C H A P T E R 1

77.6K 4.4K 115
                                    

Seorang lelaki muda yang manis tengah terbaring di ranjang, ia menyamping menyamankan posisi tidurnya. Matanya fokus menatap dengan semangat buku novel yang berada di tangannya. Ya, saat ini Rai sedang membaca novel remaja.

Novel remaja yang biasanya berbumbu cinta picisan dan plot pasaran. Tapi setidaknya, novel ini sedikit menghibur dari kekalutan Rai.

Setelah selesai membaca novel. Rai memekik di plot terakhir, di mana sang tokoh utama bunuh diri? Astaga cerita apaan ini?! Rai tidak mengharapkan ending yang menyedihkan seperti ini.

Ia kira novel ini akan berakhir bahagia.

Tapi apa ini?

Karna kesal, Rai membanting novel itu sampai ke lantai. Akibatnya ia mengutuk sendiri tingkah lakunya.

"Aku kenapa sih?"

Tiba-tiba saja rasa mulas mengocok perutnya, Rai sadar ia terserang panggilan alam.

Dengan terburu-buru sembari menutup asetnya, Rai berlari ke kamar mandi sampai kakinya secara tak sengaja terpeleset, sebab lantai yang licin.

Kepalanya membentur lantai dengan keras, itu amat sakit, bahkan ia sampai berteriak. Rai merasakan basah di kepalanya yang ia duga itu darah.

Lalu kepalanya mulai pusing seperti masuk ke dalam putaran angin beliung.

Rai tak punya siapa-siapa yang bisa menolongnya. Mama, papanya pun ia saja tak tau dimana. Rai hanya diurus oleh bibinya yang menyebalkan dan selalu dianggap parasit oleh bibinya.

Bibinya sangat menyebalkan karena senang memoroti uang hasil kerja keras Rai. Astaga, mengingat hal itu ia menjadi kesal.

Karna tak mau berpikir apa-apa lagi, Rai memejamkan matanya.

Ia pasrah saja dengan takdir.

.
.
.

Rumah kayu yang tua itu tampak menyedihkan, seorang nenek tengah menimba air di sumur tua depan rumahnya yang disekelilingi pagar kayu yang telah keropos.

Tetapi pemandangan indah di sekitarnya menjadikan rumah berbahan kayu jati itu jadi terlihat indah. Pemandangan yang seolah-olah itu adalah lukisan yang bisa saja ditaksir mencapai miliaran jika ada seseorang yang sanggup membayar.

Langit berwarna jingga semakin memperindah tampilan ditambah daun-daun tua berjatuhan yang disebabkan oleh angin.

Nenek yang sudah mengendur kulitnya dan punggungnya yang sudah bungkuk itu, masih sanggup menimba air, ia juga membawa air itu sendiri ke dalam rumah untuk cucunya yang tengah terbaring sakit.

__

Rai merasakan seseorang sedang mengusapnya dengan handuk basah, ia melenguh.

Dengan perlahan ia membuka matanya lalu mengerjapkan mata beberapa kali demi menyesuaikan cahaya pada matanya.

"Le, kamu sudah baikan?" Seorang nenek menatapnya sambil menampilkan senyum yang sangat cantik walaupun di usia yang bisa dibilang tua.

Rai linglung, bertanya-tanya siapa nenek di hadapannya ini.

"Sudah-sudah, kamu tidur lagi. Mbah bikin bubur dulu untuk kamu."

Nenek itu berlalu dari kamar Rai, ditutupnya pintu kayu yang sudah usang sampai mengeluarkan bunyi kayu yang sudah reyot .

Rai benar-benar bengong, ia berusaha mencerna dengan keras apa yang sedang terjadi saat ini.

[BL] NOBODY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang