Prolog

35 6 3
                                    

Prolog

"gav gav!"

Suara itu datang dari murid dengan seragam urak-urakan, berlari masuk ke dalam kelas menghampiri sosok cowok yang tengah fokus merakit sesuatu dengan earphone yang melekat di kedua telinga.

"Gavin!" tak mendapat respon, earphone yang menyumpal telinganya dicabut paksa.

Waktu damai pria itu diganggu, suara decihan terdengar sebagai balasan, cowok yang dipanggil "Gavin" itu menoleh dengan wajah datar nampak jengkel.

"Apa sih?" desahnya.

"Itu si nyoman dipukul sama anak club baseball." Dengan tempo yang masih belum terengah-engah cowok itu melapor.

Gavin menarik nafas panjang, sekali lagi ketenanganya harus terganggu karena ulah para teman sekelas, belakangan ini Gavin selalu menyelesaikan kegaduhan yang mereka ciptakan.

"Terus urusanya sama gue?"

"Mereka duluan ngebuly nyoman! Dia nggak tahan dan ujungnya mereka berantem."

Buly

Mendengar kata itu Gavin berdiri, bagaikan api yang disirami bensin, dia menaruh kedua earphone di saku celana dan beranjak pergi meningalkan ruang kelas.

Lama dia tidak bernafsu adu jotos, melelahkan dan buang-buang waktu, semuanya percuma. Sama seperti hal-hal lainya yang terasa hambar di hidupnya.

Tapi cowok yang menjadi mantan ketua club basket itu mungkin sesekali perlu latihan otot.

***

"Apaloh!?"

"Lo pikir gua takut?! Maju sini kalo berani An***g!"

Bugh.

Maki memaki, hantam-meghantam , adegan yang sudah biasa disaksikan di koridor sekolah Nawasena Nusantara High School. Seperti yang sudah-sudah, sesering apapun mereka dilarang untuk tidak melakukan perbuatan melangar aturan moral, ada saja alasan yang menjadi percikan api antara club basket dan club baseball sekolah elit ini.

Kerumunan siswi yang menyaksikan perkelahian itu menjerit saat melihat beberapa tubuh terlempar di bahwah kaki mereka dengan lebam di wajah.

Satu gadis dengan sweater pastel di samping kerumunan terlihat resah, dia ingin berbuat sesuatu tapi juga ragu dengan resikonya.

"Kita harus stop-in mereka!" memandang sang sahabat, dia berujar panik.

"Ca jangan! Lo murid baru disini, udah deh jangan macem-macem. Kalo kena pukul gimana?!" dia berusaha mencegat.

"Nggak bisa, kalo nggak ada yang hentiin mereka, mereka bakal cedera berat!" dia terlihat semakin cemas, hari pertamanya saja sudah disuguhi scene baku hantam. Bagaimana dengan setahun kedepan? Bisa jadi dirinya juga ikut jadi korban orang-orang barbar ini.

"udah ca, bentar lagi guru pasti muncul." gadis disampingnya berusaha menahan.

"Lo panggilin gurunya sekarang, biar gue yang hentiin mereka walau cuman bentar."

"Ca lo bakal ikut kepukul!!"

"STOPPP!!"

Guyuran air ac membahasi tubuh para pemberontak. Sontak perkelahian itu terhenti sejenak, beberapa dari mereka hampir mendapatkan serangan jantung dan kejang seketika karena disiram dengan air sedingin es.

"Oy cebol, jangan cari masalah lo!"

Dia mematung, niat baiknya sepertinya diresponi ancaman.

satu dari mereka mendekat, dan mendorong tubuh gadis itu kuat.

STAR AROUND SCARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang