"Sampai kapan gue di sini? Kamar lo sempit banget."
"Sampai gue selesai belajar," jawab Cheri tanpa memperhatikan Ates. Dia sibuk memilih buku yang akan dia bawa turun.
"Gila lo, ya! Gue nggak mau terkurung di sini."
"Terserah lo mau nunggu di sini atau mau lompat dari jendela," ucap Cheri dengan ekspresi datar menatap Ates lalu menunjuk jendela kamarnya.
"Gue nggak mau tahu cari cara biar cowok lo pergi."
"Nggak bisa gue udah janjian mau belajar bareng."
"Alesan aja lo. Mau pacaran aja bilang belajar."
"Serah lo mau percaya apa nggak. Diem aja di sini!" Cheri mendorong tubuh Ates hingga terjatuh di kasur. "Udah tidur aja lo di situ. Suatu kehormatan gue pinjemin kasur gue."
Cheri menutup pintu membiarkan Ates terdiam di kamar. Ya, Ates melongo tidak percaya ada yang berani memerintahnya dan itu cewek kecil yang awalnya keliahatan lemah. Ternyata cewek itu memiliki tanduk dan mulai memerintahnya.
Cheri buru-buru turun. Dia kaget sampai menjatuhkan buku-bukunya saat melihat Naven mengangkat sepatu Ates. Bagaimana bisa sepatunya tertinggal satu?
"Ini sepatu siapa, Cher?"
"Oh, itu punya ayah." Cheri langsung mengambil dan melemparnya ke dalam.
"Ayah lo gaul juga."
"Biar samaan sama gue." Lagi-lagi Cheri berbohong, bibirnya bahkan belepotan saat menjawabnya. "Ayo, mulai aja. Soalnya gue ada acara lagi habis ini."
"Acara apa? Mau gue anter?"
"Nggak usah. Gue pergi sama ayah."
Cheri sedikit tenang Nevan tidak lagi banyak bertanya. Mereka mulai mengerjakan tugas bersama. Tapi ditengah-tengah mengerjakan Nevan kembali bertanya.
"Ngomong-ngomong mobil siapa di pinggir jalan depan rumah lo? Untung aja gue bisa masuk halaman rumah lo."
"Nggak tahu. Tamu tetangga kali."
"Ngalangin jalan aja."
"Iya emang, ngeselin," sahut Cheri.
"Siapa yang ngeselin?"
Cheri panik lagi. Matanya tidak fokus pertanda tengah mencari jawaban yang bisa membungkam Nevan.
"Maksudnya ya yang punya mobil itu. Parkir di jalan bukannya masuk ke dalam rumah. Udah, ah, jangan bahas itu. Kita langsung kerjain aja, yuk!"
Hampir dua jam mereka fokus mengerjakan tugas. Cheri meregangkan tangan dan badannya yang mulai kaku efek menatap laptop lama.
"Eh, gue terlalu fokus sampai lupa nggak jadi ambil minuman."
"Nggak apa, santai aja."
"Gue udah beli kopi tadi pas pulang sekolah. Gue taruh kulkas. Bentar ya."
Cheri ke dapur mengambil ice vanilla latte dan ice americano untuk Nevan serta cookies buatannya.
"Makasih," ucap Nevan saat menerima kopinya.
Cheri melupakan kehadiran Ates setelah asyik bersama Nevan. Dia bersantai menikmati kopi dan cookies bersama cowok yang diam-diam dia taksir. Dia tidak tahu jika Ates -cowok yang jadi tunangannya sudah mengacak-acak kamarnya.
"Udah mau malam, gue pulang dulu ya."
"Oh, iya. Nggak kerasa ya udah gelap aja langitnya."
"Lo nggak apa, 'kan, sendirian di rumah?"
"Nggak pa-pa. Lagian udah biasa," jawab Cheri meski sebenarnya dia ingin menahan Nevan tetap tinggal. Tapi dia tidak mau Nevan jadi ilfeel padanya. Dia sangat tahu sifat Nevan yang tidak menyukai cewek agresif. Karena itu dia bertahan sebagai teman baik selama ini.
Cheri berjalan lesu ke kamarnya setelah Nevan pergi. Masih harus menunggu besok pagi untuk bisa bertemu cowok dambaannya lagi. Cheri membelalakkan matanya saat membuka pintu kamar. Bukunya berantakan di mana-mana. Bonekanya sudah turun dari ranjang semua dan tergantikan oleh sosok besar yang memejamkan mata di atas ranjang pinknya.
Cheri syok melihat Ates di atas kasurnya. Dia baru ingat ada makhluk menyebalkan yang dia tinggal di kamarnya.
"Ates....." Cheri teriak sembari menarik Ates agar enyah dari atas kasurnya.
Ates terbangun, kaget dengan teriakan Cheri. Penglihatannya belum sempurna tapi Cheri sudah menariknya bahkan ambruk tepat menimpanya. Kepalanya terasa pening seketika.
"Lo ngapain?" Ates mendorong Cheri yang menimpa badannya.
"Lo yang ngapain tidur di kasur gue?" teriak Cheri seraya merapikan rambutnya.
"Gue ketiduran tapi bukan berarti lo boleh seenaknya ikut tidur meluk gue," teriak Ates tidak kalah keras. Syok tiba-tiba Cheri ambruk memeluknya.
"Gue nggak sengaja. Siapa juga yang mau meluk lo. Gue kesandung karpet," ucap Cheri, memalingkan wajah malu.
"Cowok lo udah pulang?" tanya Ates yang sudah duduk dengan kesadaran penuh.
"Udah," jawab Cheri ketus.
"Ya udah gue pulang." Ates bangun dari kasur dan melihat ke sekeliling. "Kamar lo berantakan. Gue bosen tadi."
Cheri hanya bisa menghela napas. Tidak mau adu mulut lagi agar Ates segera pergi.
"Oh ya, gue nggak suka berbagi. Putusin cowok lo secepatnya."
"Hah?"
Ates mengangkat tangan kiri Cheri dan memperlihatkan cincin bermata putih di jari manis cewek itu. "Lo tunangan gue! Paham?"
"Tapi kan cuma pura-pura sampai lo bisa punya uang sendiri. Lo sendiri yang bilang gitu."
"Gue emang bilang gitu. Tapi gue nggak bilang kita cuma pura-pura. Jadi sampai gue bisa nyari uang sendiri, status lo itu tunangan gue. Dan gue nggak suka berbagi apalagi jadi yang kedua."
Cheri menghela napas kasar. "Lo ngomong apa, sih? Lo sendiri yang bilang jangan sampai orang lain tahu soal pertunangan kita. Kenapa jadi gini?"
"Semua itu nggak ada hubungannya sama status kita. Lo itu tunangan gue jadi cepet putusin cowok lo itu! Nggak ada tawar menawar apalagi penolakan."
"Aneh!" Cheri menarik tangannya yang masih dipegang Ates.
"Gue pulang."
"Sana pulang."
"Lo nggak nganter gue?" Ates balik badan.
"Lo tahu kan jalan keluar?"
Ates menarik tangan Cheri agar mengikutinya.
"Kemarin lo kayak nggak mau berurusan sama gue. Kenapa sekarang lo nyebelin banget, sih?" Gerutu Cheri.
"Kalau lo nggak ikut turun siapa yang mau ngunci pintu lo? Nggak usah kegeeran. Kunci pintunya! Gue pulang," ucap Ates setelah sampai di pintu depan.
Cheri mengetukkan kepalanya ke pintu. Sepertinya setelah ini harinya tidak akan semudah kemarin. Ates oh Ates, andai lo nggak nyebelin mungkin gue bisa jatuh hati. Tapi nyatanya udah ada Nevan di hati gue.
****
Gimana? Lanjut?
Tunggu Selasa aku update ya.
Kalau banyak yang nungguin mungkin aku lebih cepet update.
Happy weekend 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Bucin
Teen FictionAnak SMA tunangan? Cheri tidak menyukainya tapi terpaksa melakukannya. Saat Ates menyuruhnya jangan menyebarkan status mereka dan jangan sok dekat dengan cowok itu, Cheri amat bahagia. Dia juga tidak mau orang-orang tahu mereka bertunangan, apalag...