24

358 50 2
                                    

Rendra berjalan lesu menuju atap sekolahnya, dimana dia sudah mebuat janji bersama Lintang untuk bertemu disana setelah jam sekolah selesai.

Bukan tanpa alasan Rendra berjala lesu, karena tadi sebelum anak kelasnya bubar, Elena dengan lantang menyuruh seisi kelas terutama perempuan agar tidak ada yang mendekati dirinya kecuali Elena sendiri.

Ditambah, dia tadi sempat beradu argumen tentang Elena yang memintanya untuk mengantarkannya pulang. Tapi untung saja Rendra memiliki banyak alasan yang membuat Elena menyerah.

“Sehat lo Ren?” tanya Lintang kala dirinya langsung terduduk dan menutup matanya begitu saja.

Rendra mendengus kesal, “menurut lo aja anjir. Baru sehari gue ikutin rencana lo, kesehatan mental gue udah dipertanyakan.”

Lintang tertawa mendengarnya, memberikan Rendra minuman kaleng yang masih cukup dingin, “tapi sesuai rencana kan? Gue denger Elena yang ngomong gak boleh ada yang deketin lo soalnya.”

Rendra meminum beberapa teguk minuman yang diberikan Lintang, lalu menatap lelaki itu bingung, “gue bisa langsung bales dendam gitu maksud lo?”

Lintang berdecak kesal, “ya enggak. Cuma seenggaknya sampai sini, lo bakal aman karena Elena sadar gak sadar udah nge backing lo.”

“Tanpa dia juga gue bisa kali.”

“Dengan cara brutal? Emang lo mau masuk asrama?”

Rendra menatap Lintang tak suka, “trus sekarang gimana?”

“Satu pertanyaan gue, lo bakal bongkar tentang lo sama mendiang Rendi yang kembar? Atau lo tetep bakal jadi Rendi?”

Rendra menghela napas pelan, menunduk menatap minuman kalengnya, “itu biar jadi urusan gue di akhir. Sekarang cukup kasih tau gue tentang gue harus apa. Karena gue cuma pengen semua ini cepet beres dan Rendi cepet dapet keadilan.”

“Lo gak bisa sabar apa?”

“Enggak. Lin, semakin lama semuanya di ungkap, keadilannya bakal semakin berkurang. Gue mau semuanya cepet kebongkar, karena gue juga pengen tau. Sehebat apa seorang perempuan kayak Elena sampai buat kembaran gue bunuh diri.”

Lintang menghela napas pelan, dia menatap Rendra dengan pandangan sendu, “gimana kalau perkiraan lo salah Ren?”

“Maksudnya?”

“Gimana kalau ternyata penyebab utama Rendi milih bunuh diri itu bukan Elena, Elena cuma salah satu penyebabnya. Gimana kalau ternyata ada penyebab lain yang lebih kuat dan ngebuat Rendi pengen bunuh diri.”

Rendra mengernyit bingung, “gue gak paham maksud lo apa.”

“Dra, gimana kalau ternyata ada alasan utama lain yang buat Rendi bunuh diri, dan alasan itu bukan Elena.”

“Lin, lo tau kan apa keluhan yang Rendi tweet di twitter private nya?” tanya Rendra.

Lintang mengangguk pelan, “gue tau. Tapi apa lo yakin Rendi cuma ngeluh di sana? Lo yakin Rendi gak punya tempat keluhan lain?”

“Gue gak tau Lin. Karena jujur, gue udah kecewa sama Rendi yang gak jadiin gue tempat dia ngeluh. Gue juga kecewa sama diri gue sendiri karena gak bisa berguna buat kakak gue.”

---

Rendra menatap ketiga temannya yang tengah asik bergurau, dia tersenyum kecil dan melirik wallpaper handphonenya dimana terdapat dirinya dan juga Rendi yang sedang berdiri menyamping.

“Oh iya Dra, gimana disana? Udah nemu apa aja?” tanya Haekal.

Rendra menghela napas pelan, “mereka main rapih. Jer, Na, gue bisa minta tolong kalian buat ngehack akses ke cctv sekolah Rendi gak?”

REND - Renjun Lokal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang