24. Separated

1.8K 293 16
                                    

Hari sudah mulai sore di Suna, semilir angin lembut menyapa bersama irama gerakan dedaunan yang turut menari bersama ketenangan alam. Sejuk dan asri, itulah gambaran yang tepat untuk suasana di teras rumah Sakura. Duduk santai di bangku rotan bersama sang ibu sambil menikmati secangkir teh hangat dan kue bolu buatan Mebuki. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Hari itu Sakura menceritakan semua kisahnya pada sang ibu, meskipun tadinya ia tak ingin membuang waktu untuk hal itu. Tapi mau bagaimana? Ibunya sudah terlanjur pensaran dengan Sasuke. Pria yang datang jauh dari Konoha hanya untuk numpang sarapan di rumah Sakura. Baru kali ini ada orang keluar kota bagai capung cebok, sebentar sekali.

Tentu saja Sakura melewatkan bagian kontrak yang dia tanda tangani bersama Sasuke. Ia hanya menceritakan awal pertemuannya, perubahan sikap Sasuke, lalu tentang segala kebaikan Sasuke selama ini.

Mebuki meletakkan cangkirnya, "Jadi selama ini dia yang membantu keuangan kita?"

Sakura mengangguk lemah, entah apa yang akan dipikirkan ibunya mengenai Sakura setelah mengetahui hal ini nanti. Sakura sudah pasrah.

"Saki, ibu mengerti betapa berat menjadi dirimu. Menanggung beban keluarga di usia muda bukanlah hal mudah. Tetapi sejujurnya ibu juga keberatan nak jika kau menggantungkan segala pada Sasuke. Biar bagaimana pun dia orang lain.."

"Aku mengerti bu, aku juga berpikir akan mengganti semua uang yang telah dia berikan. Tapi aku hanya bisa menyicil sedikit demi sedikit bu.." jawab Sakura.

"Ibu mengerti, mungkin kau perlu bicarakan hal ini baik-baik. Ibu yakin niat Sasuke tulus, seorang pria tidak akan buang waktu mengunjungimu keluar kota hanya demi memberikan sebuah kalung. Dia pria baik nak, bicarakan hubungan kalian sepulang ke Konoha nanti. Jangan biarkan prasangka buruk dan kesedihan membuatmu sampai berlarut-larut dan menjadi tidak realistis."

Tak lama kemudian Shinki datang, anak itu memarkirkan sepedanya di depan teras. Mebuki dan Sakura hanya diam memperhatikan Shinki.

"Ibu, maaf aku pulang sekolah terlambat. Tadi aku mampir ke toko sepeda dan membeli ini, sekarang aku lebih mudah berangkat sekolah dengan sepeda ini. Hehehe.."

Mebuki berdiri karena terkejut, ia segera menghampiri anak laki-lakinya, "Kau membeli sepeda? Astaga uang dari mana nak?"

Sakura juga ikut berdiri karena sama terkejutnya, "Shinki, kau tidak mencuri kan??"

"Tentu saja tidak, tadi pagi kak Sasuke mengajakku ke toko sepeda saat aku berangkat sekolah. Tapi saat sampai disana tokonya belum buka, jadi dia memberiku uang untuk membeli sepeda ini dan mengatakan agar aku menggunakan uang yang dia berikan dengan baik."

Sakura hanya bisa mengerjapkan matanya, bahkan disaat seperti tadi Sasuke masih sempat memikirkan adiknya? Seketika dada Sakura terasa mencair. Apa yang selama ini ia pikirkan tentang pria itu nyatanya selalu bertentangan dengan apa yang ia lihat dengan kedua matanya.

Shinki menghampiri Sakura dan memberikan beberapa lembar uang di tangannya. "Kak, uang yang diberikan untuk membeli sepeda oleh kak Sasuke masih tersisa sebanyak ini. Aku berikan ke kakak saja ya?"

Sakura kembali terkejut, uang yang tersisa masih cukup banyak. Padahal sepeda yang dimiliki Shinki sekarang adalah sepeda dengan merk termahal disana. Entah berapa banyak uang yang diberikan Sasuke pada anak itu. Sakura menatap ibunya, ia tampak bingung. Namun Mebuki mengangguk dan memberi isyarat agar putrinya menyimpan uang itu.

Seketika Sakura tertawa terkekeh, entah apa yang ia tertawakan. Ia pun memeluk erat sambil mengacak rambut cokelat adiknya. Shinki pun ikut tertawa terbahak bersama Sakura, dan Mebuki pun mengulas senyumannya melihat kebahagiaan kedua anaknya.

The Beautiful SpringWhere stories live. Discover now