5

486 68 0
                                    

Haekal melambaikan tangannya saat Jeriel sudah mengantarnya pulang. Memang sudah biasa Haekal akan meminta pergi ke sekolah dan pulang sekolah bersama Jeriel.

Sahabatnya yang satu itu pun tidak terlalu mempermasalahkannya. Toh Haekal akan membayar bensin. Sebenarnya kalau Haekal tidak membayarpun tidak masalah, memang Jeriel tidak ingin cepat pulang.

Hitung-hitung berjalan-jalan terlebih dahulu saat mengantar Haekal.

“Ekal pulang,” ucap Haekal saat membuka pintu rumahnya dengan perlahan.

Dia menghela napas ketika melihat keadaan rumahnya yang cukup berantakan. Cukup banyak pecahan beling dimana-mana.

“Nda, Bunda. Ekal pulang. Bunda dimana?” panggil Haekal. Berjalan menyusuri rumahnya dengan hati-hati. Takut akan beling yang tersebar dimana-mana.

Ceklek!

“Ekal sayang, udah pulang nak? Gimana sekolahnya?” tanya sang bunda lembut dengan suara serak.

Haekal tersenyum, dia tahu apa yang baru saja terjadi. Tapi Haekal tidak ingin membuat bundanya kembali bersedih, dia mencoba mengalihkan pikiran sang bunda agar tidak memikirkan kejadian apapun.

“Sekolahnya seru kok. Nda, Ekal mau makan dong. Laper,” ucap Haekal dengan nada manja.

Sang bunda tertawa pelan, mengusap rambut sang anak lembut, “kamu mau bunda masakin apa?”

Haekal berpikir, matanya menatap keatas, lalu kembali menatap sang bunda dengan lembut juga senyuman yang tidak luntur dari bibirnya, “Ekal mau apa aja yang dimasakin bunda. Apapun itu, kalau Nda yang masak, Ekal bakalan suka.”

“Nda beruntung banget punya Ekal.”

Haekal mengangguk, “Ekal lebih beruntung karena punya Bunda. Ekal lebih beruntung karena lahir dan jadi anak Bunda. Ayah juga di sana pasti beruntung karena berjodoh sama Nda.”

“Anak Nda belajar gombal sama siapa? Pasti udah punya pacar ya? Kok nge gombalnya jago.”

Haekal bergaya, “anak bunda ini inceran cewek-cewek tau.”

“Dasar kamu ini. Ya udah, kamu mandi aja dulu, nanti Nda panggil kalau masakannya udah beres.”

Haekal menggeleng, “bunda masak aja ya? Ekal yang bakal beresin rumah. Tapi janji ya masakannya harus banyak. Dan Nda jangan keluar dari dapur sebelum Ekal yang samperin bunda.”

“Haekal—“

“Nda, Nda harus percaya ya sama Ekal? Ekal bakalan sukses dan buat bunda dan juga ayah di sana bangga. Ekal janji. Ekal juga janji bakalan bawa kakak, Ekal janji bakalan kumpulin kita lagi.”

Haekal memeluk tubuh sang bunda dengan erat. Tangisan bundanya mulai menjadi isakan pelan. Sedangkan Haekal mencoba menahan suara tangisannya, dia tidak ingin sang bunda bertambah sedih.

“Maafin bunda, maaf buat Ekal jadi terbebani.”

Haekal menggeleng cepat, “Ekal gak terbebani sama sekali Nda. Karena cita-cita Ekal itu cuma sukses dan buat Nda juga ayah bahagia.”

Dan ngebuat kakak nyesel sama semuanya.”

---

Jeriel menghela napas, waktu satu jam dalam perjalanan setelah mengantar Haekal, menurutnya kurang. Seharusnya dia lebih lama lagi.

Tapi sayang, besok Jeriel memiliki tugas, jadi dia tidak mungkin pulang semakin larut.

PRANK!!

“Aku mohon, aku masih sayang dan cinta sama kamu.”

Jeriel menatap jenuh kedua orang tuanya, berdecih saat melihat ayahnya yang berlutut pada bundanya sendiri.

REND - Renjun Lokal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang