C H A P T E R 31

16.8K 1.9K 70
                                    

Rai termenung, lelaki besar di sampingnya ini tertidur di atas meja belajarnya. Sebuah suara merdu terdengar melalui kabel Headset yang terhubung di antara mereka.

Tidak benar-benar tidur, Feros hanya berniat untuk memejamkan mata saja sejenak. Katanya "bersamamu membuatku nyaman dan rileks, let me close my eyes for a minute Rai."

Rai lah yang mencetuskan ide untuk mendengar lagu karena dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Walaupun ia yakin selera musiknya dan Feros jauh berbeda tetapi Feros bersedia mendengarkan. Rai diam-diam tersenyum.

Sinar matahari sore menyorot dari jendela menerangi kamarnya, Feros tepat di bawah sorotan sinar matahari yang berwarna jingga.

Rambut Feros berjatuhan di dahinya, sedikit acak-acakan namun sangat seksi. Entah sengaja atau tidak dasi sekolahnya di longgarkan sehingga memperlihatkan otot tak manusiawi.

Feros bak sebuah seni. Terlalu indah hanya untuk dilihat. Tercenung akan sesuatu, Rai mengambil kamera jadulnya dan memotret Feros diam-diam.

Satu, dua foto tidak cukup untuk Rai, ia ketagihan. Ketagihan untuk memotret Feros, akan sangat disayangkan jika pemandangan ini disia-siakan begitu saja.

Ckrek.

Feros yang memejam matanya itu terkekeh, membuat Rai tersentak dan salah tingkah.

Rai pura-pura kesal dan bertanya "Kenapa tertawa?"

Feros membuka matanya dan senyum di matanya menatap Rai yang saat ini menelan ludah, sedikit panik karena terciduk.

Jari Rai secara tak sengaja memencet tombol kamera dan menangkap pemandangan yang jauh lebih indah dari sebelumnya karena ekspresi wajah Feros yang saat ini sangat lembut.

"Paparazzi hm? Please take photos of me as much as you like Mr. Paparazzi." Feros menatap Rai dan tersenyum. Mendapat persetujuan Rai pun menangkap pemandangan itu beberapa kali. Cukup puas, Rai memeriksa hasil-hasil potretannya.

Tiba-tiba Feros bangkit dari posisi tidurnya dan mengambil alih kamera yang berada di tangan Rai dan kemudian mengangkatnya ke udara, berniat untuk memotret Rai "pose."

Rai tergugah "Hah?"

"Let's make a deal, kamu baru saja memotretku diam-diam, dan sekarang giliran kamu." Feros memposisikan dirinya sebaik mungkin sebagai photographer.

Rai masih tetap diam dengan wajah tak enak "Tidak mau? Aku bisa memenjarakan mu karena memotret tanpa izin." Feros menggit bibirnya sendiri karena godaan iseng itu. Kalau soal mengerjai Rai dia selalu tak tahan karena makhluk cantik itu selalu memberikan reaksi yang lucu.

Rai panik dan takut dengan ancaman yang dikatakan Feros "Feros, ini hanya tentang foto." Rai berusaha mengambil alih kembali kameranya.

Feros mengangkat tangannya tinggi-tinggi sehingga Rai tidak mampu mencapainya "That's why, ini hanya tentang foto Rai, cepat berikan pose yang cantik."

Rai pegal ketika tangannya berusaha meraih kamera yang tak bisa ia ambil dan kemudian menyerah "Bagaimana? Aku tidak tahu caranya." Ia duduk kembali dan memposisikan dirinya dengan kikuk.

"Pikirkan hal lucu, akan sangat disayangkan jika mata bulan sabit mu ketika tertawa tidak diabadikan." Rai berusaha sangat keras, ia yakin wajahnya seperti kanebo kering karena tidak tau caranya berpose dan berekspresi untuk kamera. Feros yang tak sabaran pun mendesak "Cepatlah, kalau tidak I will kiss you hard Rai."

Rai diam-diam mendecakan bibirnya, dan kemudian mengingat kejadian lucu seperti ketika neneknya mengisengi Feros.

Rai tak sanggup menahan tawanya jika mengingat hal itu. Ia pun tertawa sampai tidak bisa berhenti. Feros tak mau kalah dan mengambil momen itu sebanyak mungkin, dan ia jadi bertanya-tanya kenapa tawa Rai tidak berhenti.

"You can be an actor Rai." Rai menyisakan tawanya "apa maksudmu?"

"Well, apa yang kamu tertawakan?"

"Hanya seseorang."

.
.
.

Feros menaikkan sebelah alisnya. Ia jadi mencurigai Rai.

"Seseorang? Apakah aku mengenalnya?"

Rai mengangguk sambil melipat kedua bibirnya menahan senyum "kamu yang paling tau orang itu."

"Don't make me wonder Rai, just tell me who is that person?"

Rai tak kuasa lagi menahan tawa, membuat Feros tak habis pikir, entah kenapa rasanya seperti Rai tengah mengejeknya sejak tadi. Si cantik ini perlu diberi sedikit pelajaran.

Feros mengangkat Rai membuat Rai berteriak karena terkejut, jantung Rai hampir hilang di tempat dan sepertinya Feros tidak mau peduli karena lelaki itu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan menggelitiki pinggangnya.

Rai tertawa tak karuan karena tidak bisa menahan geli. Feros pun tak mau berhenti dan terus menggelitik perut Rai. Berkali-kali Rai memohon ampun tidak dihiraukan Feros.

Sampai kesusahan bernafas dan Feros mau berhenti.

"Hukuman kecil karena kamu nakal."

Rai masih dalam tawanya, nafasnya berantakan. Dia bahkan tidak sadar kalau posisi mereka tidak baik karena Feros berada tepat di atasnya.

Di tengah nafas yang kacau, Rai menatap mata Feros yang saat ini menatapnya juga. Dia pun menghentikan tawanya.

"Isn't it weird Rai?"

Rai mengkerutkan alisnya bertanya-tanya "Apa yang aneh?"

"I think I'm falling deeper and deeper because of you."

Rai menelan ludahnya. Kelopak matanya berkedip berkali-kali. Bingung ingin menjawab apa.

Feros melanjutkan "Who would have thought, right now, this minute, this second, you're so close to me, is it like a stranger becoming a lover?" Tangannya mengelus pipi Rai yang halus dan lembut.

Jari jempol Feros mengelus bibir bawah Rai yang saat ini terasa kering, Rai pun ikut menggenggam tangan Feros yang berada di bibirnya "Am i your lover Feros?"

"Well, that's what I want to ask Rai, are you willing to be my lover?" Feros mendekatkan wajahnya dan menunggu jawaban Rai dengan sabar.

Rai menggigir bibir bawahnya yang kering "What do you expect Feros?"

"Of course you said yes and we became lovers." Feros menatap bibir Rai yang digigit itu, diam-diam menelan ludah. Memang godaan dari makhluk cantik begitu dahsyat membuat dirinya tak tahan.

"Kalau begitu, yes i do."

"Great answer Rai."

Mereka berciuman, saling mencurahkan perasaan mereka. Sore itu cukup indah untuk menjadikan momen yang memorial di sepanjang hidup mereka.










































===

Sebuah pelajaran yang diambil adalah jangan ajak doi kalian ke kamar ych, ntar ekhem-ekhem 🤭

Btw janlup denger lagunya, biar makin menghayati shshsh /mengedipkan mata dengan keren dan cool/

[BL] NOBODY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang