(61) Lelang amal ; Ungkapan jati diri

41.7K 6K 3.6K
                                    

سْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Apa kabar?

Kangen SamHin?

Komen setiap paragraf yaa. BOLEH BANGET, TERLOPE YANG KOMEN SETIAP PARAGRAF.

Target kali ini 5K vote dan 7K komentar ya, insyaAllah bisa!

⚠️P E R H A T I A N⚠️

Bagi yang belum vote part sebelumnya, dimohon untuk vote dulu ya!

Terima kasih.

Selamat membaca!

OH IYA, JAM BERAPA KALIAN BACA NYA? JAWAB YAA!!

🌊🌊🌊
—SamHin

"Oh iya— gimana si wanita ninja itu? Ah ... menantu mu terlalu kuno!" sahut seorang wanita sosialita, teman nya Ana, sambil menyeruput secangkir teh hangatnya.

Mulai deh mencaci makinya. Ana hanya diam saja, mengeluarkan senyuman smirk. Ia suka dengan topik ini.

Kalau berkumpul, pasti mereka selalu membahas Hindia. Dari cara berpakaian nya yang terkadang memakai cadar dan terkadang tidak.

Dari cara bicara Hindia. Semua nya di bahas. Padahal Hindia tidak memiliki masalah dengan mereka.

"Iya jeng— mendingan si model aja tuh. Cocok sama Samudra. Udah cantik, tubuhnya bagus, prestasinya banyak, karir nya melejit. Top sih! Seandainya Sean belum menikah, pasti sudah ku jodohkan dengan dia." timpal yang lain nya. Wanita itu berniat menjodohkan putranya dengan Faleria. Jelas saja tidak akan ada yang berani menolak pesona Faleria.

Bagaimana kalau menantu nya mendengar kata-kata tersebut? Apakah tidak sakit hati?

"Emm ... bener banget! Hindia mah tidak memiliki apa-apa kan? Sosial media nya aja sedikit pengikutnya. Dan dia juga jarang aktif malah di sana." tambah yang lain nya lagi seusai menyeruput teh hangatnya, dan langsung menyambar layaknya petir saja.

Topik yang menyenangkan. Satu gerombolan akan segera di buat menangis— sebentar lagi lebih tepatnya. Mereka masih berada di ruangan pribadi yang memang sudah di sewa. Mereka belum duduk ke kursi nya masing-masing.

Tentu saja mereka akan duduk bersama-sama nantinya.

🌊🌊🌊

Samudra tengah kesulitan memakai dasi yang membuat Hindia langsung membantu sang suami memakaikan dasi. Terjadi aksi saling tatap-menatap. Hindia belum memakai cadar. Mereka ada di ruang privat, jadi bebas.

Hazel dan coklat bertemu. Mereka saling menatap sebelum akhir nya ...

Cup ... cup ... cuph

Samudra malah menarik sang istri agar menjadi lebih dekat. Kesempatan tak akan ia sia-siakan.

Pria itu mencium kedua pipi Hindia, lalu mengecup bibirnya sedikit lama yang membuat Hindia melingkarkan kedua tangannya di tengkuk leher sang suami. Kening mereka bertemu, dengan sudut bibir yang terus terangkat.

Mereka dapat merasakan napas nya satu sama lain.

Samudra menopang pinggang ramping sang istri supaya tidak jatuh ke belakang.

"Kamu cantik— jadi makin sayang." Samudra mengusap-usap hidungnya Hindia, dengan hidung mancungnya sendiri.

Hindia terkekeh, ia salah tingkah, dan tidak tahu harus berkata apa. Ia benar-benar bahagia sekarang. Andaikan waktu bisa berhenti, mungkin Hindia ingin terus berada di posisi seperti sekarang.

Samudra Hindia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang