C H A P T E R 6

29.2K 3.5K 116
                                    

Rai saat ini berdiri di depan meja kasir.

Barang-barang yang dibelinya sedang di-scan barkot oleh penjaga kasir.

"Pulsanya sekalian kak?"

"Tidak kak."

"Kami sedang ada promo minyak goreng beli 1 gratis 1 kak."

"Tidak, terimakasih kak."

"Totalnya 52.400 ribu kak."

Rai mengeluarkan uang sebesar 53.000 dan menyerahkannya ke mba kasir.

"Kembaliannya 600 rupiah, apakah ingin didonasikan kak?.

"Iya boleh."

Berbalik pergi, dahi Rai menubruk dada seseorang, buru-buru ia meminta maaf "Maaf Mas-"

Namun begitu mendongak, yang ia lihat adalah wajah Feros yang dingin disertai luka-luka memenuhi wajahnya.

Rai meringis melihat luka-luka itu.

Manusia ini berbuat apa sampai babak belur begini? Begitu pikirnya.

Perawakannya yang tinggi besar lagi-lagi membuat Rai insecure, wajah Feros sangat serius apalagi sekarang ditambah luka-luka membuatnya menjadi lebih 'menantang'.

"Bisa minggir?"

"A-ah, maaf!" Rai menjauh.

Keranjang Feros berisi hansaplast, betadine, tisu, kapas, kasa steril, alkohol, salep luka, air botol 2 liter. Rai menduga kalau Feros ingin mengobati lukanya.

Feros diam saja melihat Rai yang tidak pergi dan hanya termenung di sampingnya.

Sadar hanya diam saja, Rai langsung pergi sambil berlari-lari kecil.

Sambil mengutuki dirinya sendiri.

.
.
.

Rai turun dari sepedanya ketika sudah sampai depan pagar rumah.

Barang belanjaan yang berada di keranjang sepeda ia ambil lalu menyampirkan sepedanya di pagar, ia tak perlu khawatir kemalingan karena di daerah rumahnya cukup aman.

"So, your house is here? looks comfortable."

Rai tidak sadar motor yang mengikutinya sedari tadi. Yang tak lain dan tak bukan adalah Feros.

Ia tidak sadar diikuti karena selama perjalanan ia bernyanyi dan sangat asik dengan nyanyiannya itu.

Rai tersentak.

"Kk-amu ngapain di sini?!"

Wajah Feros yang kaku dan flat, membuat Rai semakin bingung, apakah dia merangkap menjadi stalker?!

"Obati."

"Hah?"

Kantung plastik yang dibawa Feros ia sodorkan kepada Rai, yang mana Rai terima-terima saja. Sepertinya dia agak lemot.

Dengan etika yang patut diacungi jempol Feros nyelonong masuk ke dalam rumah Rai tanpa menunggu Rai yang saat ini masih di tengah kelemotannya.

"Eh?! Tunggu- kamu mau apa?!"

Feros menatap kagum sayur-sayuran yang ditanam di halaman rumah, Feros mengamati rumah kayu jati yang kokoh dengan bentuk sederhana dikelilingi pagar kayu yang sudah keropos dan suasana yang di sekitarnya terlihat asri, ia rasa rumah ini cocok ditempati saat di masa tua.

"Kamu tuh engga sopan ya! Nenekku lagi tidur!"

Feros mengangkat sebelah alisnya ketika melihat Rai yang saat ini kesal layaknya kelinci yang sedang dicuri wortelnya.

Kemudian Feros duduk di bangku teras, ia mengkode minta diobati oleh Rai.

"Tolong." Dengan ektingnya Feros berpura-pura kesakitan membuat Rai yang tadi nya kesal jadi khawatir, karna memang lukanya sedikit parah dan terlihat menyakitkan.

"Ck, kamu tunggu disini! Jangan kemana-mana!" Eh? Ini seolah Rai sangat menginginkan Feros untuk tetap di sini, tapi ia segera menggugah hal itu dalam pikirannya.

Rai mengambil baskom serta handuk kecil miliknya yang biasa digunakan untuk rambut, biarlah si Feros mengenakan handuk bekasnya, Rai tak perlu repot-repot.

Rai membawa baskom dan handuk lalu mengintip dari pintu untuk melihat Feros.

Feros sedang menengadah sambil memejam matanya.

"Sudah?"

Rai tersentak lalu buru-buru menaruh baskom di meja yang terletak di tengah-tengah.

Kantung belanjaan milik Feros ia keluarkan semua. Air botol 2 liter, Rai tuangkan ke baskom.

Rai sebenarnya tidak tau cara mengobati luka yang seperti ini, mentok-mentok hanya mengobati luka terjatuh, kebaret, dan tergores dengan Betadine dan hansaplast.

Handuk kecil ia celupkan ke baskom, dengan perlahan Rai memegang dagu Feros untuk mendongak.

Rai berdiri, karna jika duduk ia yakin wajahnya tidak akan mencapai wajah Feros maka akan kesulitan untuk mengobati lukanya nanti. Ingat dengan tinggi Feros yang hampir 2 meter. Bahkan bangku terasnya terasa lebih kecil jika diduduki Feros.

Melihat wajah Feros dari dekat sebenarnya Rai tak menyangka tokoh utama berada tepat di depannya, tokoh utama yang bodoh ini membuat Rai tak menyangka dia akan bunuh diri karena kelakuan pacarnya.

Oh iya, apakah novel sudah berjalan? Atau belum? Diceritakan bahwa Feros terkena diserang orang-orang misterius lalu sekarat dan tokoh utama perempuan akan menyelamatkannya.

Sekarang bisa dibilang luka Feros tidak buruk-buruk amat sampai membuat sekarat. Jadi, novel masih belum berjalan? Ah, masa bodoh lah, ia hanya ingin hidup tenang dan menjadi penonton saja.

Saat ini Feros mengamati wajah serius Rai yang tengah membasuh lukanya dengan handuk basah, ia juga sesekali berdesis Karena lukanya terasa perih hal itu membuat Rai tersentak dan melembutkan usapannya. Rai tak perlu meniup-niup karna tak yakin dengan bau mulutnya.

Kan tidak lucu saat ia meniup luka Feros, keluar bau jengkol dari mulutnya, itu akan sangat memalukan. Karna ini bukan drakor!

Yah sebenarnya tidak apa-apa juga sih, biar Feros tau rasa.

Lampu teras 5 watt yang berwarna kuning itu menyinari mereka.

Wajah yang kokoh dan jantan milik Feros membuat Rai sedikit salah tingkah, karena Feros menatapnya intens.

Setelah itu, ia lanjutkan dengan alkohol dan betadine yang membuat Feros terus-menerus meringis, Rai sebal, jadi ia tekan luka-luka itu dengan sengaja.

Feros tau itu, tapi ia hanya diam saja, mereka benar-benar tak saling berbicara, bahkan hanya untuk basa-basi sekalipun.

Yah bagaimanapun Feros, ia sangat tampan, Rai dalam hati menjerit karena sangat iri dengan wajah itu, di novel juga diceritakan kalau Feros ini pintar dan tak pernah membolos maka tak heran jika banyak yang mengaguminya.

Lalu Rai berlanjut ke penempelan hansaplast di titik-titik luka, dan wajah Feros benar-benar songong ketika Rai sesekali memegang dagunya untuk mencari posisi.

Lama-lama ia bisa terkena darah tinggi kalau begini.

Sudah, Rai menyerah! Ia buru membereskan barang-barangnya, lalu menjauhi Feros.

"Kamu bisa pulang."

Tanpa melihat balik ke Feros, Rai menutup pintu lalu menguncinya.

Feros yang melihat itu diam saja, dan pulang sambil membawa kantung belanjaan. Sebetulnya ini pertama kali ada orang yang bersikap beda padanya.

Sebelum Feros jalankan motornya, ia melihat kembali rumah milik Rai dan sedikit ter- tidak, sangat-sangat sedikit tersenyum.

























===

Heyyo.. apa kabs

Janlup vote and komen 👌

[BL] NOBODY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang