C H A P T E R 19

22K 2.6K 44
                                    

Rai menutup bibirnya karena telah salah bicara, bisa-bisanya mulut ini berbicara di luar kendali! Rai sangat malu dan ingin menguburkan dirinya ke dalam tanah dan berharap tidak keluar selamanya.

Feros terkekeh melihat wajah Rai semerah darah, mata berbentuk setengah bulannya membulat dan dia menutup bibir kecilnya dengan tangan.

Feros harus bilang berapa kali kalau mata setengah bulan itu sangat indah. Rasa baru yang menggelitik di hatinya membuat Feros merasa halus dan lembut.

Berpikir bahwa penampilan Rai menarik hatinya sudah tidak bisa disebut biasa.

"Bukan itu maksudku.." Rai mencicit, ia harus memberikan pembelaan pada dirinya bahwa perkataan tadi sangat tidak benar dan di luar kendalinya.

Sudut bibir Feros memiring "aku tidak keberatan kalau itu betulan."

"Feros!"

Sial, Rai mengeraskan suaranya lagi tanpa sadar, Feros benar-benar menyebalkan.

Feros tergelak kencang. Tawanya sangat merdu layaknya penyanyi seriosa yang terkenal. Rai melihat bagaimana Feros sangat cerah seperti dewa matahari.

Teman-temannya dulu tidak ada yang tertawa seperti Feros. Suara tawa mereka seperti tikus-tikus terjepit. Sangat jauh dibandingkan dengan Feros yang mempesona.

Bahkan dada kencang itu sampai bergetar, Rai merasa pipinya sangat panas.

"Baiklah, tertawa saja sepuas kamu."

Rai menunduk, seperti dipermalukan tawa Feros yang merdu. Tapi entah kenapa dia tidak merasa keberatan, melainkan perasaan hangat lah yang kini menguasai hati Rai.

Tolong jangan katakan bahwa dirinya Gay! Rai menggeleng kecil menyingkirkan gagasan itu.

Tidak pernah sekalipun dalam benaknya ia akan masuk ke dalam jajaran Gay. Mengingat dulu, pernah ada seseorang yang menyatakan perasaannya pada Rai saat di sekolah menengah pertama. Bukan perempuan, melainkan lelaki! Bayangkan bagaimana terkejutnya Rai saat itu.

Bahkan Rai yang sedang memegang Kuah mie tanpa sadar langsung melemparkan kuah mie kepada lelaki yang menyatakan perasaannya dan lebih memalukannya lagi, Rai kabur sambil berteriak, seolah-olah habis melihat hantu.

Analoginya seperti ini, seseorang memberikan permen pada mu tetapi kamu meludahkannya. Rai jadi merasa bersalah mengingat itu.

Dan sekarang, Rai seperti menjilat ludahnya sendiri.

Sebuah telapak tangan besar yang hangat merayap ke pipi kanan Rai, Rai langsung menyadari siapa pelakunya, tetapi ia tak berani mengangkat wajahnya.

"Kamu mengkhawatirkan ku Rai?" Suara itu dalam, bulu Rai sampai meremang di sekujur tubuhnya.

Rai terdiam selama beberapa saat "Tidak-"

"Melihat kamu datang dengan tergesa-gesa, bukankah itu khawatir?" Feros langsung menyela Rai yang tak sempat untuk meneruskan perkataannya.

Elusan lembut di pipi kanan Rai semakin lembut dan lembut. Karena Rai menunduk dia jadi tidak sadar kalau Feros sudah mendekati wajahnya.

Jarak mereka hanya beberapa sentimeter.

Rai yang merasakan nafas Feros langsung mengangkat wajahnya dan terkejut ketika sadar bahwa jarak mereka hanya sedekat nadi.

Kedua hidung mereka hampir bersentuhan.

Figur sempurna Feros sangat jelas dalam jarak ini. Rai tenggelam dalam tatapannya yang dalam. Bibir itu tersenyum membuat Rai lupa diri, tak menyadari apa yang sedang terjadi saat ini.

[BL] NOBODY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang