11

868 184 11
                                    

"Ngapain sih ngikutin gue terus?"

Cheri risih karena Ates selalu menempel padanya seperti upil. Untuk bernapas saja jadi semakin sukit karena harus berebut dengan Ates. Bisa bayangkan seberapa dekatnya bukan? Meski Cheri terus mendorong, tunangannya itu kembali mendekat lagi dan lagi tudak kenal kata menyerah.

"Gue mau masuk toilet juga ikut?"

"Gue tunggu di sini."

"Terserah lo, deh."

Cheri tak acuh masuk ke dalam toilet meninggalkan Ates yang bersandar di dinding sebelah pintu masuk.

"Ah, kebetulan banget gue ketemu lo di sini."

Cheri mengerutkan kening. Untuk apa Klara mengajaknya bicara? Siapa yang tidak kenal dengan cewek satu itu, selain anak orang kaya, Klara juga seorang balerina yang dikenal memiliki body goal ditambah wajah yang mendukung untuk dijadikan idola para cowok-cowok.

Cheri melirik ke sekeliling. Kenapa di saat begini toilet sepi? Dilihat oleh Klara dari atas hingga bawah membuatnya tidak nyaman.

"Ternyata lo nggak secantik yang orang-orang bilang. Biasa aja." Klara berjalan memutari Cheri lalu mengibaskan rambutnya yang tergerai panjang.

Cantik? Cheri nyaris terbahak mendengarnya.

"Lo beneran tunangan Ates? Ah, rasanya nggak mungkin selera Ates kayak lo."

"Ates juga bukan selera gue."

Klara terlihat bingung dengan perkataan Cheri. "Lo nggak suka sama Ates?"

"Gue? Jelaslah. Ngapain gue suka cowok manja yang haus perhatian."

"Terus kenapa kalian tunangan? Oh, Lo pasti dijadikan tumbal karena ortu lo punya utang 'kan? Berapa utang lo? Gue bayarin jadi lo nggak perlu jadi tunangan Ates."

Tangan Cheri nyaris melayang ke pipi Klara yang asal bicara. Meski dia bukan orang kaya tapi keluarganya itu bebas hutang materi, hanya ada hutang budi yang sulit untuk dibayar dengan uang.

"Gue tegasin ya. Gue nggak punya utang dan gue nggak suka sama Ates. Kalau lo suka, sana pacarin. Gue ikhlas."

"Serius?"

Cheri mengangguk mantap.

"Kalau gitu sekarang kita temenan."

"Hah?"

"Iya, biar gue bisa deket sama Ates. Soalnya Ates selalu ngehindar kalau gue deketin. Kalau gue deket sama lo, otomatis 'kan gue jadi deket juga sama dia."

Cheri tidak habis pikir dengan apa yang tengah terjadi. Dia pikir akan ada tragedi tarik-tarik rambut dan sejenisnya agar dia menjauh dari Ates. Klara ternyata tidak sejahat yang ada dipikirannya saat pertama berbicara. Ternyata dia yang terlalu berpikir negatif, apalagi toilet sepi. Pikirannya jadi ke mana-mana.

"Gimana? Lo mau 'kan?" tanya Klara lagi karena Cheri hanya diam memperhatikanya tanpa berkedip.

"Ok."

"Ah, seneng deh punya temen baru." Klara menghambur memeluk Cheri. "Mulai sekarang kita bestie ya. Oh ya, tukeran kontak, yuk."

Cheri manggkut-manggut mengeluarkan ponselnya. Masih terheran-heran dengan kelakuan Klara. Image Klara itu elegan, cantik, tapi ternyata sangat kekanak-kanakan. Cheri menahan senyum saat Klara terlihat girang hanya karena sudah memiliki nomornya.

"Gue keluar dulu ya? Nanti gue chat."

"Ok."

Bukan tanpa sebab Ates terus menempel, hanya saja Cheri tidak tahu. Saat melihat Klara keluar dari pintu toilet, Ates langsung menegakkan badan.

"Lo ngapain di dalem?"

"Ates." Klara bergelayut manja tapi Ates menepisnya.

"Lo ngapain di dalem? Cheri mana?" ulang Ates dengan wajah panik.

"Cheri masih di dalem," jawab Klara dengan polosnya.

"Gue peringatin, jangan pernah nyentuh apapun milik gue!" Mata Ates berkobar menatap Klara hingga cewek tinggi semampai itu menciut.

"Ates serem banget, sih. Gue nggak ngapa-ngapain Cheri. Beneran, deh!" Klara menaikkan kedua jarinya, bersumpah.

"Ates," panggil Cheri yang melihat cowok itu melotot tajam pada Klara yang hampir menangis.

"Lo, nggak apa-apa?" Ates memegang kedua bahu Cheri dan meneliti cewek itu, memastikan yang dia khawatirkan tidak terjadi.

"Gue nggak pa-pa. Emang kenapa?" Cheri kebingungan sekali melihat dua orang yang memiliki ekspresi yang sangat kontras.

"Cheri, Ates serem banget." Klara mendorong Ates dan langsung merangkul Cheri.

"Lo ngapain deket-deket cewek gue?" Ates berusaha melepas tangan Klara dari lengan Cheri. Dia langsung menarik Cheri ke belakangnya, berniat hati melindungi.

Klara menjejakkan kakinya dan bertolak pinggang. "Ates, dengerin, ya. Gue itu bestienya Cheri. Nggak salah dong kalau gue deket-deket dia. Pelit banget, sih, jadi cowok."

Kening Ates seketika berkerut. "Bestie? Sejak kapan? Jangan macem-macem sama gue. Sekali lo ngusik Cheri, gue nggak segan-segan sama lo meski lo cewek." Ates menunjuk tepat di wajah Klara.

"Lo tanya aja sendiri sama Cheri."

"Gue nggak percaya."

Ates menarik Cheri untuk meninggalkan Klara tapi Cheri menahan. Cheri mengulum senyum antara senang Ates ternyata menjaganya tapi dia juga geli melihat Ates yang sebegitunya pada Klara sampai cewek itu ciut dan cemberut.

"Klara nggak ngapa-ngapain gue, kok. Lo bukan penikmat sinetron, 'kan? Ini nggak seperti yang lo bayangin. Gue sama dia sekarang emang temenan. Jadi lo jangan marah-marah lagi sama Klara, ok?"

"Lo bukan lagi diancem dia 'kan?" Ates menangkup wajah Cheri dan membuat cewek itu seketika mematung beberapa saat.

"Nggak, sama sekali nggak," jawab Cheri seperti orang gagu, melepas tangan Ates yang terasa sangat panas di pipinya.

"Ih, kalian malah mesra depan gue. Sebel, deh." Klara mengembungkan pipinya.

"Bukan urusan lo. Minggir!" Ates menarik Cheri dan mengabaikan Klara yang kesal karena cemburu melihat kemesraan Ates dan Cheri.

***

Ya ampun maaf banget aku lupa update. Ini udah Rabu. Hehehe
Moga suka ya part ini.
Thank you

Raja BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang