(47) Manipulatif

55.9K 8.1K 10K
                                    

سْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Apa kabar?

Kangen SamHin?

Komen setiap paragraf yaa. BOLEH BANGET, TERLOPE YANG KOMEN SETIAP PARAGRAF.

Target kali ini 4K vote dan 5K komentar ya, insyaAllah bisa!

Selamat membaca!!

🌊🌊🌊
SamHin.

Padahal ini adalah akhir pekan, namun tiba-tiba saja Samudra mendapatkan tugas mendadak, yang membuatnya harus mengorbankan waktu berdua dengan Hindia.

Itu benar-benar menyebalkan sekali. Awalnya Samudra tidak ingin melakukan pekerjaan.

Namun karena istrinya terus saja membujuk supaya mau, ya akhirnya Samudra kerjakan saja.

"Jangan serius-serius dong natap layar laptopnya." Goda Hindia pada sang suami.

Wanita itu duduk tepat di atas kasur, sementara Samudra berada di meja yang tersedia di kamar. Samudra tidak bisa menahan senyumannya lagi. Sepanjang berkutat dengan laptop, selalu saja tersenyum ketika mendengar guyonan dari sang istri.

Senyuman yang hanya ia tunjukan kepada sang istri. Bahkan gigi graham nya terlihat.

"Aku kebawah dulu ya, mau lihat adonan roti yang tadi kita bikin." Samudra menganggukan kepalanya.

Pria itu masih menatap layar laptop dengan mata serius.

Masalah perusahaan hanya Samudra dan bawahan nya yang tahu.

Tadi mereka berdua keluar sebentar hanya untuk membeli bahan kue yang sudah habis. Lalu membuat roti secara bersama-sama.

Di pertengahan, Samudra mendapatkan telepon kalau ada laporan mendadak dan mendesak yang harus cepat diselesaikan. Mau tidak mau ya harus mau.

Ana, Juliette, dan Faleria tidak terlihat sedari tadi, entahlah ketiga wanita itu pergi kemana. Hindia juga tidak terlalu peduli.

Mungkin mereka bertiga pergi wisata ke alam kubur.

Langkah kaki mungil berjalan menelusuri tangga yang melingkar. Wanita itu mendapati ketiga mak lampir tengah menunggu di bawah sana, dengan tatapan yang mematikan.

Lebih tepatnya, sok mematikan, padahal kenyataannya hanyalah tatapan biasa yang dibuat-buat agar terlihat menjadi lebih kejam dan jutek.

"Hey, mantu kampungan. Mau kemana kau?" tanya Ana pada wanita yang hendak berjalan ke arah dapur.

"Iya bu? Aku mau ke dapur. Mau meriksa kue yang tadi dibuat. Ibu mau?" Hindia menawarkan, namun malah di tertawakan oleh ketiga wanita itu.

Maklum, wanita seperti ini mana pernah menyentuh alat dapur. Untuk sekedar melihat nya saja jarang.

Sekali mereka turun tangan, bisa-bisa dapur hancur lebur.

"Nggak usah sok perhatian deh." Ana tersenyum smirk sambil memutar kedua bola matanya malas. Hindia mengangguk, kemudian berlalu begitu saja. "Ayo ikuti dia."

Ketiga wanita itu mengikuti Hindia hingga ke dapur. Mereka mengepung Hindia layaknya musuh.

Beberapa pelayan hanya berani melihat. Lalu mereka menyingkir.

Ana terlalu angkuh dan galak kepada ART nya. Jadi mereka takut. Padahal yang membayar mereka semua adalah Samudra.

Hindia bingung. Ia melihat ke sekeliling. Tidak ada penolong. Hanya Tuhan yang ada di hatinya.

Samudra Hindia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang