23

420 58 1
                                    

Rendra berjalan memasuki kelas Rendi tanpa memeperdulikan tatapan terkejut teman-temannya. Dia tersenyum menyeringai lalu duduk di bangkunya begitu saja, sambil memperhatikan Elena yang masih terus menatapnya.

Bagaimana tidak, Rendra berpakaian sedikit tidak sesuai aturan. Memakai jaket denim, baju yang tidak dimasukkan ke dalam celana, kancing baju terbuka satu tanpa memakai dasi. Sangat bukan Rendi sama sekali.

"Rendi, kok lo jadi gini? Bukannya lo taat aturan banget? Bahkan lo masuk hampir deket bel," ucap Elena saat duduk di samping Rendra.

Rendra menghela napas dan memutar bola matanya kesal, "nice info, tapi lo ngomong seakan lo kenal gue. Nyatanya enggak."

"Gue tau semua tentang lo, Rendi. Semuanya gue tau."

"Lo gak tau, buktinya lo gak tau kalau Rendi punya kembaran, lo gak tau kalau Rendi yang asli gak kayak dia yang lemah di sekolah. Dan lo gak tau kalau Rendi udah mati karena lo, sialan." Batin Rendra kesal.

"Ok, si paling tau tentang Rendi," gumam Rendra pelan.

"Kenapa?" tanya Elena.

"Nope. Lo tadi bilang udah mau bel kan? So, bisa lo pindah dari samping gue?"

Elena menggeleng sambil tersenyum ceria, "enggak akan. Gue bakalan duduk sama lo sampai seterusnya."

"Anjing ni cewe. Ayang Refy, maafin gue sumpah."

Rendra menghela napas, tiba-tiba teringat dengan rencananya dengan Lintang kemarin. Demi Rendi, mau tidak mau dia harus menyetujui rencana yang dibuat Lintang.

Flasback on

"Jadi gue udah mau bantu lo, terus rencana lo gimana? Awas aja kalau lo bilang lo belum punya rencana mateng," ucap Lintang.

Rendra menggaruk ujung alisnya canggung, dia menggidikkan bahunya lalu mengangguk pelan, "emang belum."

"REN- astaga, lo bener-bener ya. Jadi lo gantiin Rendi modal nekat doang?" tanya Lintang kesal.

Rendra berdecak, "ya enggak juga. Gue udah ada rencana. Cuma lo ancurin gara-gara suruh nyari tau tentang tabrakannya Wina."

"Emang rencana lo sebelumnya gimana?"

"Nyari tau Elena siapa dan kenapa Rendi bundir, trus bales dendam ke Elena."

"Rencana teratur macam apa itu?"

Rendra menghela napas pelan, "ya ngapain juga gue lama-lama di sini? Kalau bisa balas dendam dengan cepet kenapa enggak."

"Tolol, seenggaknya lo main bersih lah. Lo ambil semua info dan simpen sampai banyak. Sampai waktu tepat, lo bongkar itu dan buat musuh lo hancur sehancur-hancurnya karena bukti yang lo simpen."

"Udah gue bakal ngulang, terus gue harus lama-lama di sini? Apalagi sama iblis yang ada di kelas? Gak mau."

Lintang menjitak Rendra kesal, "batu banget edan. Terus kalau lo cepet-cepet juga bisa aja musuh lo punya cara lain biar bebas dari hukuman. Percuma Ren."

"Kesel banget. Nyesel gue niat bayangin dia sebagai Rendi. Otaknya jauh," gerutu Lintang yang tentu dapat didengar jelas oleh Rendra.

"Ngomong apa lo?"

"Fakta," jawab Lintang membuat Rendra kesal setengah mati. "Udah, sekarang lo ikut rencana gue. Sampai melenceng, gue suruh temen gue diem di rumah lo."

"Anjing."

Lintang tersenyum menang, "kalau lo mau dapet info siapa Elena dan ngancurin Elena, singkatnya lo pengen bales dendam sama dia, lo harus deketin dia. Itu langkah yang mudah. Deketin dia dan ambil info yang penting tanpa ketauan. Saran dari gue, jangan sampai saat lo nyari info, dua temen Elena ikut, bahaya."

REND - Renjun Lokal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang