Para guru sudah berkumpul di aula sekarang, mereka juga menelpon kedua orangtua dari Elena, Arsyi dan Lilyna.
Sudah ada sekitar 5 polisi, pengacara, detektif, orangtua Wina, Narendra dan juga Rendra. Rendra sendiri mengundang Bundanya agar Bundanya tau fakta tentang Rendi yang memilih mengakhiri hidupnya.
Walau sebenarnya dia tidak rela karena harus membiarkan Bundanya bertemu dengan Ayahnya. Karena perceraian kedua orangtuanya masih belum dilanjutkan saat itu. Rendra sendiri tidak tahu kenapa, dia tidak enak bila bertanya pada sang Bunda.
“Sesuai bukti yang saya dapat, bisa kalian jelaskan kenapa membiarkan perundungan di sekolah begitu saja bahkan sampai merenggut satu nyawa?” tanya pengacara itu tenang.
Para guru hanya bisa diam, mereka tidak tahu harus menjawab apa. Satu sisi mereka takut dengan para polisi, dan disisi lain mereka juga takut dengan orangtua Elena yang berkuasa di sekolah.
Ayah Elena maju, “kenapa kalian menghubungi kami? Memang kami ada sangkut pautnya dalam hal ini? Sungguh, membuang waktu.”
Saat kedua orang tua Elena akan pergi, tiba-tiba saja Elena sudah di seret oleh Rendra memasuki aula. Rendra menghempaskan Elena begitu saja dan beruntung Ibunya Elena segera menangkap anaknya.
“APA-APAAN KAMU?!” Ayah Elena yang akan mendekati Rendra segera di hadang oleh Ayah Cahya.
“Jangan dekati anak saya,” ucap Ayah Cahya tajam.
“Anda—,”
“Bisa kembali ke tempat semula dan dengar semuanya?” ucap Ayah Narendra tegas.
Ayah Elena mendengus dan segera berjalan bersama Istri dan Anaknya ke tempat semula. Elena menggenggam tangan Ibunya dengan erat, wajahnya sudah pucat dan memancarkan ketakutan.
“Dari laporan dan bukti yang saya dapat, korban mengakhiri hidupnya dikarenakan tekanan perundungan dari sekolah terutama dari siswi yang bernama Elena Cyntia. Bahkan Elena telah melakukan percobaan pembunuhan pada siswi bernama Wina Adelia Tarani yang sekarang masih dalam keadaan koma. Elena melakukannya dengan alasan kecemburuan pada mendiang Rendi. Apa itu benar?” tanya sang pengacara sambil menatap Elena tajam.
“Sayang?” Ibu Elena menatap anaknya tak percaya.
“Engga Mah, percaya sama Elena,” ucap Elena disertai tangisan.
Rendra yang mendengar itu mengepalkan tangannya kuat, dia yang akan mendekati Elena segera ditahan oleh Lintang yang sejak tadi berada di sebelahnya.
“Dra, tahan emosi lo,” ucap Lintang pelan.
“Dengar? Anak saya menyangkal semuanya! Kalian semua jangan menuduh anak saya yang tidak-tidak. Atau saya akan menuntut kalian!” ucap Ayah Elena dengan amarah.
Cahya menatap Wendi yang tengah menunduk dan menangis karena baru saja mengetahui fakta tentang anaknya. Cahya menghela napas dan mengambil alih pembicaraan, dia menyalakan proyektor di sana, menampilkan vidio yang Lintang ambil untuk dijadikan bukti.
Di dalam vidio terlihat Rendi yang tengah menunduk, dan juga Elena, Arsyi dan Lilyna yang di tangan mereka terdapat kayu.
“Udah gue bilang kan? Jangan macem-macem sama gue!” ucap Elena sambil memukul pinggang Rendi menggunakan kayu.
“ARRGHH!”
Wendi yang melihat itu menutup mulutnya tak percaya dan Cahya yang hanya dapat menutup mata, dia tak sanggup untuk kembali melihat vidio dimana anaknya tengah di rundung.
Sedangkan Rendra yang baru saja mengetahui vidio tersebut hanya dapat mengepalkan tanannya kuat. Tidak menyangka kalau kakak kembarnya itu mengalami perundungan sehebat itu. Walau dia sedikit kesal karena Rendi tidak ada perlawanan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
REND - Renjun Lokal [END]
FanfictionTentang mereka, sekumpulan anak yang memiliki rahasia dan masalahnya sendiri. Tidak berbagi dan berpikir kalau mereka masing-masing hebat dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi tidak. Tidak ada manusia yang sehebat itu. Hingga salah satunya...