17

359 52 5
                                    

Rendra berjalan mendekati Rendi yang sedang mengerjakan tugas di meja belajarnya. Sangat fokus dengan earphone yang menempel dikedua telinga kakaknya. Rendra mencabut salah satunya membuat Rendi berbalik.

“Kenapa?”

“Gue mau tanya deh Al,” ucap Rendra sambil duduk di kursi yang ada.

Rendi mengangguk, melepas kedua earphonenya dan menyimpannya di meja, “tumben. Biasanya nanya tinggal nanya. Ini muka lo serius amat.”

“Lo masih sama Wina kan?”

Rendi diam sebentar lalu mengangguk pelan, “kenapa emang? Tumben nanya gitu. Mau nikung lo? Gue bilangin Refy nih.”

“Enggak lah, gila,” bantah Rendra, “gue cuma mau tanya aja. Dan gue juga mau ngajak lo double date. Gimana? Gak pernah juga kan.”

Rendi terdiam, melirik handphone nya sebentar, “nanti gue tanya Wina nya dulu deh.”

“Sekarang aja Di. Besok kan malming. Jadi bisa langsung besok.”

Rendi mengangguk lalu mengambil handphonenya, mencari kontak Wina dan langsung meneleponnya.

Halo, kenapa Ren?”

Rendi menghela napas lega dan tersenyum, “enggak. Aku cuma kangen aja. Kamu baik-baik aja kan? Gedung kita beda, jadi jarang ketemu.”

Rendra yang mendengar itu begidik geli, dia berakting seolah akan muntah mendengarnya.

Aku baik-baik aja kok. Kamu gimana?”

“Baik juga. Haris jaga kamu kan?”

Rendra yang tadinya memilih fokus ke handphone, langsung melirik ke arah Rendi saat nama Haris disebutkan oleh kembarannya.

Iya, dia jaga aku.”

“Bagus deh, oh iya Wina. Rendra ngajak double date besok. Gimana? Kamu mau?”

Hening beberapa saat, Rendi sedikit panik takutnya Wina tidak senang dan menolaknya. Padahal sejujurnya Rendi juga ingin kencan dengan sang kekasih.

Boleh, jam berapa?”

Rendi menghela napas lega, dia menatap Rendra bertanya.

“Nanti bawa mobil aja. Jemput cewek gue dulu baru jemput lo, sekitar jam 5 an,” jawab Rendra.

Okey, besok aku tunggu.”

Tak berselang lama, telepon diakhiri oleh Rendi setelah mengucapkan perpisahan. Rendra menatap Rendi yang tengah berseri sambil menatap handphonenya.

“Bucin boleh, goblok jangan,” gumam Rendra yang tentu dapat di dengar oleh Rendi.

“Maksud lo?”

Rendra menggeleng, “lo bucin sih bucin, tapi itu hape dodol. Bukan cewek lo.”

“Sirik aja yang sama Refy anjing anjingan.”

Rendra mendengus kesal, melempar dirinya ke kasur dan menatap langit-langit kamarnya, “tadi ada nyebut Haris, dia siapa Al?”

Rendi yang kembali mengerjakan tugasnya melirik Rendra sebentar lalu kembali fokus pada tugasnya lagi, “temen gue pas kelas sebelumnya. Dan dia sekelas sama Wina, jadi gue minta dia jaga Wina.”

“Kenapa harus dia?”

“Ya karena gue kan beda kelas, beda gedung juga. Ya kali gue yang jaga Wina. Aneh –aneh aja lo Bi.”

Rendra menghela napas pelan, “lo percaya sama dia?”

“Ya iya, dia termasuk salah satu temen deket gue di kelas sebelumnya juga. Lagian lo kenapa sih? Kayak ngeraguin gitu.”

REND - Renjun Lokal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang