10

403 57 0
                                    

Rendi tersenyum pada Lintang yang baru saja menolongnya beberapa saat lalu ketika dirinya terjebak di gudang sekolah.

Sebenarnya Rendi sendiri bingung, bagaimana Lintang bisa mengetahui dia berada di gudang, seingatnya tidak ada seorangpun yang lewat. Ditambah Lintang yang mengatakan bahwa ada yang memberitahunya.

“Serius, gue udah teriak-teriak dan emang gak ada orang. Harusnya dia bisa langsung nolong gue, kenapa dia pake manggil lo segala?” tanya Rendi.

Lintang menggidikkan bahunya, “gak tau. Penggemar rahasia lo kali. Trus gak mau ketauan.”

Bego sih lo, pake bilang ada yang ngasih tau lagi,” ucap Shaka kesal.

Iya, Shaka yang sebenarnya melihat Rendi yang dengan sengaja di kunci di gudang. Dan Shaka juga yang langsung memberitahu Lintang tentang itu agar segera menolong Rendi.

“Apapun itu, makasih. Gue makasih sama lo dan kalo lo ketemu orang yang ngasih tau  lo, bilang juga makasih dari gue ya,” ucap Rendi yang diangguki Lintang.

Bukan orang Ren, setan,” batin Lintang mengoreksi.

“RENDII!!!”

Rendi dan Lintang bersamaan berbalik badan menatap orang yang tengah berlari ke arah  mereka. Jeriel, yang sejak 30 menit lalu masih mencari keberadaan Rendi.

“Lah? Lo kenapa di sini?” tanya Rendi bingung.

Jeriel mengatur napasnya, melirik Lintang dengan terkejut lalu mengalihkan pandangan, “lo di mana aja dari tadi? Gue nyari lo hampir mau sejaman sejak gue dateng. Oh iya, gue disuruh bocah jemput lo.”

Rendi mengangguk mengerti, “sorry, gue gak tau. Tadi ada urusan.”

“I’ts ok. Hape lo lain kali jangan dimatiin.”

“Iya.”

“Ini mereka siapa ngomong-ngomong?” tanya Jeriel.

Rendi mengernyit bingung, “hah? Mereka?”

Jeriel tersentak pelan lalu menggeleng dan tersenyum kecil, “enggak. Maksud gue dia siapa? Temen lo?” tanya Jeriel sambil menunjuk ke arah Lintang.

Tu bocah bisa liat gue ya Lin?” tanya Shaka.

“Kenalin, gue Lintang. Temennya Rendi,” ucap Lintang sambil mengulurkan tangannya.

Jeriel segera menjabat tangan Lintang, tetapi pandangan matanya ke arah samping kiri Lintang, tepatnya ke arah dimana Shaka berada, “gue Jeriel.”

“Gue ngambil tas dulu deh. Lo berdua ngobrol aja dulu,” ucap Rendi lalu meninggalkan Jeriel bersama Lintang.

Tak berselang lama setelah Rendi pergi, Lintang menghela napas dan menatap dingin ke arah Jeriel, begitupun dengan Shaka.

“Biasa aja dong anjir, hawanya makin dingin nih,” ucap Jeriel kesal.

Lo bisa liat gue?” tanya Shaka.

“Enggak, gue buta,” jawab Jerriel asal.

Lintang mendengus, “yang bener anjir.”

“Ya menurut lo, itu gue jawab pertanyaan dia gue gak bisa liat dia gitu? Logika aja sih.”

Jeriel, jangan kasih tau tentang gue ke Rendi.”

Jeriel menatap Lintang dan juga Shaka dengan sinis lalu tesenyum kecil, “gue bakal diem. Tapi sampai lo berdua macem-macem, bukan gue ngasih tau Rendi, tapi gue ilangin lo berdua dari dunia.”

“Jeriel, gue sama Shaka gak ada maksud jahat ke Rendi. Tapi sekitar Rendi di sekolah ini termasuk di kelasnya yang niat jahat ke dia.”

“Maksud lo?”

REND - Renjun Lokal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang