13 : Kemunafikan Almaira Yumna

83 54 102
                                    

Hai bestie....

Apa kabar??

Udah punya ayang buat bangunin sahur belum?

Yang belum sabar ya...

Tetep semagat puasanya!!

Tetep semagat puasanya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●○●

"Bukankah untuk menghancurkan seseorang lebih mudah dengan berpura pura menjadi orang terdekatnya? Menjadi seseorang yang tidak pernah terduga akan melukainya."

~Almaira Yumna~

●○●

Kegiatan apa yang biasa kalian lakukan di akhir petang?

Kata anak indie, sore hari adalah waktu yang tepat untuk melepas penat ditemani secangkir kopi dengan view senja yang indah. Akhir petang yang sempurna katanya.

Namun jika kalian menanyakan hal itu pada Jessica, dia akan dengan tegas menjawab Tidak!
Definisi sore hari yang sempurna bagi Jessica adalah duduk bersantai ria di kursi malas kolam renang dengan orange jus dan view Andra yang tengah berenang. Sudah cukup itu saja sudah menjadi akhir petang terindah bagi Jessica.

Seperti sekarang, Jessica membolak- balikan halaman majalah fashion yang ada didepannya. Ia duduk bersandar pada kursi malas di pinggir kolam, menikmati hembusan angin yang berdesir menerpa wajah cantiknya.

Getaran handphone dimeja samping  dia acuhkan. Ia mendengus kesal saat ponselnya tak kunjung berhenti bergetar. "Ngapain sih nelpon mulu? Udah tau ga diangkat. Masih gak tau diri juga."

Sejak pertemuan tidak disengaja kemarin. Aleta terus menghubungi Jessica dengan gencar. Terus mengajaknya bertemu dengan sejuta alasan. Seperti hari ini, ia memborbadir Jessica dengan chat dan telpon tanpa henti.

Hari ini adalah hari anivesarry pernikahan Aleta dan Wira yang ke 10 tahun, sejak matahari belum terbit hingga kini matahari mulai tergelincir, Aleta terus meminta Jessica untuk hadir dalam acaranya. Padahal sudah ia tolak berkali kali namun Aleta masih tidak menyerah memaksanya.

Jika Aleta mengira kegigihannya akan meluluhkan Jessica, ia salah besar. Sampai kapanpun Jessica tidak akan pernah sudi untuk kembali menginjakan kaki ditempat yang menjadi saksi penderitaannya dulu. Sebuah rumah yang menjadi awal kehancuran dirinya. Ia masih cukup waras untuk tidak kembali ke jurang kehancuran masalalu.

Kesal dengan teror tak berujung dari seseorang yang pernah ia manggil 'mama', Jessica mematikan ponselnya dengan kasar. Kini matanya kembali tertuju pada majalah, fokus pada satu halaman yang menampilkan hasil wawancara dengan seorang desainer ternama Indonesia.

ARASHELLY (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang