Rendi menghela napas untuk ke sekian kalinya kala sedang merapihkan lokernya yang penuh dengan sampah dan juga berbau.
Tidak perlu mencari tahu lebih lanjutpun Rendi sudah tahu siapa yang melakukannya.
Sudah menjadi kebiasaannya untuk membersihkan lokernya saat pulang sekolah. Dan itu sebabnya Rendi sendiri jarang menaruh buku di lokernya. Takut akan menjadi kotor atau rusak.
“Gue yang liat aja capek, masa lo yang kena gak capek,” ucap Lintang yang memang sejak tadi membantunya.
Rendi tersenyum kecil, “ya udah jadi kebiasaan. Jadi b aja sih.”
“Ya jangan dibiasain tolol,” kesal Lintang.
Rendi tertawa pelan mendengarnya, menatap Lintang yang sedang fokus mengumpulkan sampah yang ada di lokernya.
“Ren, ini mereka yang emang mau bully lo atau suruhan Elena doang?” tanya Lintang.
Rendi mengernyit bingung, “maksudnya?”
“Semua ini, ini gak mungkin kerjaan Elena dan gengnya doang. Jadi, mereka yang lain itu emang mau bully lo atau karena suruhan dan takut sama Elena doang?” tanya Lintang.
Rendi menggidikkan bahunya, “gak tau. Ya lagian mau itu suruhan atau mereka emang yang niat bully gue juga itu gak pengaruh buat gue. Jujur, daripada semua ini yang terjadi sama gue, gue lebih takut kalau ini terjadi sama Wina.”
“DIEM AJA ANJING, GOSAH NGEGAS LO!!”
Lintang mendengus kesal mendengar teriakan Shaka. Lelaki itu memang selalu mengikutinya dan selalu berbicara tanpa henti. Membuat Lintang jengah, sebab hanya Lintang yang dapat mendengarnya.
Tetapi jika Lintang meminta tolong Shaka untuk melihat jawaban ulangan, temannya itu malah hilang entah kemana.
“Lo kesel ya gue terlalu bucin?” tanya Rendi.
Lintang menggeleng pelan, “enggak. Tadi ada nyamuk gila sarap, ganggu.”
“Anjing emang ni anak,” dumel Shaka.
“Btw, gue gak masalah tentang omongan lo tadi. Karena iya, gue juga gak akan rela kalau itu terjadi sama cewek yang gue sayang. Selain karena dia cewek, gue juga mana mungkin rela orang yang gue sayang dapet hal kayak gini?”
“Jomblo juga lo, so banget jadi pakar cinta,” ucap Shaka santai membuat Lintang menatapnya tajam.
Andai saja Rendi sudah tahu kalau Lintang itu spesial, atau andai saja tidak ada Rendi. Sudah dipastikan Lintang akan berteriak dan mengabsen seisi kebun binatang.
Rendi mengangguk setuju, “Lin, menurut lo Wina gimana?”
“Konteks?”
“Ya nanya aja. Kali lo demen.”
Lintang merotasikan matanya kesal, “gak dulu.”
“Becanda. Mana mungkin gue rela orang yang gue sayang sama orang lain. Eh, gak akan ada yang rela sih kalau ada di posisi itu juga,” ucap Rendi setelah membuang sampah pada tempat sampah dikelasnya.
Lintang menatap Rendi bingung, “kalau semisal itu terjadi, dan lo gak rela. Emang lo bakal ngapain?”
Tidak hanya Lintang, bahkan Shaka pun serius untuk mendengar jawaban yang keluar dari mulut Rendi.
Rendi tersenyum kecil, “mungkin bakalan minta kesempatan buat bikin dia balik sama gue lagi. Dan kalau iya gak bisa, gue iklas. Bukan rela. Karena gue gak akan rela, sampai kapanpun gak akan, tapi gue iklas kalau itu keputusan dia. Lagi juga mungkin ada kesalahan di guenya sampai dia berpaling.”
KAMU SEDANG MEMBACA
REND - Renjun Lokal [END]
Fiksi PenggemarTentang mereka, sekumpulan anak yang memiliki rahasia dan masalahnya sendiri. Tidak berbagi dan berpikir kalau mereka masing-masing hebat dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi tidak. Tidak ada manusia yang sehebat itu. Hingga salah satunya...