Deru hembusan angin saling menerpa di atas udara, tepatnya di atap gedung sekolah.
Ketika bell istirahat berbunyi, Feros menarik tangannya sampai membawanya ke sini.
Jaket, baju, dan celana sekolahnya terkena angin kuat lantaran berada di tempat yang tinggi.
Feros tak urung melepas genggaman mereka, justru sebaliknya. Genggaman erat yang hangat terhantar dari telapak tangan Feros yang lebih besar dari pada miliknya.
Ibu jari Feros mengelus-elus punggung tangan Rai. Mereka asik menikmati pemandangan sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Matahari masih malu-malu menampakkan dirinya karena awan abu-abu kehitaman yang masih ingin menyombongkan diri.
Rai melirik ke pria yang berada di samping, wajahnya tenang seperti patung dewa. Rai mengerjapkan kelopak matanya guna menyadarkan diri untuk tidak terlalu terlena.
Sebuah pikiran tiba-tiba muncul di benak Rai, ingin hati mengeluarkannya segera namun tertelan dalam-dalam. Rai meneguk ludahnya dan menunduk, menatap kedua kaki mereka yang sejajar.
Mereka larut dalam keheningan yang damai. Namun tidak di bawah sana, tepatnya di lapangan yang kini sedang digunakan oleh anak-anak voli. Walaupun mendung, tidak membuat mereka patah semangat untuk latihan.
Rai merasakan elusan lagi pada tangannya yang digenggam oleh Feros, tangan mereka terpaut manis.
"Hangat.."
Berada di atas atap tentu dinginnya berkali lipat karena angin yang lebih besar dari pada di atas tanah.
Kedua tatapan mereka bertemu ketika Rai mengucapkan kata 'hangat' "dingin?" Feros memasukkan tangan mereka ke saku jaketnya, Rai mengangguk dua kali "mn, dingin."
"Feel better?" Feros meremas-remas tangan Rai yang berada di kantung jaketnya. Rai menatap mata itu dengan mulut yang bisu.
Elusan halus menyentuh alisnya "mata mu indah.." Rai kemudian memejam kedua matanya dan menikmati sentuhan lembut Feros.
Pikiran yang terpendam di benaknya tadi muncul kembali, dan tanpa sadar keluar dari bibirnya "Rusa tidak menyangka kalau harimau tidak menghabisinya," Rai membuka kedua matanya ketika tidak merasakan lagi sentuhan Feros di wajahnya.
Menatap mata itu yang sulit dibaca, sesulit memecahkan sandi morse "ah, karena dia kenyang? Atau karena dia bosan dan hanya ingin bermain? Bagaimana menurut kamu? Apa harimau itu hanya ingin mempermainkannya?"
Mata Feros menatap ke udara, memikirkan jawaban dari pertanyaan Rai "Hmm.. mungkin benar dia sudah kenyang, namun bagaimana kalau terlintas dalam benaknya 'ah, bagaimana kalau aku menyimpan rusa ini? Aku bisa memakannya nanti ketika lapar'" kemudian Feros tertawa, membuat Rai mendengus "menyebalkan, entah kenapa aku jadi ingin marah."
Rai mengembungkan kedua pipinya membentuk balon kecil, Feros menikmati bagaimana ekspresi Rai menjadi menggemaskan.
"Ada berbagai kemungkinan," Feros mengambil tangan Rai yang menganggur dan kemudian mengecupnya "bisa saja harimau itu kesepian, kemudian kehadiran seekor rusa membuatnya menjadi lebih berwarna,"
"Kamu tau arti rusa?" Rai menggeleng, karena tidak menahu. Feros yang melihat itu tersenyum lembut "Arti rusa adalah sesuatu yang istimewa, cinta tanpa syarat, mereka mencintai segala sesuatu dan semua orang di sekitar mereka, dan selalu berusaha menyebarkan hal positif ke mana pun mereka pergi." Rasanya mendengarkan Feros menjelaskan arti rusa membuat hati kecil Rai tersentuh, apalagi ketika Rai menerima tatapan lembut dari sosok penuh kejantanan di hadapannya ini.
"Kehadiran rusa adalah sebuah cahaya yang menerangi gelapnya dunia harimau itu. Rusa juga sebagai simbol magis dan spiritual, yang artinya rusa hewan suci yang murni."
Feros mencium dahi Rai, membuat pria kecil itu tertegun.
.
.
."Apakah itu cukup memuaskan mu?"
Rai mengembuskan nafasnya frustasi "entahlah, mendengar penjelasan kamu jadi buat aku makin bingung maksud dari si harimau itu."
Rai menunduk, kaki Feros maju selangkah sampai menempel dengan kedua kakinya.
"Kalau begitu.. bagaimana kalau aku mengatakan aku menyukai kamu?" Rai sontak mendongak dengan wajah terkejut, matanya melebar se lebar-lebarnya "i like you Rai.." haduh, senyum Feros sangat tampan membuat pipinya memerah malu seperti kepiting rebus.
Rai berdehem, wajahnya sangat merah "k-k.. kenapa kamu jadi membahas hal lain?"
Feros membungkuk, kemudian berbisik rendah di telinganya "i know what you're talking about Rai.." Bulu kuduknya merinding apalagi Feros juga menambahkan kecupan kecil di telinganya yang dibisiki.
Tangannya di tuntun ke dada pria besar itu, merasakan dentuman denyut jantung yang berdetak dengan cepat.
Rai mengedipkan matanya salah tingkah.
"B-baiklah, aku jadi tau maksud si harimau itu."
Rai yang cantik, selalu cantik di matanya. Apalagi ketika Rai-nya yang malu, salah tingkah, kesal. Semua yang Rai lakukan adalah kesukaannya, entahlah kenapa rasa ini timbul di hatinya "How about you? Apa kamu merasakan hal yang sama?"
Feros mengamati wajah Rai yang berubah sendu dan murung, bibir kecilnya menghembuskan nafas berat "entahlah.."
Feros tidak sedih, kecewa, atau menuntut pada Rai untuk suka padanya juga, dia membiarkannya, membiarkan Rai mencari tahu perasaannya yang sebenarnya.
Awalnya, dia hanya merasa tertarik pada Rai yang saat itu meneriaki dan mengumpat namanya. Tidak ada rasa marah atau kesal ataupun dendam saat itu, dia hanya mendekati Rai untuk mencari tahu. Kenapa anak ini bertingkah aneh dengan meneriaki dan mengumpatinya. Apakah dirinya pernah melakukan hal jahat sampai pria kecil ini dendam padanya?
Ternyata, hanya seorang siswa biasa yang penakut, mungkin mengeluarkan kalimat itu tanpa sengaja.
Penasaran, dia pun mencari tahu, yang awalnya dunia di sekolahnya hanya seputar belajar, bara dan Ardian kini berubah menjadi rasa penasaran ke pada Rai sang juara sekolah yang ternyata sekelas dengannya.
Mengamatinya di kelas, Rai adalah sosok yang aktif saat jam pelajaran berlangsung, namun pendiam dan tidak berbicara banyak ketika jam pelajaran selesai, dia tidak bertingkah aneh atau buruk.
Senyum nya sangat manis dan indah saat tertawa, dia selalu memalingkan wajahnya ketika melihat Rai tertawa saat berbicara dengan teman-temannya.
Pria kecil itu juga penyayang binatang, terutama kucing. Sudah beberapa kali Feros melihatnya sedang berbicara dengan kucing jalanan, mengelusnya, memotretnya dan kemudian memberinya makan.
Hatinya sangat murni, pernah suatu kali dia melihat Rai membantu salah seorang siswi yang kakinya terluka, Rai mengantarnya sampai ke kelas.
Pernah suatu kali dia melihat Rai membantu salah seorang siswa yang mengalami perundungan, tubuh siswa itu penuh sampah dan Rai membatunya memungut sampah itu.
Pernah suatu kali dia melihat Rai secara sukarela membantu temannya yang hampir pingsan saat upacara di lapangan.
Begitu banyak kebaikan-kebaikan Rai yang dilihat Feros secara diam-diam.
Satu kali merasa takjub, dua kali merasa kagum, tiga kali entah kenapa membuat jantungnya berdegup.
Apalagi ditambah Oma yang saat itu berbicara tentang pemuda baik hati yang menolongnya karena tersesat.
"Anak itu sangat baik, dia menggantikan neneknya ke pasar karena neneknya sudah tidak kuat berjalan jauh. Tidak seperti you! Tcih! I bahkan sebal melihat wajah you, pokoknya tomorrow you have to mengajak Oma jalan-jalan! blablaba.."
Yah, walaupun saat itu Oma juga mengoceh panjang lebar padanya.
Feros selalu berkali-kali dikejutkan oleh Rai, rasanya seperti membuka sebuah buku cerita yang semakin lama dibaca semakin seru.
Mata Feros melembut melihat Rai yang menunduk.
===
Aduh 😭😭😭😭😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] NOBODY (END)
FantasyRai (18) isekai ke dalam dunia novel karna secara tak sengaja terpeleset di kamar mandi sehingga mengakibatkan kematian. Di dunia itu, karakter utama bernama Feros (19) adalah sosok yang dingin. karena sifatnya itu, bukannya dibenci, justru orang-or...