C H A P T E R 21

21.2K 2.7K 138
                                    

Rai mengeratkan kantung makanan yang berada di tangan kanannya, bagian sebelah kirinya menggenggam erat tas selempang. Hari ini sore pukul 3.40 Rai baru selesai pulang sekolah.

Sesuai janjinya, dia akan membawa makanan untuk Feros walaupun lelaki itu telah mendapatkan jatah makan dari rumah sakit.

Rai menganggukan kepalanya untuk memperkuat dirinya. Setelah hal yang memalukan terjadi kemarin, tak boleh ia ulangi. Demi kancut Spongebob! Rai sungguh sangat malu jika mengingat kebodohannya saat itu.

Apa pula dirinya memejamkan mata?! Untuk dicium begitu? Hell.. menguburkan diri bukan hal yang buruk sepertinya.

Begitu melangkah masuk ke ruang inap Feros. Rai tidak mendapatkan siapapun. Ranjangnya kosong. Hanya suara jam dinding yang berbunyi.

Rai pun bertanya-tanya ke mana lelaki itu? Apakah dia sedang keluar?Namun, saat Rai menengok ke arah kamar mandi, bertepatan dengan itu juga Feros muncul tanpa sehelai benang.

Tolong jangan tanya bagaimana keadaan Rai.

Dia terpaku di tempat seolah-olah berkamuflase menjadi pasak bumi. Seluruh tubuhnya menegang. Rai tak sanggup menegak ludah maupun bergerak ke kanan-kiri. Sang pelaku utama hanya sibuk mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya memegang tiang infus.

Rai melotot melihat pentungan besar yang menggantung ke sana-kemari. Sekejap Rai merasa iri dan malu. Sebagai seorang lelaki tentu menjadi kebanggaan besar apabila memiliki 'Joni' sebesar itu. Dan Rai entah kenapa harus bercampur dengan rasa malu, seharusnya ia tak perlu malu karena mereka sama-sama lelaki. Lain cerita kalau Feros adalah perempuan.

Feros yang sedang asik mengeringkan rambutnya pun menyadari keberadaan seseorang. Yang mana itu adalah Rai yang sedang berdiri kaku dengan wajah pucat.

Feros pun langsung menyadari dengan cepat. Dia terkekeh geli melihat Rai yang belagak seperti patung.

"Why Rai? Is there something wrong?" Rai yang ditanya pun meneguk ludahnya. Sulit ingin mengeluarkan suara yang akhirnya dia mengucapkan sesuatu yang ceroboh.

"P-punya mu besar juga- a.. aku iri." Rai sendiri pun tak yakin apa yang diucapkannya. Seharusnya kalimat seperti ini bukan yang dikatakan sebagai sesama lelaki ketika melihat salah satunya menunjukan barang kebanggaannya? Ya kan? Yah, walaupun saat ini bisa dibilang Feros tidak menunjukkannya secara sengaja.

Feros menyeringai "wanna try it?" Feros berjalan mendekat. Tubuh Rai semakin kaku dan saat ini ia sangat amat berusaha untuk tidak melihat ke benda yang menggantung yang perlahan semakin dekat dan dekat. Ditambah dengan proporsi tubuh Feros yang seperti atlet binaragawan seharusnya pemandangan seperti itu mampu membuat kaum wanita menjerit gila-gilaan.

Rai meneguk ludahnya, juga melebarkan kedua matanya yang hampir keluar.

"TIDAK!" Suara Rai menggelegar, akibat terlalu paranoid dengan tingkah laku Feros yang tak tahu malu "m-maksud ku tidak, karena a..aku cukup puas dengan ukuranku." Lanjutnya terbata-bata.

Feros tidak menjawab, wajah tersenyum anehnya membuat Rai merinding, lelaki besar itu terus mendekat dengan langkah mantap.

"KAMU!" nafas Rai berantakan, ngos-ngosan seperti habis berlari "jangan mendekat!" Rai mengangkat lima jarinya memberi tanda untuk berhenti.

Feros tidak berhenti, dia tetap berjalan maju. Sampai jarak mereka sudah sangat dekat. Rai memejamkan kedua matanya. Pasrah dengan entah apa yang akan terjadi.

Namun hal aneh kiranya akan dilakukan Feros ternyata tidak, ketika Rai membuka kedua matanya Feros sedang mengambil baju di atas ranjang rumah sakit tepat di sebelahnya.

[BL] NOBODY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang