7

1K 217 17
                                    

Star High School Scandal

Membaca judul di laman gosip sekolah membuat Cheri semakin lesu. Belum ditambah chat di grup keluarga yang mamanya Ates buat. Semakin membuatnya hilang selera makan.

Home

Vani Bozkurt: Cheri, nanti pulang sekolah ke rumah ya. Mama punya cake enak.

Ates Lemo: Tuh, kan? Gue nggak boong.

Cheri: Ya, Tante. Nanti Cheri ke rumah.

Vani Bozkurt: Jangan manggil Tante, dong. Kan udah Mama bilang dari kemarin. Mama jadi sedih.

Cheri: Iya, Ma.

Wajah Cheri semakin tertekuk lesu. Males banget basa-basi. Tapi mau bagaimana lagi. Ah, grup chat barunya itu bikin selera makan hilang. Nggak dibaca nggak enak, dibaca isinya menambah beban hidup.

"Kenapa masih lesu terus, sih?" tanya Nevan yang sejak tadi masih mempehatikan Cheri.

"Gimana nggak lesu kalau hari bebasku udah nggak ada lagi."

"Gara-gara Ates?"

Cheri mengangguk cepat.

"Kalian pacaran?"

Cheri menggeleng cepat. "Tapi tunangan." Cheri akhirnya jujur. Bagaimana lagi caranya menutupi dari Nevan.

"Tunangan?" Nevan mengulang kata itu dengan terbata, kaget.

"Lo bisa bayangin 'kan gimana hidup gue tiba-tiba jadi tunangan dia? Masa muda gue terenggut.  Nggak ada lagi kesempatan gue buat punya pacar."

Saat mengatakan itu wajah Cheri benar-benar terlihat putus asa. Dia sedih tidak punya lagi kesempatan buat pacaran dengan Nevan. Mereka akan berakhir menjadi sahabat selamanya.

"Kok lo diem?" Cheri menoleh pada Nevan yang tak berkomentar atas pernyataannya.

"Nggak pa-pa." Nevan kembali terdiam, bergelut dengan perasaannya.

Cheri menghela napas berat. "Padahal gue pengen masa SMA gue indah dan tenang. Tapi sekarang kalau semua orang tahu, gue pasti bakal jadi omongan orang. Nggak ada lagi masa SMA yang tenang. Lo paham 'kan maksud gue?"

"Nevan," panggil Cheri seraya mengguncang bahu Nevan, karena cowok itu masih diam.

"Lo cinta sama Ates?"

"Hah? Ya jelas enggak lah. Gue kenal aja sebatas tahu dia doang."

"Lo nggak bisa nolak?"

"Situasi nggak memungkinkan gue buat nolak."

Kembali hening. Cheri resah, di sekolah dia bukan siswi yang menonjol dari segi apapun. Nggak punya bakat, bukan siswi genius seperti Ates dan Nevan. Walaupun dia termasuk siswi yang memperoleh beasiswa tapi masih banyak yang lebih pintar darinya termasuk Ates yang terlihat asal-asalan saat di sekolah tapi nilai selalu peringkat atas.

Soal kekayaan jelas dia termasuk siswi miskin dibanding teman-temannya meskipun keluarganya berkecukupan, tapi Star High School adalah sekolah swasta elit yang muridnya anak-anak sultan.

Dinilai dari fisik juga bukan yang tinggi semampai, hanya menang berkulit putih. Pasti akan banyak yang membencinya. Apalagi jika berurusan sama anak pemilik yayasan yang punya banyak penggemar itu.

***

Ates melirik Daren yang sejak bel pulang sekolah menempel di sebelahnya. Dia tengah memasukkan buku yang dibuka hanya untuk terlihat pantas sehingga tidak perlu mendengar ceramah guru-guru.

"Ngapain lo masih di sini?"

"Siapa tahu ada yang mau curhat," balas Daren dengan nada yang dibuat-buat.

"Kalaupun mau curhat juga nggak akan sama lo."

"Sama siapa? Sama Roan?" seru Daren yang melihat Roan melintas di dekatnya.

"Ngapain lo nyebut-nyebut nama gue?"

"Ini temen kita ada yang lagi jatuh cinta."

"Temen kita?" ulang Ates seraya melirik sinis Daren.

"Lo jatuh cinta?" Roan teman sekelas yang tadinya terlihat masa bodoh ikut mendekat.

"Siapa yang jatuh cinta?" Ates mengelak, tidak terima semua orang menuduhnya tengah jatuh cinta. Jelas-jelas dia itu dijodohkan. "Nggak usah dengerin bacotan Daren. Gue hari ini nggak ikut latihan basket, ada urusan." Ates menggendong tasnya.

"Urusan sama pacar barunya," ucap Daren dengan wajah meledek.

"Brisik lo!" Ates memukul punggung Daren. "Sana lo nyari pacar aja, gangguin gue mulu kerjaannya."

"Gue 'kan cinta mati sama lo." Daren merangkul bahu Ates dan dibalas tatapan jijik Ates.

"Ayo pelukan-pelukan, gue juga cinta mati sama lo," ucap Roan seraya memeluk Ates dan Daren bersamaan.

Refleks Ates mendorong Roan dan melenggang pergi meninggalkan mereka. Semakin lama bersama mereka tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Roan dan Daren suka sekali meledeknya. Sudah tahu dia tidak suka terlalu dekat dengan siapapun tapi Daren dan Roan selalu menguji tekadnya untuk sendirian. Hidup sendiri memang mustahil, tapi dia masih ingat sedihnya kehilangan. Dia takut. Ates menghela napas panjang memoloskan sesak dadanya.

Saat matanya melihat Cheri yang keluar kelas bersama Nevan, gemuruh di dadanya membara. Moodnya yang sudah jelek semakin buruk. Dia melangkah cepat menghadang Cheri.

"Ayo pulang!" Ates masih terlihat angkuh, memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana.

"Gue bisa pulang sendiri."

"Lo nggak bisa maksa Cheri," Nevan bersuara.

"Mama bilang kita harus bareng." Ates mengabaikan ucapan Nevan seolah hanya angin lalu.

"Gue nggak mau jalan jauh."

"Jalan ke parkiran nggak jauh atau mau gue gendong?" Ates menunduk dan memberikan punggungnya.

Cheri seketika membelalak tidak percaya termasuk Nevan.

"Ayo, jadi gendong nggak?" Ates menoleh ke belakang.

"Gue bisa jalan."

Cheri yang teramat malu meninggalkan Ates yang cengengesan di belakang. Nevan mengekor tapi Ates mencegahnya.

"Lo cuma pacarnya, gue tunangannya." Ates mengibaskan tangan mengisyaratkan Nevan untuk enyah.

"Norak!" Nevan ingin sekali meninju wajah tengil Ates. Dasar, cowok kurang perhatian, batin Nevan.

Ates melambaikan tangan lalu menggandeng tangan Cheri dan memamerkan pada Nevan.

"Apaan, sih?" Cheri berusaha menarik tangannya. Geli dan jijik dengan kelakuan Ates. "Kita jadi tontonan. Lepasin tangan gue!"

"Kenapa? Lo harusnya bangga punya tunangan cowok paling diidolakan di sekolah. Lo malu punya tunangan gue?"

"Bukan malu, tapi nggak gini juga." Cheri mengangkat tangan yang masih digenggam Ates. "Ini di sekolah."

"Nggak ada larangan pegangan tangan di aturan sekolah, yang nggak boleh itu berbuat mesum."

"Serah lo, deh! Katanya suruh nggak usah SKSD. Nggak konsisten."

"Awalnya iya, tapi gue nggak suka berbagi. Lo kapan mau mutusin cowok lo itu?"

Cheri mengambil napas panjang, menatap Ates yang terlihat berbeda dari saat malam oertunangan mereka. Meski masih ada eskpresi engkuh di sana tapi saat ini Ates yang ada di hadapannya terlalu menggelikan.

"Akan gue pikirkan nanti. Tergantung tunangan gue memperlakukan gue lebih baik atau nggak."

Cheri tidak berusaha membantah lagi spekulasi Ates tentangnya yang berpacaran dengan Nevan meski dia pernah mengatakan bahwa mereka hanya berteman. Tapi Ates selalu berpikir mereka pacaran. Cheri berharap Ates tidak akan menyulitkannya lebih jauh jika tetap menganggap Nevan adalah pacarnya.

***

Baru bisa update, nih!
Nungguin nggak?
Hapoy reading.
Thank you dan jangan lupa vote dan komentar ya hehehe 😘

Raja BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang