Cheri masih merasa takjub dengan isi kamar Ates. Dia mencoba memainkan mesin capit berisi boneka beruang daripada canggung berdua di kamar. Berkalj-kali dicoba tapi tidak juga didapat.
"Lo bisa nggak?"
Cheri bertanya pada Ates yang hanya diam saja di sampingnya. Dia berharap Ates mau mengambilkannya seperti di drama-drama. Tapi itu memang hanya ada di drama, Ates menggeleng.
"Selama gue punya gue belum pernah bisa dapet. Tapi gue coba. Apa sih yang nggak buat lo."
"Mulai, deh, norak."
"Sekarang lo bilang norak tapi nanti lo pasti nggak akan bisa lupain gue."
"Ates, udah buruan jangan bual mulu." Cheri tidak tahan dengan tatapan dan senyuman Ates padanya. Dia pun mendorong Ates agar lebih dekat dengan mesin capit.
Percobaan pertama gagal, percobaan kedua Cheri sampai berhenti bernapas saat beruang putihnya nyaris masuk ke dalam lubang tapi berakhir gagal juga.
"Yah, padahal dikit lagi lho." Cheri menggoyang-goyangkan bahu Ates, gemas. "Coba sekali lagi!"
"Lo pengen banget bonekanya? Gue bisa ambilin."
"Ih, beda! Gue maunya dapet dari main ini biar berasa perjuangannya."
Ates menoleh menatap Cheri lekat. "Jadi lo mau lihat perjuangan gue buat dapetin hati lo lewat ini? Oke, gue pasti bisa dapet."
"Ck ck, orang yang kasmaran emang beda. Berasa ada api keluar dari tubuh lo. Semangat! Lo pasti bisa dapet." Daren yang sudah kembali menepuk bahu Ates menyemangati.
Mau bertekad sekuat apapun ternyata sulit mendapatkan beruang itu. Bahkan kopi yang dibawa Cheri sudah berembun tapi Ates belum juga mendapatkan beruang itu. Cheri dan Daren menunggu dengan antusias berdiri mengapit Ates.
Setelah percobaan yang beribu kali akhirnya Ates bisa mendapatkan beruang mungil itu. Cheri berseru girang memeluk Ates tanpa sadar. Sementara Ates membeku hanya bisa menggerakkan matanya melirik Daren yang nyengir memberikan jempolnya.
"Makasih." Cheri melepas pelukannya.
"Ya," balas Ates, kaku.
"Eh, ayo makan. Gue bawa cookies dan cemilan dari nyokap lo." Daren mencairkan suasana yang canggung.
"Wah, gue suka banget donat," seru Cheri, mencomot donat berbalut caramel. "Kalau yang ini gue yang buat."
"Gue makan ini aja." Ates mengambil cookies bertabur choco chips yang Cheri buat. "Enak."
"Masa? Gue baru pertama bikin."
"Iya, beneran enak," sahut Daren.
"Siapa yang ngizinin lo makan ini? Lo makan donat aja. Ini cuma buat gue." Ates merebut toples cookies dari tangan Daren.
"Iya, iya cuma buat lo." Daren mengalihkan pandangannya. "Oh ya, apa lagi yang lo suka? Biasanya lo suka masak apa?" tanya Daren, antusias.
"Ngapain lo tanya-tanya?" Ates protes tidak terima Daren ingin tahu soal Cheri.
"Gue tanya buat lo. Siapa tahu lo gengsi."
"Gue udah tahu semua. Nggak perlu lo tanya-tanya apalagi deket-deket sama Cheri."
Cheri hanya mengamati interaksi antara Ates dan Daren yang menurutnya lucu.
"Persahabatan antar cowok emang seru ya?"
"Dia bukan sahabat gue," seru Ates tidak mau dianggap dekat dengan Daren.
"Gue terharu akhirnya ada yang mengira gue sahabatan sama Ates. Lo emang cocok jadi pasangan Ates. Gue setuju banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Bucin
Teen FictionAnak SMA tunangan? Cheri tidak menyukainya tapi terpaksa melakukannya. Saat Ates menyuruhnya jangan menyebarkan status mereka dan jangan sok dekat dengan cowok itu, Cheri amat bahagia. Dia juga tidak mau orang-orang tahu mereka bertunangan, apalag...