(17) Roti Coklat

51.6K 7.1K 2.8K
                                    

VOTE YAA.

Pada bawel pisan ya  minta up, yaudah deh, di up, maaf lamaa heheheh, abang ada problem dikitt tadi.


Kalau mau komen setiap paragraf, BOLEH BANGET. Abang ikhlas lahir batin kok di spam.  Suka banget malah!

Selamat membaca.

_______________________

Masih di tempat yang sama, dan waktu yang sama juga. Hindia mengambil roti sobek isi coklat yang sudah ia buat. Menyerahkannya pada sang suami.

"Cobalah, ini isi coklat," Hindia menyerahkannya dengan senyuman, huh gadis itu benar-benar tegar sekarang, tidak peduli dengan isi pikiran ibu mertua dan adik iparnya.

Samudra mencicipi roti terlebih dahulu, kedua matanya terbelak tak percaya.

Kenapa roti ini mirip sekali rasanya dengan toko kue langganan ku. Cordelia's bakery. Tapi kenapa nama beakang Hindia ada disana? Tak mungkin sekali kan dia pemiliknya? Penampilan gadis ini aja culun sekali, mana mungkin punya brand sebesar itu. Samudra.

Pria itu mencoba menetralkan raut wajahnya. Kalau boleh jujur, mungkin pria itu bisa saja menghabiskan rotinya tanpa sisa, ini benar-benar enak.

"Mmmp—Enak lho Hindia. Kembangkan terus supaya bisa membangun toko roti yang besar!" Ailard mengedipkan sebelah matanya membuat Hindia terkekeh, mengerti kemana alur pembicaraan pria itu.

"Siaap papah!" Hindia hormat.

Hal itu membuat Ana dan Juliette semakin tidak suka padanya, bisa-bisanya gadis kampungan ini mudah sekali beradaptasi dan tak tau malu seperti ini, padahal baru beberapa jam menjadi istri. Hey, lebih baik seperti itu kan?!

"Aku udah kenyang, aku mau lanjut bekerja, sampai nanti, dan selamat menikmati makanan kalian!" Samudra mendorong kursinya ke belakang.

Ia beranjak pergi meninggalkan semua makanannya di meja makan, padahal pria itu sama sekali belum menyentuh makanannya.

Hindia menarik nafasnya gusar, dia menyusul sang suami, dengan sepiring spagethi di dalamnya. Tidak ada makanan Indonesia disini, mungkin karena terbawa Ailard.

Pria blesteran itu berjalan menaiki tangga, mendudukan bokongnya di kursi kerjanya. Entah kenapa tiba-tiba nafsu makannya hilang begitu saja.

Dia malah kesal sendiri melihat senyuman menjijikan milik Hindia, mengapa gadis itu terlihat begitu tenang walaupun suami, ibu mertua dan adik ipar, tak menyukainya terang-terangan.

Tok tok tok

"Tuan Samudra, kenapa tuan ga mau makan?" Hindia mengetuk dari luar sana.

Gadis itu malah membuat mood Samudra semakin buruk.

"Tak apa, pergilah!" Samudra menopang dagunya.

 Jemarinya mengetuk-ngetuk meja kerja, ia menatap tajam ke arah pintu, antisipasi kalau tiba-tiba Hindia masuk.

Ceklek

Benarkan, Hindia masuk, lalu menutup pintunya lagi. Gadis itu membawakan sepiring makanan yang masih penuh.

"Tuan, kalau anda tidak makan, nanti ..."

"Siapa yang menyuruh mu masuk? Aku tak menyuruh mu masuk bukan?" Samudra dengan nada dinginnya, membuat bulu kuduk Hindia merinding.

Tapi dia kan hanya ingin mengantarkan makanan, kenapa harus sedingin itu coba.

"Tapi bagaimana dengan makanannya?" Hindia menyodorkan piringnya. Samudra menghela nafas, pria itu berjalan ke arah sang istri, mengambil piringnya, dan ...

Samudra Hindia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang