuatku tidak pernah melihat pria lain selain dirimu. Kau yang membuatku tidak pernah memiliki pacar sedari dulu karena aku yakin dan menunggumu. Kau yang selalu meyakinkanmu bahwa waktunya akan datang dan kita akan bersama, tapi kemudian kau pergi begitu saja dan memiliki wanita lain? Kau sungguh meremukkan diriku menjadi kepingan kecil." Emosi Jetta mulai tidak terbendung, matanya berair dan napasnya terisak, "Ya, yang kau katakan itu omong kosong. Kalau kau mencintaiku kenapa kau pergi? Kalau kau merasa tidak pantas untukku, kenapa kau bukannya membuat dirimu jadi pantas untukku melainkan pergi kemudian mencari wanita lain?"
Jetta menutup wajahnya, isak tangisnya tidak dapat ia tahan lagi.
"Jetta, aku juga sangat hancur saat harus meninggalkanmu dulu. Dan saat itu, ada seorang wanita disana yang tiba-tiba datang saat aku sedang merasa hancur. Ia datang tepat disaat aku ingin menyembuhkan lubang dihatiku, karena itu aku merasa tenang dan menerimanya. Tapi kemudian aku tersadar, bahwa yang kuinginkan bukan dia, yang kucintai bukan dia. Aku hanya mencintaimu, aku hanya menginginkanmu. Karena itu sekarang aku ada disini, kau lah salah satu alasan aku kembali kesini."
Hans mendekat dan memegang kedua pundak Jetta, berusahan menenangkannya.
"Aku tau pilihanku salah saat aku meninggalkanmu dulu, tapi sekarang aku sudah berubah menjadi seorang pria yang baik dan pantas untukmu. Karena itu aku kembali padamu, untuk memenuhi semua janji agar kita dapat bersama."
"Aku tidak tau, Hans. Aku tidak tau apa aku bisa memberikan kepercayaanku padamu lagi."
Hans menggenggam kedua tangan Jetta, "Aku tidak akan memintamu untuk percaya padaku, tapi aku pastikan aku akan membuatmu nyaman bersamaku."
Jetta hanya diam, ia tidak tau apa yang harus dia katakan, ia tidak tau apa yang sebenarnya ia inginkan. Meskipun ia mengatakan bahwa ia membenci Hans, ada sebagian kecil darinya yang masih menginginkan Hans untuk kembali. Selama ini Hans selalu ada di bayang-bayangnya kemanapun Jetta pergi, ia tidak pernah bisa melihat pria lain selain Hans. Tetapi anehnya, sekarang ada besitan kecil wajah seorang pria selain Hans didalam benaknya, itu adalah Dante.
Jetta melepaskan tangannya dari genggaman Hans, "Maafkan aku Hans, aku.. aku tidak tau apa aku bisa."
Hans berdiri tegap didepan Jetta melihat tajam ke arah wanita yang terlihat sedang kebingungan itu, insting Hans seperti menyadari ada sesuatu, "Apa ini karena pria lain?"
Jetta tersentak.
"Kenapa terkejut seperti itu? Apa kau benar-benar sedang dekat dengan pria lain sekarang?" Hans berbicara dengan nada yang menekan Jetta.
"Aku.. tidak.." Jetta kebingungan, ucapannya terbata-bata.
"Ya terserahlah, sekarang aku tanya padamu. Apa kau yakin bahwa kau benar-benar mencintai pria itu? Atau kau hanya merasa senang karena bisa mengisi kekosongan hatimu?"
"Apa!? Aku tidak.."
"Aku kasihan pada pria itu, kau bahkan tidak tau apa kau benar-benar mencintainya."
"Hans! Cukup! Kenapa kau jadi seperti ini!?"
"Karena aku tau kau tidak mencintainya, siapapun pria itu, aku tidak peduli. Aku tau kau masih menginginkanku Jetta. Aku dapat melihatnya dari hal sekecil gantungan yang masih kau gunakan sampai sekarang."
Kata-kata Hans membuat Jetta kembali terdiam, Jetta merasa ada sedikit kebenaran dari perkataan Hans, bahwa ia sebenarnya masih menginginkan Hans untuk kembali. Dia benar-benar bingung, ia tidak tau apa yang ia harus lakukan.
Tiba-tiba sebelum Jetta mengatakan sepatah kata, Hans memeluknya.
"Hans.. apa yang kau.." Jetta berusaha mendorong Hans, namun pria itu terlalu kuat untuknya.
"Sssst.. tenanglah. Aku hanya ingin agar kau dapat merasakan hatiku Jetta. Aku ingin kau dapat merasakan bahwa aku benar-benar mencintaimu."
Dorongan jetta terhenti, ia terlena dalam pelukan Hans. Pelukan yang selama ini ia rindukan, akhirnya bisa dia rasakan kembali.
"Aku tidak akan memaksamu untuk dapat menerimaku sekarang. Tapi aku akan berjuang untukmu, aku akan membuatmu yakin bahwa akulah yang sebenarnya kau inginkan."
Jetta tidak dapat mengatakan apa-apa, ia hanya terdiam didalam pelukan Hans.
Hans melepaskan pelukannya dan menatap Jetta, ia dapat melihat bahwa wanita itu terlena.
"Baiklah Jetta, bagaimana kalau kita kembali sekarang? Aku akan mengantarkanmu." Senyum Hans manis.
Jetta hanya mengangguk.
Hans menggandeng tangan Jetta dan berjalan kembali ke arah mobilnya terparkir, "Nanti aku akan mengajakmu jalan lagi. Bagaimana menurutmu?"
Jetta terdiam sesaat, kemudian kembali mengangguk.
Hans menyeringai, "Aku menantikan itu, Jea."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Bird
RomanceThis is a story about falling in love with someone you can't have, read at your own risk.