Di lain tempat, di hari yang sama. Hujan masih saja turun deras.
Lelaki jangkung yang terkenal keparipurnaannya itu tengah berlari kencang, matanya menajam.
Feros, entah bagaimana ia bisa menjadi salah target aparat kepolisian. Awal mulanya, sepulang latih tanding dengan Bara, Feros melihat lelaki yang berdiri canggung melihat ke sana ke mari di tengah jalan sepi yang gelap tepat di depan toko elektronik yang sudah tutup.
Lelaki itu bergetar memegang kantung keresek hitam di tangannya.
Wajahnya pucat dan resah, seperti memikul beban yang berat. Kebetulan Feros berjalan ke arah lelaki itu karena ingin melewati jalan tikus untuk pulang ke rumah.
Ia berjalan santai, tas selempang yang berisi sarung tinju dan celana ia pendekan talinya, sehingga tas selempangnya merekat erat. Tak lupa jas hujan milik Bara di bagian tudungnya ia ikat kencang talinya supaya hujan tidak masuk ke bagian atasnya.
Entah feeling yang tidak enak atau bukan, lelaki itu melihat Feros dengan senang dan menyerahkan kantung keresek hitam padanya.
Lelaki itu kabur terbirit-birit sampai celananya melorot.
Feros terpaku sambil memegang kantung yang dibundal itu. Belum sempat untuk bereaksi, ia mendengar suara sirene mobil polisi.
Feros merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Dan dengan begitu ia berlari sekuat tenaga ketika mendengar suara langkah kaki.
"Tolong menyerah! Kami dari pihak kepolisian!"
"Kami sudah mengepung daerah ini!"
"Jika anda tidak bekerja sama, maka kami akan menembak anda!"
"Fuck." Feros berlari kencang.
.
.
.Feros masuk ke gang-gang kecil yang seperti labirin. Ia terkena tembakan di bagian bahu kirinya.
Mengabaikan rasa sakit. Feros terus berlari, berlari, dan berlari, tanpa mau tau apa itu kata lelah.
Sambil berlari Feros mengecek barang yang berada di tangannya.
"Holy shit!"
Dan itu ternyata adalah obat-obatan terlarang dengan jenis sabu-sabu. Feros membuang barang terlarang itu ke atas genteng rumah warga.
Berharap hujan terus deras agar para polisi tidak melihatnya. Sangat gawat bila polisi menemukan barang itu dan memeriksa sidik jarinya.
Darah terus mengucur dari bahunya, rasanya sangat panas dan nyeri. Baru kali ini Feros terkena tembakan.
Saat suara polisi yang mengejarnya sudah tidak ada, ia pun akhirnya berhenti. Di depan rumah orang yang gelap gulita.
Ia bersender di tembok.
Nafasnya berantakan.
Hari ini adalah hari tersialnya, selalu saja ia menghadapi situasi yang di mana ada kesalahpahaman.
Kasus pertama, adalah di mana ia pernah tak sengaja menyenggol bahu orang. Dan ternyata orang itu adalah kepala preman. Feros habis di tangan orang itu dan antek-anteknya. Kalah jumlah lalu babak belur.
Kasus kedua, adalah saat di mana ia menolong orang yang sedang diamuk oleh sekelompok orang yang ternyata adalah penagih utang, lagi-lagi kalah jumlah. Feros babak belur.
Kasus ketiga, adalah saat ia berada di pasar, melihat para preman sedang memalak para pedagang, Feros kala itu sedang berjiwa hero dan untuk kesekian kali ia kalah jumlah dan babak belur. Sampai-sampai orang rumah pun sudah tidak heran dengan kondisi Feros yang saat pulang selalu luka-luka.
Masih banyak kasus lainnya yang kalau di ceritakan bisa sampai berjilid-jilid.
Dan dengan kejadian-kejadian itu, Feros disebut sebagai si petarung jalanan unlucky one raid oleh gangster-gangster.
Well, sekalipun Feros piawai dalam ilmu bela diri tidak ada satu pun master bela diri yang mampu melawan banyak orang dalam satu waktu.
Karena itu, tidak satu dua orang yang jika mengenal wajahnya akan mengajak bertarung.
Dan ia akan menyarankan di ring, tepatnya ring milik Bara karena kawannya itu memiliki kelas bela diri milik pamannya dan sudah berlisensi.
Karena ia melawan satu orang di ring, tentu saja lawannya kalah dalam sekali ronde.
Kebanyakan dari mereka tidak terima lalu dengan mental pengecutnya akan mengajak antek-anteknya untuk menghabisi Feros.
Dan tentu saja, lelaki tampan itu babak belur.
Feros jadi terbiasa karena itu. Dan inilah pertama kalinya ia tertembak dan akibat kesalahpahaman.
Ia mengeluarkan teleponnya dan menelpon Bara.
"As usual."
Bara yang mendengar itu langsung paham maksud Feros. Yeah, For the umpteenth time.
"Share your location bro."
Setelah mengirim lokasi, Feros memasukan teleponnya kembali. Matanya berkunang-kunang, ia rasa sebentar lagi dirinya akan pingsan.
Di detik-detik matanya terpejam, Feros mendengar sebuah suara perempuan.
"Are you okay?"
___
Seorang gadis nampak khawatir di depan pintu kamar, terlihat dari gerak geriknya yang terus berjalan bolak-balik sambil mengigit kuku ibu jarinya.
Ia berhenti ketika mendengar suara pintu terbuka dan seorang Pria muncul dari balik pintu itu.
"Gimana kak? Pelurunya udah kakak keluarin?"
Seorang pria berumur 30 tahun itu keluar dari kamar adiknya. Kacamata tergantung di hidungnya sehingga menambah poin dari penampilannya.
"Udah, kenapa kamu ga bawa dia ke rumah sakit aja dek?"
Pria itu adalah Brian, ia menatap adiknya Celine Nathalia yang saat ini tengah memakai piyama sambil berekspresi khawatir.
"Ah- aku ga kuat ngangkatnya, jadi ya aku kepikiran kakak yang kebetulan dokter."
"Ya sudah, kamu jaga diri ya, biarin dia istirahat di kamar kamu, kamu tidur di kamar kakak aja, lagi pula Kakak sekarang harus langsung balik ke rumah sakit."
Celine mengangguk dan tak lupa berterima kasih padanya.
"Kakak hati-hati di jalan ya."
Brian mengelus rambut adiknya dengan sayang "hm, kakak pergi."
__
Di sisi lain, yaitu Bara.
Sedang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi bersama pamannya.
"Elu yakin dia posisinya di sini?"
"Iya om, dia bilang begitu."
"Argh bangke, itu lu liat ada polisi ngepung lokasi Feros."
Bara terperangah, ia jadi mengkhawatirkan kondisi kawannya.
"Waduh om! gimana om?!" Bara panik melihat banyaknya mobil polisi yang mengepung lokasi.
Mobil mereka berhenti tak jauh dari para polisi-polisi itu.
Om Bara mengetuk-ngetuk jarinya ke setiran mobil. Sedangkan Bara hanya berkeringat dingin di samping om nya.
"Tenang, gua bakal panggil kawan gua yang polisi."
====
Double up yey (^^)
Akhirnya si celine muncul nih shshsh
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] NOBODY (END)
FantasyRai (18) isekai ke dalam dunia novel karna secara tak sengaja terpeleset di kamar mandi sehingga mengakibatkan kematian. Di dunia itu, karakter utama bernama Feros (19) adalah sosok yang dingin. karena sifatnya itu, bukannya dibenci, justru orang-or...